1. Golongan: PPI
2. Sediaan: Tablet, serbuk terliofilisasi (injeksi) 10. Farmakokinetik:
3. Jumlah dalam sediaan: Tablet 20mg, 40mg. Vial 40 mg A: Diserap dengan cepat. Waktu untuk
serbuk terliofilisasi konsentrasi plasma puncak: +/-2-2,5 jam
4. Pengenceran: rekonstitusi dengan NaCl 0,9% 10 mL →infus (oral). Bioavailabilitas: +/- 77%.
dalam NaCl 0,9% atau glukosa 5% D: Memasuki ASI. Volume distribusi: 11-23,6L.
5. Dosis: 1x20-40 mg/hari. Injeksi 1-2 mg/kgBB/dosis (single Pengikatan protein plasma: Kira-kira 98%
dose/terbagi 2 setiap 12 jam) (terutama pada albumin).
6. Onset Kerja: cepat, maksimal 2-6 jam M: di hati,
7. Durasi Kerja: 24 jam E: 80% urin, feses
8. Farmakodinamik: PPI -> berikatan dengan H+/K+ATPase
pada sel parietal -> supresi sekresi asam lambung 11. Cara Pemberian: PO, IV
9. ESO: JARANG. diare, sakit kepala, URT infection, abdominal
pain. Long term: defisiensi Vit.B12, Fe, Ca, Mg, bone 12. KI: hipersensitif
demineralization
3. Ranitidin
Dewasa: 50–100 mcg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan tiap 2–3 8. Farmakodinamik: Clonidine is primarily an alpha-2 adrenoceptor
hari jika diperlukan. Dosis pemeliharaan 300–1.200 mcg per hari. agonist which causes central hypotensive and anti-arrhythmogenic
Dosis maksimal 2.400 mcg per hari. effects.
Anak-anak usia >12 tahun: 200 mcg, 2 kali sehari. Dosis dapat 9. Efek samping: konstipasi, sakit kepala, mulut kering, insomnia,
ditingkatkan setiap minggu, sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan nyeri perut, mual/muntah, hilang nafsu makan, penurunan libido
200–600 mcg, 2 kali sehari. Dosis maksimal 2.400 mcg per hari
10. Cara pemberian: PO, Epidural, IV, Transdermal
4. Onset Kerja: Antihypertensive effect: Immediate-release: 0.5-1
hour; 2-4 hours (maximum reduction in blood pressure). 11. Kontraindikasi: Severe bradyarrhythmia secondary to 2nd- or
Transdermal: 2-3 days (initial); approx 3 days (steady state). 3rd-degree AV block/sick sinus syndrome. Epidural adm: Inj site
5. Durasi Kerja: 3-5 jam, half life 12-16 jam infection, concomitant anticoagulant therapy, bleeding diathesis,
administration above the C4 dermatome.
11. Bupivakain Isobarik
11. Bupivikain Isobarik
12. Bupivacaine Hiperbarik
1. Sediaan: Ampul
2. Jumlah dalam sediaan: 5 mg/mL + glukosa 8%
3. Pengenceran: HCl
4. Dosis: Ekstremitas bawah & perineal: 4-10 mg; abdomen bawah: 12-14 mg; abdomen atas:
12-18 mg
5. Onset Kerja: 1-15 menit
6. Durasi Kerja: 1.5-2 jam, tambah epinefrin: 100-150 menit
7. Farmakokinetik: Metabolisme di hepar, ekskresi via urine (T1/2: 2.7 jam)
8. Farmakodinamik: Menghambat somatic & visceral painful stimuli, blokade simpatis
9. Efek samping: Mual, muntah, menggigil, sakit punggung, sakit kepala
10.Cara pemberian: Injeksi intrathecal → posisi lateral dekubitus, duduk, berdiri
11.Kontraindikasi: infeksi/perdarahan akut/tumor SSP, peningkatan TIK, spinal stenosis/active
disease, infeksi piogenik pada tempat injeksi, septicaemia
13. Ropivacaine
1. Sediaan: cairan injeksi (ampul) 6. Farmakokinetik: didistribusi dengan
2. Jumlah dalam sediaan: 5 mg/mL, 2 mg/mL, 10 mg/mL
plasma protein binding 94%,
3. Dosis:
○ Nyeri akut melintasi plasenta. Metabolisme di
■ Blok epidural lumbar: dosis 20-40 mg (10-20 mL)
hepar dengan isoenzim CYP1A2.
diberikan melalui infus dilanjutkan dengan dosis 20-30
mg (10-15 mL) dengan jarak pemberian tidak kurang Ekskresi melalui urin
dari 30 menit. 7. Farmakodinamik: menurunkan permeabilitas
○ Anestesi bedah
membran neuron terhadap ion Na → inhibisi
■ Larutan 0,5%: diberikan dosis 75-150 mg (15-30 mL).
depolarisasi dengan blokade konduksi yang
■ Larutan 0.75% : diberikan dosis 112.5-187.5 mg (15-
dihasilkan
25 mL).
■ Larutan 1%: diberikan dosis 150-200 mg (15-20 mL). 8. Efek samping: kecemasan, sakit kepala, pusing,
4.Onset Kerja: 3-15 menit gejala toksisitas SSP (misalnya kejang), hipertensi,
mual, muntah, retensi urin, nyeri punggung
5. Durasi Kerja: 3-15 jam
9. Cara pemberian: injeksi epidural
10.Kontraindikasi: Hipovolemia
14. Etil Klorida
•Obat ini digunakan untuk mencegah rasa sakit yang disebabkan oleh suntikan
dan prosedur bedah kecil. Hal ini juga digunakan untuk bantuan sementara
cedera olahraga ringan. Etil klorida juga membantu meredakan nyeri otot dalam
saat digunakan dengan teknik peregangan otot. Etil klorida adalah zat pendingin
yang dioleskan ke kulit untuk membuatnya mati rasa.
•Obat ini hanya untuk digunakan pada kulit. Ini diterapkan oleh profesional
kesehatan. Jangan dioleskan pada kulit yang rusak atau selaput lendir (seperti di
dalam hidung atau mulut). Jangan semprotkan ke mata. Jangan menghirup
semprotan.
•Efek samping tidak umum dengan obat ini.
15. Pethidine
1. Sediaan: Tablet, Ampule
2. Jumlah dalam sediaan: Tab : 50,100 mg. Ampule : 10, 25, 50, 5,
100 mg/ml
3. Dosis:
Pre medikasi 25-100 mg (2-4 jam) Farmakokinetik :
Intra op 50-150 mg (rapid, 2-4jam) Kadar puncak dalam plasma dicapai
Post op 25-100 mg/kg (rapid, 2-4jam) dalam 45 menit, menurun dalam 1-2 jam
4. Onset Kerja: IV : 5 menit pertama. Metabolisme utama di hati.
5. Durasi Kerja: oral : 2-4 jam, IV : NI Ekskresi melalui urin
6. Farmakodinamik: Bekerja pada reseptor Opioid MU (𝜇)
7. Efek samping: pusing,berkeringat, euforia, mulut kering,mual,
muntah, perasaan lemah, ganguan penglihatan, palpitasi, disforia,
sinkop dan sedasi. Dosis tinggi (20mg/kgBB): menimbulkan
depresi napas, tremor, konvulsi koma dan kematian
8. Cara pemberian: PO, Injeksi IM, IV, SC
9. Kontraindikasi: gangguan hati dan ginjal
16. Morphine
8. ESO: drowsiness.
1. Sediaan: tab dan injeksi stomach pain and cramps, dry mouth,
2. Jumlah dalam sediaan: Tablet konvensional 10 mg. Tablet lepas lambat headache, nervousness, mood changes.
10 mg. Tablet lepas lambat 15 mg, 10mg/mL
small pupils (black circles in the middle of
3. Pelarutan: bolus lambat (1,5–15 mg morfin dilarutkan dalam water for
injection) atau infus kontinu (dilarutkan dalam dekstrosa 5% the eyes, difficulty urinating or pain when
4. Dosis: 5–20 mg, tiap 4 jam. Anak usia 1–5 tahun: 5 mg, tiap 4 jam. urinating.
Dosis maksimal adalah 30 mg. 9. Cara pemberian: IV, IM, SC, PO
5. Onset kerja: 1-2 menit 10. Kontraindikasi: Extreme caution is
6. Durasi kerja: 3-6 jam
necessary with severe respiratory
7. Farmakodinamik: binding to opioid receptors blocks transmission of
nociceptive signals, signals pain-modulating neurons in the spinal cord, depression and asthma exacerbation
and inhibits primary afferent nociceptors to the dorsal horn sensory cases since morphine can further
projection cells. decrease the respiratory drive,
bersamaan dengan MAOI.
17.
Fentanyl
1. Sediaan: ampul, patch, spray, film, tab loz 8. Farmakodinamik: bekerja pada reseptor μ-opioid dan beberapa
2. Jumlah dalam sediaan: 1 ampul mengandung fentanyl asetat 0,05 eseptor δ dan κ-opioid di otak, spinal cord, dan jaringan lain
mg / mL. Patch 25; 50; 75 mcg/hr
3. Dosis: Anestesi Dewasa: dosis 50-100 mcg diberikan 30-60 menit 9. Efek samping: depresi napas, kaku otot, hipotensi ortostatik,
sebelum operasi. Setelah operasi Dosis: 50-100 mcg disuntikkan bradikardia, mual muntah, halusinasi
melalui otot, diulangi 1-2 jam bila perlu.
10. Cara pemberian: IV, IM, transdermal, transmucosal
4. Onset Kerja: Analgesic effect: 7-8 min(IM); almost immediate (IV); 6
hours (transdermal), 5-15 min (transmucosal) 11. Kontraindikasi: riwayat depresi pernafasan, cedera kepala, dan
5. Durasi Kerja: 1-2 jam(IM); 0.5-1 jam(IV). asma akut, Ibu hamil dan menyusui.
6. Farmakokinetik:
12. Interaksi Obat: Fentanyl dalam darah akan meningkat bila
A: transmucosal di buccal dan mukosa nasal bersama erythromycin, clarithromycin, ritonavir, atau amiodarone;
D: secara cepat di otot dan lemak, ada di CSF, melewati placenta dan ASI. Meningkatkan efek terapi fentanyl contohnya obat antidepresan
Terikat protein plasma 79-87% golongan SSRI atau SNRI; Penyerapan fentanyl meningkat apabila
M: di hati bersama obat bius lainnya, obat penenang, atau phenobarbital.
E: urin, feses
18. Codein
1. Sediaan: tablet dan sirup
2. Jumlah dalam sediaan: tablet (10 mg, 15 mg, 20
mg), sirup 30 mg/5ml E: T1/2= 3-4 jam
3. Pelarutan: - 90% urin, 10% feses
4. Dosis: 15-60 mg tiap 4 jam (maks 360 mg/hari). 8. Farmakodinamik: berikatan dengan reseptor
Anak >12 thn: 0.5-1 mg/kgBB tiap 6 jam maks. 240 opioid di SSP -> hambat ascending pain pathway.
mg/hari Menekan batuk di medula
5. Onset kerja: 0.5-1 jam 9. ESO: konstipasi, depresi pernafasan pada pasien
6. Durasi kerja: 4-6 jam yang sensitif atau pada dosis besar
7. Farmakokinetik: 10. Cara pemberian: PO
A: diserap di GI tract. Bioavailabilitas 53% 11. Kontraindikasi: batuk berdahak, penyakit hepar,
D: protein bound 7-25% gangguan ventilasi
M: di hati oleh enzim CYPD26
19.Domperidon
1. Sediaan: Injeksi
2. Jumlah dalam sediaan:
Injeksi: 10 mg/ml, 200 mg/20ml 7. Farmakodinamik:
3. Pelarutan: - It is thought to produce sedative/anaesthetic effects through
4. Dosis: positive modulation of inhibitory function of the
Sedasi (initial: 6-9 mg/kg/jam, maintenance 1.5-4.5 mg/kg/jam via neurotransmitter GABA through the GABAA receptors and
IV) possibly reduced glutamatergic activity through NMDA
5. Onset kerja: 9-51 detik (rata rata: 30 detik) receptor blockade.
6. Durasi kerja: 3-10 menit 8. ESO:
7. Farmakokinetik: Hipertrigliseridemia, hipotensi, mual, muntah, konfusi,
● D: protein bound 97-99% propofol-related infusion syndrome (PRIS)
● M: di hati 9. Cara pemberian: IV
● E: T1/2= 40 menit (initial), 4-7 jam (terminal) 10. Kontraindikasi:
98% urin, feses <2% Sedasi pada anak <16 tahun
26. Ketamin
Dosis: Induksi (0.5% v/v dengan O2 atau O2-N2O → naikin jadi 1.5-3% v/v sesuai
respons)
Maintenance (1-2.5% v/v dengan O2-N2O; 0.5-1% v/v atau 1.5-3.5% v/v saat
diberikan dengan O2 sendiri; 0.5-0.75% v/v dengan O2-N2O untuk caesarean section)
Efek Samping
Sediaan Injectable solution 1mg/mL dan 2mg/mL peningkatan air liur,ruam,bronkospasme,kelemahan
Dosis : Dewasa otot,tekanan darah rendah atau tinggi, dan detak
jantung yang cepat.
● Load: 0.04-0.1 mg/kg IV
Kontraindikasi
● Maintenance: 0.015-0.1 mg/kg IV every 30-60min OR
Kurangnya dukungan ventilasi, penyakit neuromuskular
● Continuous infusion: 0.1 mg/kg/hour IV dan Hipersensitif terhadap obat &/atau bromida
Barbiturat adalah kelas obat yang digunakan secara luas pada 1960-an dan 1970-
an sebagai pengobatan untuk gangguan kecemasan, insomnia, dan kejang.
Terlepas dari beberapa indikasi spesifik, mereka tidak umum diresepkan akhir-
akhir ini, sebagian besar telah digantikan oleh benzodiazepin, yang jauh lebih
aman, meskipun masih berpotensi membuat ketagihan.
● Buka mulut dengan tangan kanan, gerakan jari menyilang (ibu jari menekan mandibula, jari telunjuk menekan
maksila)
● Pegang laringoskop dg tangan kiri, masukkan melalui sisi sebelah kanan mulut, singkirkan lidah ke samping kiri
● Cari epiglotis. Tempatkan ujung bilah laringoskop di valekula (pertemuan epiglotis dan pangkal lidah)
● Angkat epiglotis dg elevasi laringoskop ke atas (jangan menggunakan gigi seri atas sbg tumpuan !!!) untuk
melihat plika vokalis
● Bila tidak terlihat, minta bantuan asisten utk lakukan BURP manuver (Back, Up, Right Pressure) pada kartilago
krikoid sampai terlihat plika vokalis
● Masukkan ETT, bimbing ujungnya masuk trakea sampai cuff ETT melewati plika vokalis → Kembangkan cuff ETT
secukupnya (sampai tidak ada kebocoran udara)
● Pasang OPA
● Sambungkan konektor ETT dg ambu bag. Beri ventilasi buatan. Cek suara paru kanan = kiri, Awas intubasi
endobronkial !!
● Fiksasi ETT dengan plester
56. KOMPLIKASI INTUBASI
57. Algoritma Sulit Intubasi
07
RJP
58