Anda di halaman 1dari 197

Pengenalan Alat-alat

Laboraturium Mikrobiologi
NI KETUT MENDRI DAN TAMI
PENDAHULUAN
 Alat alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi
digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. Alat-alat gelas meliputi :
labu erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, pipet ukur,
tabung reaksi , cawan petri, kaca benda dan kaca
penutup, kaca pengaduk, ose, staining jar, bunsen,
tabung durham, mikropipet, dan hemositometer.
2. Alat-alat preparasi meliputi :
autoklaf, oven, incubator, ent-kas, neraca, LAF, magnetic
stirrer, vortex, centrifuge, dan refrigerator. Sedangkan
alat bantu penglihatan yaitu mikroskop elektrik.
3. Alat-alat Pelengkap meliputi :
rak tabung reaksi dan filler.
ALAT-ALAT GELAS

 Alat-alat gelas digunakan sebagai wadah


larutan, menyimpan medium, mengambil dan
mengukur larutan dan lain sebagainya .
1. Labu Erlenmeyer
(Erlenmeyer Flask)
Fungsi :
Digunakan untuk menyimpan larutan dan sisa
medium(baik padat maupun cair), untuk
menghomogen-kan larutan atau bahan-bahan
serta dapat digunakan untuk kultivasi kultur
mikrobia.
Prinsip Kerja :

Larutan atau medium yang akan disimpan


dituang melalui mulut elenmeyer. Selanjutnya
mulut Erlenmeyer disumbat dengan kapas dan
dilapisi aluminium foil atau kertas, baru
kemudian disterilisasi.
2. Gelas Beker (Beaker Glass)
 Fungsi :
Digunakan sebagai wadah saat pembuat-an
media, untuk menampung akuades dan
lain-lain.
 Prinsip Kerja :
Gelas beker terbuat dari bahan kaca yang
tahan panas, karena biasanya pengadukan
atau pencampuran bahan-bahan yang telah
dimasukkan dalam gelas beker dilakukan
menggunakan magnetic stirrer dan
pemanas.
3. Gelas Ukur
 Fungsi :
Digunakan untuk mengukur volume
cairan, dapat berupa: akuades, air kelapa,
air kaldu, ekstrak taoge dan lain-lain.
 Prinsip Kerja :
Ukuran volume cairan pada gelas ukur
dapat ditentukan dengan melihat
meniskus cekung cairan dalam gelas ukur.
4. Pipet Ukur
 Fungsi :
Digunakan untuk mengukur dan
memindahkan suatu larutan dengan
volume tertentu.
 Prinsip Kerja :
Pipet ukur hanya dapat digunakan bila
dipasangkan dengan filler atau pipet
pump, yang merupakan alat bantu untuk
menyedot dan memindahkan larutan
sesuai dengan volume yang diinginkan.
5. Tabung Reaksi
 Fungsi :
Digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme baik dalam medium
padat maupun cair, untuk kegiatan
pengenceran serta untuk uji-uji
biokimiawi.
 Prinsip Kerja :
Tabung reaksi terbuat dari kaca yang
tahan terhadap panas dan tekanan tinggi,
karena hampir dalam semua kegiatan
mikrobiologi digunakan tabung reaksi
dalam keadaan steril.
6. Cawan Petri
 Fungsi :
Digunakan untuk kulti-vasi mikroorganisme
dalam biakan medium padat, untuk perhi-
tungan kepadatan mi-kroorganisme dengan
metode lempeng tuang serta untuk melakukan
uji sensitifitas mikro-organisme terhadap zat
antimikrobia (antibiotic/desinfektan).
 Prinsip Kerja :
Cawan petri terbuat dari bahan gelas/kaca
agar tahan terhadap panas, karena untuk
kegiatan mikrobiologi cawan petri harus
disterilisasi terlebih dahulu. Medium
dituangkan pada bagian bawah baru
kemudian ditutup dengan bagian atas yang
memiliki diameter lebih besar.
7. Kaca Benda (Object Glass)
dan Kaca Penutup (Cover Glass)
 Fungsi :
Digunakan untuk membuat preparat
mikroskopik untuk kemudian diberi
warna.
 Prinsip Kerja :
Kaca benda harus digunakan bersamaan
dengan kaca penutup. Kaca benda
memiliki dua tipe yaitu kaca benda datar
dan cekung, keduanya memiliki fungsi
berbeda.
8. Kaca Pengaduk
 Fungsi :
Digunakan untuk mengaduk
campuran bahan medium agar
homogen.
 Prinsip Kerja :
Kaca pengaduk terbuat dari bahan
kaca karena tidak bersifat
korosif.Pada ujungnya terdapat
bulatan untuk mengaduk
campuran bahan-bahan medium.
9. Jarum Inokulasi (ose)
 Fungsi :
Digunakan untuk memindahkan
inokulum dari satu media ke
media lain.
 Prinsip Kerja :
Bagian pegangannya terbuat dari
kaca sedangkan bagian lainnya
terbuat dari kawat untuk
memindahkan inokulan. Pada saat
pemindahan inokulan, ose harus
dipanaskan terlebih dahulu dengan
menggunakan bunsen hingga
kawat membara.
10. Drygalski 
 alat yang terbuat dari gelas
yang memiliki
 fungsi untuk meratakan bakteri
dalam yang akan digunakan
media tanam .
Drygalski terbuat dari kaca
dengan bentuk pipa lurus
namun pada salah atu bagian
ujungnya berbentuk segitaga
.
10. Staining Jar
 Fungsi :
Digunakan untuk meletakkan sediaan
pada proses pewarnaan mikrobia.
 Prinsip Kerja :
Staining jar untuk proses pewarnaan
mula-mula diisi dengan zat pewarna atau
larutan lain yang diperlukan. Lalu sediaan
pada kaca benda yang akan diwarnai
direndam di dalamnya dalam jangka
waktu tertentu.
11. Bunsen
 Fungsi :
Digunakan untuk sterilisasi jarum ose
pada saat kultivasi mikrobia.
 Prinsip Kerja :
Prinsip kerjanya yaitu dengan api yang
menyala digunakan untuk membakar
jarum ose serta bagian mulut alat-alat
gelas agar tidak terkontaminasi saat
dilakukan pemindahan atau penanaman
mikrobia.
12. Tabung Durham
 Fungsi :
Digunakan untuk uji reduksi gula.
 Prinsip Kerja :
Dalam penggunaannya, tabung durham
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan keadaan terbalik. Hindari
terjadinya gelembung udara karena itu
merupakan salah satu indikator bahwa uji
tersebut positif.
13. Mikropipet
 Fungsi :
Digunakan untuk mengambil larutan
dengan volume tertentu dalam skala
mikromililiter.
 Prinsip Kerja :
Mikropipet biasanya digunakan
bersama dengan mikrotip. Sebelum
mengambil larutan, bagian atas
mikropipet ditarik lalu diatur volume
yang diinginkan dan ditekan kembali.
Baru dapat digunakan mengambil
larutan dengan menekan satu kali
bagian atasnya.
14. Hemositometer
 Fungsi :
Digunakan untuk menghitung
jumlah sel mikroba dalam suatu 
cairan atau suspensi.
 Prinsip Kerja :
Prinsip kerjanya yaitu harus
digunakan bersama dengan skala
hemositometer. Untuk dapat
melihatnya maka harus
menggunakan mikroskop. Medium
berupa cairan dimasukkan melalui
celah berbentuk V atau H, baru
kemudian dapat diamati.
ALAT-ALAT Strilisasi/
PREPARASI
 Digunakan sebagai pendukung dalam kegiatan praktikum di Laboraturium
Mikrobiologi yang meliputi peralatan mekanik dan peralatan optik.
1. Autoklaf (Autoclave)
 Fungsi :
Digunakan sebagai alat sterilisasi basah.
 Prinsip Kerja :
Autoklaf ini menggunakan daya listrik,
suhu dan tekanannya dapat diatur secara
otomatis. Autoklaf menggunakan panas
dan tekanan uap air yang tinggi agar
mikrobia pada alat dan bahan terbunuh.
2. Oven
 Fungsi :
Digunakan sebagai alat sterilisasi
kering.
 Prinsip Kerja :
Oven ini menggunakan daya listrik,
suhu dan lama waktu sterilisasi dpat
diatur secara otomatis. Oven hanya
dapat digunakan untuk sterilisasi kering
dengan menggunakan suhu yang tinggi,
sehingga dapat membunuh mikrobia.
3. Inkubator
 Fungsi :
Digunakan untuk menginkubasi
biakan mikroorganisme dan dapat juga
digunakan untuk menyimpan media
yang belum ditanami mikrobia.
 Prinsip Kerja :
Suhu ruangan di dalam inkubator
dapat diatur secara otomatis sesuai
dengan biakan yang akan diinkubasi.
Untuk menyimpan medium biasanya
inkubator diatur dengan suhu 00C
4. Ent-kas
 Fungsi :
Digunakan untuk kegiatan pemindahan
inokulan, penanaman mikrobia atau
pembuatan suspensi mikrobia.
 Prinsip Kerja :
Pada ent-kas terdapat dua lubang besar
untuk memasukkan peralatan,
memindah inokulan, menanam
mikrobia,pmuatan suspensi mkrobia dan
sediaan mikrobia. Di dalam ent-kas
tidak terjadi pergerakan udara sehingga
kemungkinan terjadinya kontaminasi
pada saat kegiatan berlangsung sangat
kecil.
5. Neraca/Timbangan
 Fungsi :
Digunakan untuk mendapatkan
bahan-bahan dalam jumlah/ berat
tertentu.
 Prinsip Kerja :
Penggunaan neraca diawali dengan
melakukan kalibrasi terlebih
dahulu. Kemudian atur jumlah/berat
bahan yang dibutuhkan. Ambil
bahan sampai jarum penunjuk tepat
berada di angka nol. Itu berarti
bahan sudah sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan.
6. LAF (Laminar Air Flow)
 Fungsi :
Digunakan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang memerlukan kondisi
steril, seperti memindah inokulan,
menanam mikrobia serta membuat
suspense mikrobia.
 Prinsip Kerja :
Prinsip kerjanya LAF mempunyai pola
pengaturan dan penyaring aliran udara
sehingga menjadi steril Tetapi sebelum
digunakan untuk kegiatan, LAF harus
di UV selama dua jam dan selama itu
peralatan yang akan digunakan boleh
dimasukkan.
7. Magnetic Stirrer
 Fungsi :
Digunakan untuk menghomogenkan
larutan.
 Prinsip Kerja :
Terdiri dari hot plate dan magnet.
Magnet tersebut nantinya akan
dimasukkan bersama larutan di
dalam gelas beker. Gelas beker
diletakkan di atas hot plate, lalu
diatur suhu dan putarannya.
Selanjutnya magnet akan berputar-
putar saat dipanaskan hingga larutan
menjadi homogen.
8. Vortex
 Fungsi :
Digunakan untuk menghomogenkan larutan.
 Prinsip Kerja :
Prinsip kerja alat ini yaitu dengan meletakkan
tabung reaksi di atas wadah penyimpanan lalu
mengatur putaran yang diinginkan sampai
larutan menjadi homogen.
9. Centrifuge
 Fungsi :
Digunakan untuk memisahkan
atau mengendapkan partikel-
partikel dari suatu larutan.
 Prinsip Kerja :
Larutan yang akan diendapkan
partikelnya dimasukkkan ke dalam
tabung centrifuge. Harus terdapat
paling sedikit dua tabung
centrifuge dengan volume yang
sama dan diletakan sejajar agar
terjadi keseimbangan jika
centrifuge berputar.
10 Hot plate
 Fungsi :
 Digunakan untuk
 untuk menghomogenkan suatu larutan
dengan pengadukan. Pelat (plate) yang
terdapat dalam  alat ini dapat dipanaskan
sehingga mampu mempercepat proses
homogenisasi. 
 Prinsip Kerja :
 Cara penggunaan alat ini cukup
sederhana kita tinggal menyalakan
kemudian menempatkan sampel
diatas hotplate, kemudian diatur
suhunya sesuai yang diinginkan.
 mampu menghomogenkan sampai
10 L, dengan kecepatan sangat
lambat sampai 1600 rpm dan dapat
dipanaskan sampai 425oC.
11 Colony counter
 Fungsi :
 Digunakan untuk menghitung
jumlah koloni mikroba yang
tumbuh  pada medium  agar
lempengan.
 Prinsip Kerja :
 Prinsip kerjanya adalah menghitung
mikroba secara otomatis dengan 
bantuan  pulpen/tombol hitung.
 Sedangkan yang semi otomatis
adalah perhitungan dengan cara
menyentuh bakteri yang tumbuh
kemudian alat akan menghitung
secara otomatis.
12 hand counter
 Fungsi :
 Alat iini di gunakan untuk
penghitung koloni manual,
bentuknya seperti stopwatch
 fungsinya untuk memudahkan
dalam penghitungan koloni agar
tidak lupa pada saat menghitung
 Prinsip Kerja :
 alat tersebut dilengkapi dengan
skala/ kuadran yang sangat
berguna untuk pengamatan
pertumbuhan koloni sangat
banyak. Jumlah koloni pada cawan
Petri dapat ditandai dan dihitung
manual maupun otomatis
12. Refrigerator
 Fungsi :
Digunakan sebagai tempat
penyimpanan biakan mikrobia agar
tetap awet.
 Prinsip Kerja :
Prinsip kerja menggunakan suhu
rendah atau dingin dengan tujuan
menghambat proses metabolisme
pada mikrobia.
13. Mikroskop Elektrik
 Fungsi :
Digunakan sebagai alat bantu
penglihatan untuk mengamati
preparat mikroskopis.
 Prinsip Kerja :
Prinsip kerjanya yaitu dengan
menggunakan dua lensa, yaitu
lensa okuler dan lensa objektif
serta menggunakan lampu sebagai
sumber cahaya. Untuk pengamatan
mikrobia digunakan perbesaran
maksimum sehingga harus
menggunakan minyak imersi.
ALAT-ALAT PELENGKAP
 Biasanya digunakan untuk melengkapi alat-alat utama termasuk alat-alat
preparasi dalam kegiatan praktikum di Laboraturium Mikrobiologi.
1. Rak Tabung Reaksi
 Fungsi :
Digunakan untuk meletakkan
tabung reaksi dalam keadaan
berdiri tegak.
 Prinsip Kerja :
Rak tabung reaksi pada umumnya
terbuat dari kayu dan terdapat 12
lubang untuk meletakkan tabung-
tabung reaksi sehingga dapat
berdiri tegak.
2. Filler
 Fungsi :
Digunakan untuk menyedot dan
memindahkan larutan ke dalam wadah
tertentu sesuai dengan volume yang
dikehendaki.
 Prinsip Kerja :
Prinsip kerjanya yaitu dengan
menggunakan tiga katup yang memiliki
fungsi berbeda. Katup A A (aspirate) untuk
mengeluarkan udara dari filler. Katup S
(suction) untuk meyedot cairan dari ujung
pipet ke atas.Katup E (exhaust) untuk
mengeluarkan cairan dari pipet ukur.
2. Pinset
 Fungsi :
Untuk mengambil benda dengan
menjepit.atau media yang stril yang tidak
bisa diambil dengan tangan
Fungsi pinset itu untuk menjepit benda kecil atau
pun yang sangat lembek(lembut), ada beberapa
sampel atau zat-zat yang terdapat di laboratoriumm
yang bisa menyebabkan alergi atau iritasi pada
manusia.
Prinsip klerjanya
Alat ini berfungsi sebagai alat pembantu dalam
mengambil preparet segar agar tidak
terkontaminasi. Alat ini terbuat dari besi. Pinset
(yang ujungnya lancip), digunakan untuk mengambil
atau menarik bagian alat-alat tubuh dari hewan yang
dibedah, memisahkan organ yang satu dengan yang
lain.
.        SKALPEL/ PISAU

 Skalpel adalah pisau yang biasa


digunakan untuk operasi (pisau
bedah).
 Pisau bedah ini terdiri dari dua
bagian yaitu gagang dan mata
pisau (mess/ bistouri/ blade).
 Kegunaanya adalah untuk
menyayat berbagai organ atau
bagian tubuh manusia. Mata
pisau disesuaikan dengan bagian
tubuh yang akan disayat
 Skalpel memiliki 2 macam
bentuk:

 1.   Pointed (ujungnya runcing,

tajam)

 2.  Bellied (convex)
MORTIR dan Stemper

 MORTIL  Fungsinya
Alat yang di gunakan untuk
menghaluskan bahan padat atau
sedian obat atau tablet menjadi
serbuk dengan cara menggerus
Cara kerjanya
Memasukkan bahan padat /obat
tablet ke dalam montir kemudian
menggerus dan mengaduk
bahan /obat dengan stamper
hingga halus dan homogen
Bahan /obat yang telah halus siap
di gunakan
TEKNIK ASEPTIS
Definisi
 Teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi selama membuat
dan mensterilkan medium kultur.
 Kontaminan asal udara sering terdapat dalam medium, karena udara selalu
mengandung partikel debu tempat komunitas mikroba.
 Transfer aseptik suatu biakan dari satu tabung medium ke tabung lainnya
biasa dilakukan dengan menggunakan jarum inokulasi atau ose yang
disterilkan dengan cara membakar di atas api. Biakan juga dapat
dipindahkan dari permukaan lempeng agar, sebagai tempat perkembangan
koloni dimana sel mengalami pertumbuhan dan pembelahan. Metode
utama yang digunakan untuk memperoleh kultur murni dari komunitas
mikroba yang mengandung beberapa mikroba yang berbeda dilakukan
dengan memilih kolonikoloni yang terpisah dan menggoreskan pada
lempeng agar dengan metode gores, sehingga diperoleh koloni mikroba
yang murni.
Cara Kerja Teknik Aseptis
1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam
tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang
memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih
dahulu.
2. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu
dibakar.
3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu
atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat
transfer panas yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke
bagian api.
5. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi
jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka
semakin terjamin kondisi aseptisnya. 
Macam pengecatan Bakteri
NI KETUT MENDRI
Pengertian

 Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi,


struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan
bakteri.
 Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras
dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
 Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga
mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan
atau pewarnaan.
 Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008).
Macam2 morfologi bakteri

 Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil,


spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan
menggunakan pewarna sederhana.
 Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam
mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat
warna saja (Gupte, 1990).
 Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-
pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik
(suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan
untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Lanjut....

 Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri


yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
 Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna,
kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat
warna terhapus.
 sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan
terhadap asam encer.
 Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan
asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi
suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994).
Teknik pewarnaan

 Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi


empat macam yaitu
1. pengecatan sederhana,
2. pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan
struktural.
3. Pengecatan gram
4. Pengecatan tahan asam (ZN )
 Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada
lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan
pewarnaan sederhana.
Lanjut....

 Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di


antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe
disebut teknik pewarnaan diferensial.
 Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu
bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-
bagian dari sel.
 Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan
endospora, flagella dan pengecatan kapsul.(waluyo,2010)
Lanjut....

 Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak


mengadsorbsi atau membiaskan cahaya.
 Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk
mewarnai mikroorganisme.
 Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga
kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan.
 Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur
seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat
pati dan granula fosfat (Entjang, 2003)
Lanjut...

 Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat


sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga
transparan dan sangat kecil.
 Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu
teknik pewarnaan sel bekteri,
 sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh
karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan
salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-
penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Macam-macam pewarnaan

 Tujuan pewarnaan terhadap mikroorganisme ialah untuk :


 1. Mempermudah melihat bentuk jasad remik , baik bakteri, ragi,

maupun fungi.

 2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad remik

 3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur

dalam jasad remik

 4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan

sehingga sifat -sifat fisik dan kimia dapat diketahui.


Macam-Macam Pewarnaan

 Pewarnaan sederhana

 Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air


fukhsin)

 tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan


sederhana, merupakan pewarna yang paling umum
digunakan.

 Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil,


spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan
menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel
bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja.
Lanjut....

 Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna


sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa)
 sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan
sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif).
 Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan
dalam bahan pelarut.
 Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk
melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna
yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu
kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).
Persiapan alat dan bahan

 Biakan Mmurni E coli dan B,Subtilis masing-masing dalam


medium cair umum 24 jam
 Larutan cat Methylene blue dan alkohol 90 %
 Gelas benda
 Ose
 Lampu spiritus
 Mikroskop
 Tissue
 Lampu spritus
 APD lengkap :jas lab ,sarung tangan ,masker topi ,sendal dll
Prosedur kerja

1. Bersihkan gelas benda dengan alkohol hingga bebas lemak,kemudian


panaskan di atas nyala api spiritus dan dua dinginkan.
2. Ambil supensi biakan murni masing-masing bakteri secara aseptis dengan ose
dan letakkan pada permukaan gelas benda,ratakan pada permukaan gelas
benda seluas 1 cm
3. Preparat di kering-anginkan sampai betul kering bersih
4. Fiksasi pemanasan dengan melewatkan diatas api spiritus 3 atau 4 kali lalu
dinginkan
5. Tetaskan larutan cat Metylin blue pada bercak biakan yang terdapat pada
permukaan gelas benda
6. Amati di mikroskop...melihat morfologi bakteri dan bentuk
Lanjut....

6. Preparat di kering-anginkan sampai betul2 aman


7. Cuci dengan air mengalir sampai cat tercuci,dan di
kerikan
8. Amati dala dengan mikroskop dengan pembesatram nulai
rendah dan sedang
9. Gambar bentuk dan bagian2 sel bekteri yang nampak
Pewarnaan negatif

 Tujuan

 Mempelajari cara membuat preparat bakteri dengan laterbelakang gelap dan mengamati
bentuk sel

 Mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati


morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak
diwarnai, tapi mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri yang sulit
diwarnai.

 Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai
latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme
kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan
morfologi dan ukuran sel.
Persiapan alat dan bahan

 Biakan Mmurni E coli dan B,Subtilis masing-masing dalam


medium cair umum ( 24 jam ( bateri biakan yang ada dl
tabung reaksi )
 Larutan cat nigrosin/ tinta cina
 larutan alkohol 70 %
 Gelas benda/preparat
 jarum Ose
 Lampu spiritus
 Mikroskop
 Tissue
Prosedur kerja

1. Bersihkan gelas benda dengan alkohol hingga bebas lemak,kemudian


panaskan di atas nyala api spiritus dan dua dinginkan.
2. Ambil supensi biakan murni masing-masing bakteri secara aseptis dengan ose
dan letakkan pada permukaan gelas benda,ratakan pada permukaan gelas
benda seluas 1 cm
3. Tetesklan larutan Nigrosin pada suspensi biakan yang terdapat pada permukaan
gelas benda
4. Campurkan suspensi bakteri dengan cat nigrosin menggunakan gelas benda atau
gelas penutup yang permukaan rata untuk membuat lapisan tipis pada permukaan
gelas benda
5. Preparat di kering anginkan
6. Amati preparat di mikroskop
7. Gambar bagian2 sel bakteri yang nampak dengan laterbalakang gelap( di arsir )
Pewarnaan differensial dibagi pewarnaan gram
dan pewarnaan tahan asam

 Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti
pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:

3. Pewarnaan Gram

 Tujuan Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan
gram-negatif,

 berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka.

 Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans


Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884
untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Lanjut....

 Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi


dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau
sifat bakteri terhadap cat tersebut.
 Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding
selnya.
 Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp
Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus
Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia.
 Bakteri -bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar
zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan
dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang
umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode
pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu

 1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.

 2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordant

 3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.

 4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin


Tujuan umum Pewarnaan Gram

1. Untuk mempermudah melihat mikrobebia dengan

mikroskop

2. Untuk memperjelas ukuran serta bentuk mikroba

3. Untuk melihat struktur dalam bakteri , seperti dinding sel

dan vakuola

4. Untuk memproduksi sifat-sifat fisik dan kimia khas dari

bakteri dengan zat warna.


Alat dan bahan

1. Biakan Mmurni E coli dan B,Subtilis masing-masing dalam medium cair umum 24

jam

2. Larutan cat gram

a. Gram A : Zat warna utama ( Cat Huckers kristal violet )

-b. Gram B : Mordant Lugols iodin (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan

untuk mengintensifkan warna utama.

c. ( Gram C )Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang

digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.

d Gram D Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai

kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Prosedur Kerja

1. Siapkan preparat apusan bakteri pada pengecatan sederhana ( perlakuan 1-4 cara kerja
pengecatan sederha dan negatif )
2. Teteskan larutan Gram A sebanyaknya 2-3 tetes pada apusan bakteri, biakan selama 1
menit
3. cuci dengan air mengalirkan dan kering anginkan
4. Teteskan larutan Gram B dan di diamkan selama 1 menit
5. Cuci dengan air mengalir dan kering anginkan
6. Cuci dengan larutan peluntur Gram C sampai lapisan tersebut tampak pucat ( kira2 30
detik ) kemudian cuci dengan air mengalir dan kering anginkan
7. teteskan dengan cat penutup Gram D dan di biarkan selama 2 menit
8. Amati preparat dengan mikroskop denagn pembersan sedang dan kuat.
9. Gambar bentuk dan bagian2 sel bakteri yang tampak,beri keterangan hasil pengecatan
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

 Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis


tunggal atau monolayer.

 Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-


4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal.
Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat
ringan. Mengandung asam tekoat.

 Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.

 Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna


seperti ungu kristal.
Lanjut....

 Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.

 Lebih resisten terhadap gangguan fisik.

 Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut

 Tidak peka terhadap streptomisin

 Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin


Lanjut....
 Bakteri Gram-negatif merupakan bakteri yang tidak
mempertahankan atau menjaga zat warna metil ungu pada metode
pewarnaan Gram.

 Bakteri gram-positif akan menjaga zat warna metil ungu gelap


sesudah dicuci dengan alkohol, sedangkan pada bakteri gram-
negatif tidak.

 Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain)


ditambahkan sesudah metil ungu, yang membuat semua bakteri
gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
 Pengujian ini berperan guna mengklasifikasikan kedua tipe bakteri
ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka
Perbedaan antara bakteri gram positif dan negatif

 Pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terjebak diantara


dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif,
sementara penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram
negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel.

 Bakteri gram positif mempunyai membran tunggal yang dilapisi


peptidoglikogennya yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative
lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).

 Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting guna


mendukung determinasi suatu bakteri.

 Beberapa perbedaan sifat yang bisa ditemukan antara bakteri Gram


positif dan bakteri Gram negatif yaitu:
Lanjut...
4.Pewarnaan Tahan Asam

 Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam


konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi
zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan
menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh
peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut
bakteri tahan asam (BTA).

 Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri


penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara
pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-
Neelsen.(anonymous,2009)

 Bakteri Tahan Asam (pink) dan bakteri Tidak Tahan Asam (biru)
b.Pewarnaan Tahan Asam

 Pewarnaan ini ditujukan pada bakteri yang mengandung lemak


dalam konsentrasi tinggi maka sulit menyerap zat warna, tetapi
apabila bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbolfukhsin
melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan
akan tahan diikat tanpa sanggup dilunturkan oleh peluntur yang
kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Sebab itu bakteri ini disebut
bakteri tahan asam (BTA).
 Teknik pewarnaan ini bisa digunakan untuk mendiagnosa
keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium
tuberculosis .
 Terdapat beberapa cara pewarnaan tahan asam, namun yang
paling banyak ialah cara menurut Ziehl-Neelsen.(anonymous,2009)
 Tujuan Mempelajari cara pengecatan Tahan asam dan mengamati
bentuk serta sifat bakteri 2 terhadap Pengecatan tahan asam
Persiapan alat dan bahan

1. Biakan Mmurni E coli dan B,Subtilis masing-masing dalam medium cair umum 48 jam

2. Larutan Zielhl Neelsen

a. ZN A : Larutan Zielhl Neelsen /carbol fuchsin

b. ZN B : Peluntur Alkaohol Asam

untuk mengintensifkan warna utama.

c. ZN C : Larutan Loefer’s / Matylin Blue

3. Air Steril,alcohol 70% dan lampu spiritus

4. Jarum ose

5. Mikroskop

7. Tissue
Prosedur kerja

1. Siapkan preparat apusan bakteri pada pengecatan sederhana ( perlakuan 1-


4)
2. Teteskan larutan ZN A pada noda apusan bakteri,biarkan selamai 1 mnt
dengan di panasi dengan api spiritus dengan api kecil kemudian di
dinginkan
3. cuci dengan air mengalirkan dan kering anginkan
4. Cuci dengan larutan peluntur ZN B sampai lapisan tersebut tampak pucat
( kira2 30 detik ) kemudian cuci dengan air mengalir dan kering anginkan
5. teteskan dengan cat penutup ZN C dan di biarkan selama 1 menit
6. cuci dengan air mengalirkan dan kering anginkan
7. Amati preparat dengan mikroskop dengan pembersan sedang dan kuat.
8. Gambar bentuk dan bagian2 sel bakteri yang tampak,beri keterangan hasil
pengecatan ZN
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut....
Lanjut...
Lanjut....
Mikrobia terdapat dalam bahan
pangan (morfologi jamur dan
Khamir )
 Tujuan Praktek
1. Mengamati jamur benang untuk mengidentifikasi secara
makrokopis dan mikfroskopis
2. Mengenal bermacam- macam bentuk sel khamir
membedakan sel yang mati dan sel yang hidup
Dasar teori

 A. Jamur benang terdiri atas masa benang yang bercang2 yang di sebut
mesilium ,Mesilium terdiri dari hifa ( filamen ) yang merupakan
benang2 tunggal.Badan vegetatif jamur yang tersusun dari filamen2 di
sebut thalus.
Berdasarkan fungsinya di bedakan
a. Hife fertil adalah hifa yang dapat membentuk sel2 reproduksi atau spora2
apabila hifa tersebut arah pertumbuhannya kelaur dari media di sebut
hifa udara
b. Hife vegetatif adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap makanan dan
substrat ada 2 macam hifa yaitu hifa yang tidak bersefta dan hifa bersepta
Lanjut....

 Hifa tidak bersepta merupakan ciri jamur yang termasuk


phycomycetes ( jamur tingkat rendah )
 Hifa yang bersepta merupakan ciri dari jamur tingkat tinggi
atau Eumycetes
 Hal yang perlu di perhatikan dalam pengamatan morforlogi
jamur benang secara makroskopis
 a.Sifat2 pertumbuhannya menyebar,marata,berkoloni
 b. Warna koloni
Lanjut...

 Hal yang perlu di perhatikan dalam pengamatan morfolofi jamur nenang


sebcara mikroskopis adalah
 a. Hifa “ bersepta atau tidak,ada percabangan,
tranfaran atau keruh,berwarna atau tidak
b. Spora seksual dan aseksual
c. Bagan tipe bentuk,ukuran warna,letak spora atau
konidi bentuk sporangiopof atau konidiofor,
kunumela atau visikula
d. Bentuk khusus adanya stalon,rhizoid,tungkai
pendukung spora
Jenis jenis jamur

 A. Jenis jamur
 1. Rhozopus sp
 2.Mucor sp
 3 Aspergilus sp
 4.Monilia sp
 5. Pinicililium sp
Cara Hidup Jamur

Saprofit, misalnya Gymnophilus

Parasit, misalnya Ustilago Mutual, misalnya mikoriza


Contoh Struktur Tubuh Jamur
Hifa Jamur

a. Hifa tidak bersepta


b. Hifa bersepta
Berbagai Macam Spora Jamur

Zigospora Basidiospora

Askospora
Contoh-contoh Jamur

Zygomycota

Rhizopus stolonifer Rhizopus nigricans


(pada roti basi) (pada tomat)
Bentuk Jamur

Uniseluler, misalnya Multiseluler, misalnya


Saccharomyces Lepiota
B, Khamir

 Kamir atau yest merupakan jamur besel satu yang


mikroskopis,tidak berflagela.
 cara hisupnya sebagai saprof dan parasit,hidup di dalam
tanah atau debu udara,daun2nektar bunga permukaan
buah2an di tubuh serangga dan cairan yang mengandung
gula seperti sirup madu
 khamir dapat melakukan reproduksi dengan
 a. Pertunasan ,b. Pembelahan tunas
 C sporulasi seksual dan aseksual
ALAT DAN BAHAN

A.    ALAT
1.    Mikroskop
2.    Kaca obyek
 3. Kaca penutup
4.    Jarum pentul
5.    Kapas/ tisu
6.    Pipet tetes
B.    BAHAN

 1. Tempe berjamur
2.    Nasi berjamur
3.    Tongkol jagung berjamur
4.    Roti berjamur
5.    Bahan-bahan lain yang berjamur
6.    Air tape masak
7.    Air aqua
 Larutan laktofenol
 Alkohol 70% dan lampu spiritus
 Jarum enten dan jarum preparat
 Gelas benda dan gelas penutup
Pengamatan khamir
alat dan bahan
 1, prepatar segar khamir pada bahan makanan
 sascharomyces cerevisiae ( air tape )
 Candida tropicalis ( Fermifan )
 2.Cat metilen blue
 3.Alkohol 70%
 4 jarum ernten dan jarusum ose
 5. Gelas genda dan penutup
Cara kerja morfolosi jamur benang

1. Bersihkan gelas preparat dan gelas penutup dengan


alkohol 70%
2.Beri lebel pada gelas preparat
3. Fiksasi kemuadian memanasi gelas preparat dan
penutup di atas api spiritus dengan jarak 10-15 cm
4.Letakkan objek dengan jarum enten dan jarum preparat
agar tidak bertumpuk
5. Tetesin dengan larutan laktofenol
6. Tutup dengan gelas penutup
7.Mengamati preparat dengan pembersan aran lemah dan sedang
8. Catar gambar jamur dan beri keterangan pada bagian2nya
bergerak warna biru dan mati warna bening tranfrant
Morfologi khamir

1. Bersihkan gelas preparat dan gelas penutup dengan


alkohol 70%
2. Beri lebel pada gelas preparat
3. Fiksasi kemudian memanasi gelas preparat dan
penutup di atas lampu spiritus dengan jarak 10-15 cm
4. Letakkan objek dengan menggunakan jarum enten
dan jarum preparat agar tidak bertumpuk
5.Tetesi dengan larutan Mythelin blue
6. Tutup dengan gelas penutup secara teratur
7 mengamati preparat dengan mikroskop dengan pembesaran lemah dan
sedang dan kuat
8. Catat gsmbar khamir dan beri keterangan bagian dari khamair
CARA KERJA

 Cara kerja mempersiapkan bahan praktikum


1.Siapkan bahan bahan yang akan diujikan
seperti yang
tertera diatas.
2. Tempatkan bahan-bahan tersebut pada
gelas plastik.
3.  Diamkan pada tempat yang lembab.
4.  Tunggu 3-5 hari agar berjamur
Cara kerja saat praktikum

1. Sterilkan alat.
2.    Mengambil sedikit miselium jamur dari salah satu makanan.
3.    Meletakkan pada objek gelas yang sebelumnya telas ditetesi
air.
4.    Ambil jamur dengan lembut agar jamur terurai.
5.    Menutup dengan deck glass dan jangan sampai terbentuk
gelembung udara.
6.    Mengamati dengan mikroskop dengan perbesaran lemah
lebih dulu, kemudian dilanjutkan dengan pembesaran
sedang.
7.    Mengamati dan menggambar hasil pengamatan dan sebut
bagian yang tampak.
8.    Mengklasifikasikan.
9.    ulangi kegiatan di atas pada semua bahan berjamur yang akan diujikan.
cara memperoleh makanan, dan cara berkembang biak (reproduksi) jamur.
Berikut ciri ciri jamur:

1. Bersifat eukariotik.
2. Tidak mempunyai klorofil, sehingga cara hidupnya bersifat
heterotrof (saprofit maupun parasit).
3.    Dinding selnya tersusun atas zat kitin.
4.    Tubuh jamur umumnya multiseluler, namun ada yang
uniseluler
5.    Tubuhnya berbentuk benang hifa, ada juga yang membentuk
anyaman benang yang disebut miselium.
Lanjut....

 B.Jamur juga memiliki syarat hidup untuk


berkembang biak dan bertahan hidup, diantaranya:
1.    Di tempat lembap.
2.    Di tempat agak asam.
3.    Pada bahan makanan.
 4.    Pada bahan organik.
5.    Serta hidup sebagai saprofit dan parasit pada
tumbuhan, hewan, dan manusia.
Klasifikasi Jamur

Berdasarkan Cara reproduksi secara genratif,


jamur dapat dibagi menjadi 4 filum, yaitu
 Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan
Deutromycota. Namum pada praktikum kali ini
jamur yang diamati adalah jamur dari Filum
Zygomycota dan Ascomycota yang merupakan
jamur mikroskopis.
Berikut akan dijelaskan mengenai kedua jenis
tersebut

 Zygomycota
Jamur kelompok ini bernana Zygomycota
karen dalam reproduksi generatifnya
menghasilkan zigot di dalam zigospora.
Jamur Zygomycota mempunyai ciri-ciri
yaitu:
a.    dinding selnya tersusun atas zat kitin.
b.    Multiseluler.
c.    hifa tidak bersekat.
d.    mengandung inti haploid
Lanjut....

 e.    memiliki keturunan diploid lebih singkat.


f.    reproduksi vegetative dengan membentuk spora.
g.    reproduksi generative dengan konjugasi yang
menghasilkan zigospora.
 Perkembangan secara seksual terjadi karena ada 2 macam
hifa, yaitu hifa (+) dan hifa (-). Keduanya bisa terdapat pada
satu talus atau talus yang berbeda.
Anggota dari divisi Zygomycota ini, saya akan
mendeskripsikan beberapa spesies antara
lain : Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, Rhizopus stol
onifer, Mucor mucedo, Mucor javanicans,
dan Clamydomucor oryzae.
a.    Mucor mucedo

Ciri –ciri dari jamur mucor mucedo:


1)    Miselium berkembang dalam substrat ( bahan organic
yang telah siap).
2)    Sporangium tumbuh pada ujung hifa yang muncul tegak dari
substrat.
3)    Termasuk dalam kelompok zygomycota.
4)    Bersifat saprofit pada: roti, kotoran ternak, dan sisa makanan
yang mengandung karbohidrat.
Gambar: Mucor mucedo
Rhizopus oryzae
Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam
pembuatan tempe. Jamur ini aman dinkonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam
laktat. Rhizopus oryzae memiliki kemampuan untuk menguraikan
lemak menjadi trigliserida dan asam amino. Berikut ciri-ciri dari jamur
ini:
1)    Hidup berkoloni, memiliki warna putih yang berangsur
-angsur menjadi abu2
2)    Sering digunakan dalam pembuatan tempe.
3)    Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder.
4)    Hidup sebagai saprotrof, yaitu menguraikan senyawa
organik.
5)    Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang
sama dengan sporangifora
Gambar: Rhizopus oryzae
.    Rhizopus oligosporus

Ciri-ciri dari jamur Rhizopus oligosporus


1)    Biasanya ditemukan di tanah, buah, dan syuran
yang membusuk serta pada roti yang sudah
membusuk.
2)    Menghasilkan enzim proetase
3)    Biasanya digunakan juga dalam pembuatan
tempe dan ada pada jamur nasi.
4)    Mempunyai koloni abu-abu kecoklatan dengan
tinggi 1mm.
t
Gambar: Rhizopus oligosporus
Rhizopus stolonifer

Ciri-ciri dari jamur Rhizopus stoloner:


1)    Memiliki hifa pendek dan bercabang-
cabang
berfungsi sebagai akar.
2)    Tumbuh di kondisi anaerobik.
3)    Banyak dijumpai pada roti yang
membusuk.
Gambar Rhizopus stolonifer
Mucor javanicans

Mucor javanicans
Ciri-ciri dari jamur mucor javanicans:
1) Hifa nonseptat
2) Sporangiofora tumbuh pada seluruh bagian
miselium, bentuknya sederhana atau bercabang
3)    Kolumela berbentuk bulat, silinder atau seperti
buah advokat
4)    Spora halus dan teratur    
5)    Tidak membentuk stolon, rhizoid sporangiola
(sporangia kecil yang mengandung beberapa spora).
Gambar:Mucor javanicans
.   2. Ascomycota

Jamur kelompok ini di sebut Ascomycota, karena dalam


reproduksi generatifnya menghasilkan askospora. Jamur ini
yang termasuk kelas Ascomycota mempunyai ciri-ciri yaitu
a.    dinding selnya tersusun atas zat kitin.
b.    uniseluler dan multiseluler.
c.    hifa bersekat.
d.    membentuk badan buah yang disebut askokrap.
e.    memiliki inti haploid.
f.    memiliki keturunan dipoloid lebih singkat.
g.    reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora.
h.    reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang
menghasilkan askospora.
beberapa spesiesnya antara lain sebagai berikut:

 Sacchormyces cerviciae
jamur unisel yang dapat membelah diri, dapt
memfermentasikan gula menjadi alcohol sehingga
sering digunakan untuk membuat tape maupun roti.
Ciri – ciri Sacchormyces cerviciae:
1)    Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur
mikroskopis.
2)    bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah.
3)    sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast.
4)    Biasanya digunakan dalam pembuatan tapai
Gambar : Saccharomyces cerevisiae
Aspergillus wentii.

Ciri-ciri :
1)    hifa bersekat
2)    bersel satu atau bersel banyak,
yang bersel
satu lebih dikenal dengan
ragi/khamir.
3)    Spora tidak berflagel
Gambar : Aspergillus wentii
Konidia

Konidiofor

Hifa

Alat reproduksi aseksual pada Ascomycota


Contoh Ascomicota
1. Saccharomyces cerevisiae  khamir, pembuat
alkohol,pengembang roti.
2. Penicillium notatum  antibiotik penisilin.
3. Penicillium chrysogenum  antibiotik penisilin.
4. Penicillium roqueforti  pembuatan keju.
5. Penicillium camemberti  pembuatan keju.
6. Neurospora crassa  jamur oncom (orange)
7. Neurospora sitophila  jamur oncom(orange)
8. Morchella esculenta  jamur buah (dimakan)
9. Claviceps purpurea  parasit pada gandum (ungu)
Penyakit Gangren (kejang saraf,halusinasi,gila).
Contoh Basidiomycota
1. Volvariela volvacea  Jamur Merang
2. Auricularia polytricha  Jamur Kuping
3. Pleurotes  Jamur Tiram
4. Lentinula edodes  Jamur Shiitake
5. Amanita phalloides  Jamur Racun
6. Exobasidium vexans  Jamur pada Teh
7. Corticium salmonella  Jamur Upas
Teknik isolasi mikrobia
Isolasi
 Pengertian
 Isolasi adalah mengambil mikrorganisme terdapat di
alam dan menumbuhkan dalam suatu medium
buatan,Proses pemisahan atau pemurnian dari
mikroorganisme lain perlu di lakukan karena semua
pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan
indentifikasi mikroorganisme memerlukan suatu
populasi hanya terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja
Prinsip isolasi mikroba
Prinsip dari isolasi mikrobia adalah memisahkan satu jenis mikro dengan
mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam
mikroba,
Hal ini dapat di lakukan dengan menumbuhkan nya dalam media padat .
Sel2 mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang di tempatnya
( sutedjo,1996 )
Tujuan Praktikum

1. Teknik Tusukan (Stab ) adalah untuk melihat sifat aerob


dan anaerob mikrobia
2. Gores ( Steak ) adalah untuk melihat sifat
pertumbuhan dan morfologi koloni mikrobia,
a. Steak miring goresan pada media tabung
mering tujuan untuk menumbuhkan Mc
dengan goresan agar dengn jarum ose yang
telah di inokulasi dengan kultur bakteri
Lanjut...

 B. Steak Plate (Teknik lempeng gores ) menumbuhkan


bakteri dalam media agar dengan cara mengores dengan
jarum ose bakteri akan tumbuh dengan goresan bekas
inokulasi steak jarum
3. Pour Plate ( tuang )

 Tujuan untuk mengetahui morfologi dan jumlah koloni


pada perhitungan jumlah bakteri dengan metode
pengenceran
 Teknik ini dalam menumbuhkan mikroorganisme dalam
media agar dengan cara mencampurkan media cair dengan
stok kultur
4. Spread Plate ( tabur )

 TUJUAN mengetahui morfologi koloni bakteri dengan


cara menuang ke dalam cawan petri steril lalu di tambahkan
media agar di atasnya kemudian di homogenkan
 Mc akan tumbuh menyebar merata pada bagian permukaan
media agar
Beberapa faktor yang perlu di perhatikan
dalam mengisolasi mikroorganisme

1. sifat dan jenis mikroorgnisme


2. Habitat Mikroorgnisme
3. Medium pertumbuhannya
4. Cara menginokulasi dan inkubasi
5. Cara mengindentifikasi
6. Cara memeliharaannya
Prinsip kerja isolasi bakteri

 Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana


yakni dengan menginokulasikan sejumlah kecil
bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat
menyusun kehidupan bakteria.
 Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari
bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan
inokulasi.
 Dalam kajian mikrobiologi yang berhubungan
dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah,
air, makanan dan udara (Talaro, 1999).
Lanjut...
 Teknik-teknik Isolasi atau Penanaman Mikroorganisme Untuk
menanam suatu mikroorganisme perlu diperhatikan faktor
faktor nutrisi serta kebutuhan akan oksigen (gas, O2 atau
udara).
 Cara menumbuhkan mikroorganisme yang anaerob sangat
berbeda dengan yang aerob.
 Mengisolasi suatu mikroorganisme ialah memisahkan
mikroorganisme tersebut dari lingkungannya di alam dan
menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium
buatan. Untuk isolasi harus diketahui cara-cara menanam dan
menumbuhkan mikroorganisme pada medium biakan serta
syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya (Jutono dkk, 1980).
Macam-macam cara mengisolasi dan menanam
mikroorganisme adalah :

 Macam-macam cara mengisolasi dan


menanam mikroorganisme adalah :
 1). Spread plate method (cara tebar/sebar),
 2). Streak plate method (cara gores),
 3). Pour plate method (cara tabur).
 a. Spread Plate Method (Cara
Tebar/Sebar)
Lanjut....

 Teknik spread plate merupakan teknik isolasi


mikroorganisme dengan cara menginokulasi kultur
mikroorganisme secara pulasan/sebaran di permukaan
media agar yang telah memadat.
 Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur
mikroorganisme. Karena konsentrasi sel-sel mikroorganisme
pada umumnya tidak diketahui, maka pengenceran perlu
dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada
satu dari pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah
(30-300 koloni). Koloni mikroorganisme yang terpisah
memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung.
Alat dan bahan:

 1. Spreader/batang bengkok/ Drigalsky


 2. Pipet volume, lampu bunsen
 3. Media NA dalam cawan petri
 4.Kultur murni bakteri .E Coli atau
subtilis
 5.Larutan pengencer ( NaCl fisiologis
0,9%)
Cara kerja:
 1. Buatlah pengenceran 10-1 – 10-6 dari kultur murni bakteri
 dengan larutan pengencer.
 2. Ambil tabung reaksi yang mengandung kultur murni
 bakteri, buka dan bakar leher tabung.
 3. Pindahkan 0,1 ml kultur bakteri secara aseptis ke
 permukaan media NA dalam cawan petri.
 4. Bakar spreader yang sebelumnya telah dicelupkan dalam
 alkohol, biarkan dingin. Tebarkan/sebarkan kultur bakteri
 dengan spreader secara merata dan biarkan sampai
 permukaan agar mengering
Lanjut...

 6. Setelah permukaan agar mengering, selanjutnya


 inkubasikan secara terbalik selama 24 jam pada
 suhu kamar dan amati pertumbuhannya.
 7. Bandingkan pertumbuhan dari tiap-tiap
 pengenceran dan bandingkan pertumbuhannya
 dengan hasil teknik spread plate pada percobaan
 2 (sterilisasi secara filtrasi).
Spread Plate Method
b. Pour Plate Method (Cara Tabur)

 Cara ini dasarnya ialah menginokulasi


medium agar yang sedang mencair pada
temperatur 45-50oC dengan suspensi bahan
yang mengandung mikroorganisme, dan
menuangkannya ke dalam cawan petri steril.
 Setelah inkubasi akan terlihat kolonikoloni
yang tersebar di permukaan agar yang
mungkin berasal dari 1 sel bakteri, sehingga
dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk, 1980)
Alat dan bahan:

 1. Media NA dalam tabung reaksi (hasil


percobaan 1)
 2. Cawan petri steril
 3. Kultur murni bakteri
 4. Pipet volume, lampu Bunsen
Cara kerja:
 1. Dinginkan media NA dalam tabung reaksi sampai suhu
± 45 - 50oC (cirinya : terasa hangat di kulit/tidak ‘kemranyas’).
 2. Buka tutup tabung yang mengandung kultur murni bakteri,

dan bakar leher botol.


 3. Pindahkan 1 ml kultur murni bakteri ke dalam tabung

reaksi yang mengandung NA secara aseptis.


 4. Bakar leher tabung di atas bunsen, dan tuangkan media NA

yang telah mengandung kultur murni bakteri ke dalam

cawan petri.
lanjut

 5. Goyangkan perlahan-lahan untuk mencampur


kultur bakteri dengan NA sampai
homogen.Penggoyangan petri jangan terlalu kuat.
Pada saat penuangan media, petri bisa diletakkan
dalam radius maksimal 20 cm dari sumber api
(zona steril. )
 6. Setelah agar memadat diinkubasi terbalik pada
suhu kamar selama 24 jam. Inkubasi terbalik
dilakukan setelah agar memadat. Amati
pertumbuhannya.
Streak Plate Method (Cara Gores )
 Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi
koloni mikroorganisme pada cawan agar sehingga
didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan
murni.
 Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan
yang mengandung mikroorganisme pada permukaan
medium agar yang sesuai pada cawan petri.
 Setelah inkubasi maka pada bekas goresan akan
tumbuh kolonikoloni terpisah yang mungkin berasal
dari 1 sel mikroorganisme, sehingga dapat diisolasi
lebih lanjut (Jutono dkk, 1980).
Lanjut....

 Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni


yang terpisah.
 Bakteri yang memiliki flagella seringkali membentuk koloni
yang menyebar terutama bila digunakan lempengan yang
basah.
 Untuk mencegah hal itu harus digunakan lempengan agar
yang benar-benar kering permukaannya (Lay, 1994)
Alat dan bahan:

 1. Media NA dalam cawan petri


 2. Kultur murni bakteri
 3. Jarum ose
 4. Lampu bunsen
Cara kerja:

 1. Panaskan jarum ose hingga memijar di atas bunsen,

kemudian dinginkan. Gunakan ose yang telah dingin untuk

menggores pada permukaan media agar dalam cawan petri.


 2. Ambil 1 ose kultur murni bakteri dan goreskan pada

permukaan media agar dimulai pada satu ujung.

Perhatikan teknik penggoresan! Ose disentuhkan pada

permukaan media agar dalam cawan petri, sewaktu

menggores ose dibiarkan meluncur di atas permukaan agar.


Lanjut....

 3. Setiap kali menggoreskan ose untuk kuadran berikutnya,


pijarkan ose terlebih dahulu dan biarkan dingin. Setelah
agak dingin baru di gunakan menggores

 4. Inkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24


jam dan amati pertumbuhannya
Tujuan

 Tujuan dari pemindahan biakan untuk menguasai


teknik pemindahan biakan bakteri dari satu wadah
ke wadah lain secara aseptik, sehingga hanya biakan
murni yang diharapkan yang tumbuh.
 Hal ini sangat penting dalam tahap awal pekerjaan
isolasi mikroba terutama yang berasal dari stok
kultur (bukan dari substrat).
 Kegagalan dalam hal pemindahan biakan dapat
menyebabkan kontaminasi dari pertumbuhan
mikroba yang tidak diharapkan (Dwidjoseputro,
1990).
2 Macam Teknik Isolasi 

Beberapa cara atau metode yang dikenal


untuk memperoleh biakan murni dari suatu
biakan campuran.

Dua diantaranya yang paling sering digunakan


adalah metode cawan gores dan metode cawan
tuang.
Metode tersebut didasarkan pada
spesies individu, dengan anggapan bahwa setiap
koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat
diamati  (Dwidjoseputro, 1990).
  
Teknik Piringan Goresan (Streak Plate
Metod )

 Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 450C, dituang ke dalam


cawan petri steril (cawan gelas dengan garis tengah sekitar tiga inci) dan
dibiarkan sampai menjadi padat.
 Kemudian menginokulasi biakan dilakukan dengan jarum ose pada
permukaan atas agar yang penuh dengan biakan campuran (misalnya
specimen ludah atau bahan lain )n).
Lanjut....

 Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 450C,


dituang ke dalam cawan petri steril (cawan gelas dengan
garis tengah sekitar tiga inci) dan dibiarkan sampai menjadi
padat. Kemudian menginokulasi biakan dilakukan dengan
jarum ose pada permukaan atas agar yang penuh dengan
biakan campuran (misalnya specimen rusak atau bahan
lain).
Lanjut...
Lanjut...

 a. Goresan Sinambung
          Prosedur
kerjanya adalah inokulum
loop (ose) disentuhkan pada koloni bakteri
dan gores secara kontinyu sampai setengah
permukaan agar. Lalu petridish diputar
180o dan dilanjutkan goresan sampai habis.
Goresan sinambung umumnya digunakan
bukan untuk mendapatkan koloni tunggal,
melainkan untuk peremajaan ke cawan atau
medium baru.
Lanjut....
 b. Goresan T
          Prosedur kerjanya adalah petridish dibagi menjadi 3 bagian
menggunakan spidol dan daerah tersebut diinokulasi dengan streak zig-
zag. Ose dipanaskan dan didinginkan, lalu distreak zig-zag pada daerah
berikutnya.
c. Goresan Kuadran (Streak quadrant)

 c. Goresan Kuadran (Streak quadrant)


          Hampir sama dengan goresan T, namun
berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi
empat. Daerah 1 merupakan goresan awal
sehingga masih mengandung banyak sel
mikroorganisma. Goresan selanjutnya
dipotongkan atau disilangkan dari goresan
pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan
akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.
Gambar
Metode Tuang (pour-plate method)

Metode Tuang (pour-plate method)


             Terdiri atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji
yang mengandung agar cair yang telah didinginkan pada suhu 450 C isinya
diaduk untuk memencarkan bakteri keseluruh medium.
Lanjut....

 Campuran itu kemudian ditungkan


kedalam cawan petri steril dan dibiarkan
padat pertumbuhan koloni terjadi baik
dalam medium tujuan pada kedua proses
ialah untuk memisahkan bakteri satu sama
lain sehingga sel-sel itu akan tumbuh
menjadi koloni-koloni yang terpisah
didalam medium yang padat
Lanjut....
Lanjut...

3. Teknik Sebar (spread plate)


 Metode cawan sebar (spread plate) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menuangkan stok kultur bakteri atau mengapuskannya di atas media agar
yang telah memadat. Bedanya dengan pour plate adalah,
lanjut

 pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media


agar memadat sedangkan pour plate kultur dicampurkan
ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan teknik
ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar
merata pada bagian permukaan media agar (Hadioetomo,
1993).
Teknik Pengenceran (dilution method)
 Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa
campuran bermacam- macam spesies diencerkan
dalam suatu tabung yang tersendiri. Hasil
pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 mL
untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran
yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada
suatu medium padat,
 kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan
tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan
memperoleh satu koloni saja.
Lanjut...

 Hal yang demikian ini dapat kita jadikan biakan murni. Jika
kita belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh
tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat
mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini
sebagai sampel (Trianda, 2011).
Lanjut....
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Isolasi

1. Menurut Jutono (1980), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengisolasi bakteri, yaitu
2. Sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi
3. Tempat hidup atau asal mikrobia tersebut
4. Medium untuk pertumbuhannya yang sesuai
5. Cara menanam mikrobia tersebut
6. Cara inkubasi mikrobia tersebut

  
lanjut....

1. Cara menguji bahwa mikrobia yang diisolasi telah berupa


biakan murni dan sesuai dengan yang dimaksud
2. Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap
merupakan biakan murni
  
  
Teknik pemindahan kultur Mc

 Teknik - Teknik Pemindahan Kultur


Mikroorganisme Untuk mencegah
tercemarnya biakan murni, perlu diadakan
teknik aseptik pada waktu memindahkan
mikroorganisme.
 Dalam percobaan-percobaan ini akan
dipelajari cara-cara memindahkan biakan
murni dengan cara aseptik.
Alat dan bahan

 Alat dan bahan:

 1. Media NA miring dalam tabung reaksi (hasil percobaan 1)

 2. Media NA tegak dalam tabung reaksi (hasil percobaan 1)

 3. Media nutrien cair atau NB dalam tabung reaksi (hasil percobaan 1)

 4. Jarum ose

 5. Jarum inokulasi

 6. Kultur murni bakteri

 7. Lampu bunsen

 8. Vortex mixer
Cara kerja
1 Siapkan media NA dan NB hasil percobaan 1 (media NA miring, media NA

tegak dan media NB/cair). Pemindahan kultur mikroorganisme dilakukan

satu persatu untuk masing-masing media.

2. Longgarkankan tutup dari masing-masing tabung reaksi yang berisi media

(jangan di lepaskan!).

3. Pegang tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri di tangan kiri.

4.Pegang jarum ose pada tangan kanan dan bakar di atas nyala lampu Bunsen

hingga kawat memijar.Perhatian : pemanasan 29 jarum ose dilakukan dari

pangkal ke ujung sampai memijar, sebelum digunakan kawat didinginkan

beberapa saat!
lanjut

5.Pegang ose menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, gunakan

jari kelingking untuk membuka tutup tabung reaksi (tutup

tabung reaksi tetap dipegang seperti posisi semula).

6. Bakar mulut tabung reaksi, masukkan jarum ose dan ambil

1 ose biakan bakteri.

7. Bakar kembali mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi\

kembali.
Lanjut...
8. Ambillah tabung reaksi yang akan diinokulasi dengan tangan

kiri, dengan cara yang sama buka tutup tabung reaksi, dan

bakar mulut tabung reaksi.

9. Inokulasikan biakan bakteri pada tabung reaksi inokulasi

dengan cara goresan zigzag pada permukaan NA miring.

10. Bakar mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi

kembali, kemudian bakar ose.


Lanjut....

11. Beri label : tanggal percobaan, nama bakteri, Teknik

pemindahan dan nama kelompok.

12. Lakukan dengan cara yang sama untuk media nutrient

cair/NB menggunakan jarum ose dan media agar tegak

secara tusukan tegak lurus menggunakan jarum

inokulasi.

13. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar dan amati

pertumbuhannya.
TERIMA KASIH
MIKROBIOLO
GI
PENGARUH DESINFEKTAN
TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI
Tujuan Praktikum : Untuk
mengetahui pengaruh desinfektan
terhadap mikroba dengan
mengamati dan mengukur zona
jernih dan zona gelap.
DASAR TEORI
 Desinfektan adalah senyawa kimia yang dapat mengurangi atau
mematikan mikroba yang terdapat pada benda mati. Desinfektan
bekerja dengan cara membentuk ikatan kimia dengan protein,
ikatan tersebut bersifat irreversible, yaitu koagulasi atau denaturasi
protein. Dengan demikian akan mengakibatkan terjadinya
perubahan yang bersifat merusak pada dinding sel, membrane sel,
aktivitas enzim dan protoplasma sel. Sel yang mengalami gangguan
akan mati atau terganggu pertumbuhannya. Zat kimia yang sering
digunakan sebagai desinfektan adalah : iodium, AgNO3 0,1%,
HgCL2 0,1%, fenol 5%, alcohol 70%, formaldehid 20%, dan lain
sebagainya.
Zona Jernih / Zona Hambat
adalah zona dimana bakteri
terhambat pertumbuhannya akibat
larutan desinfektan atau anti
mikroba pada media agar
Zona Gelap adalah zona dimana
bakteri dapat tumbuh pada media
agar
ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
 Cawan petri steril  Bakteri Bacillus subtilis dan E.coli
 Tabung reaksi  Media Agar
 Hot Plate  Alkohol 70%
 Kertas saring steril berbentuk  Betadin
bundar (diameter 2 cm)  Sunlight
 Lampu bunsen  Antis gel
 Jarum ose  Daun Sirih
 Inkubator  Serai
 Pinset  Kunyit
 Penggaris  Madu
CARA KERJA
 Mahasiswa dibagi dalam 8 kelompok sesuai
jenis desinfektan yang digunakan
 Siapkan alat dan bahan
 Panaskan tabung reaksi yang berisi media agar
dengan hot plate, setelah mendidih (semua
media jernih dan cair), tunggu sebentar hingga
hangat kuku/suam-suam kuku
 Ambil 2 cawan petri steril, masing-masing
diberi label B.subtilis dan E.coli
 Fiksasi jarum ose di dekat bunsen, lalu ambil
bakteri B.subtilis dan E.coli menggunakan
jarum ose yang berbeda
 Masukkan bakteri ke dalam cawan petri steril
dengan difiksasi di atas bunsen
 Setelahitu, tuangkan media agar ke dalam
cawan petri, lalu tutup cawan petri
 Kemudian homogenkan bakteri dan media agar
dengan cara memutar cawan petri
 Tunggu hingga media agar membeku
 Tuang larutan/cairan desinfektan ke dalam
 Tuang larutan/cairan desinfektan ke dalam cawan
petri lain yang sudah steril, ambil pinset steril dan
masukkan kertas saring sampai terendam
larutan/cairan desinfektan
 Kemudian ambil kertas saring dan letakkan tepat di
tengah-tengah cawan petri yang berisi media agar
tadi
 Balik
cawan petri dan bungkus dengan kertas (tulis
nama desinfektan yang digunakan)
 Inkubasi dengan suhu 37º C selama 2x24 jam
 Setelah
48 jam, amati dan ukur zona jernih dan zona
keruh pada cawan petri dengan penggaris
CONTOH HASIL PENGAMATAN
 Contoh hasil pengamatan di atas
menggunakan desinfektan kimawi : alkohol
70%, sunlight, dan nuvo. Sedangkan
desinfektan alami menggunakan madu.
 Biasanya praktikum di laboratorium
Polkesyo, desinfektan kimiawi yang
digunakan adalah alkohol 70%, sunlight,
betadin, dan antis gel. Sedangkan
desinfektan alami menggunakan daun sirih,
serai, dan kunyit.
TABEL PENGAMATAN
No Desinfektan Zona Jernih (cm) Zona Gelap (cm)

1. Alkohol 70% B. Subtilis : B. Subtilis :


E.Coli : E.Coli :

2. Betadin B. Subtilis : B. Subtilis :


E.Coli : E.Coli :

dst …
TUGAS MAHASISWA

1. Seperti apa ciri-ciri desinfektan yang


ideal?
2. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kerja desinfektan?

Anda mungkin juga menyukai