Anda di halaman 1dari 41

KISTA OVARIUM

Annysah
Claudia Anerli
Dilla Dwi Rahmadhani
Nilam Destinarsih
Suchika Wulandari Putri
DEFINISI
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel berlebih/abnormal pada ovarium yang
membentuk kista. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari siklus menstruasi sebagai respons terhadap aksi hormonal. Kista
ovarium merupakan gejala khas wanita yang ditandai dengan adanya akumulasi
cairan yang terbungkus membran ovarium (Darmayanti & Nashori, 2021).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346).
Klasifikasi
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :

1. Tipe Kista Normal


Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel

telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Keduanya tidak mengganggu,
tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu
1. Tipe Kista Abnormal
a. Kista denoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya bersifat
jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat karena
berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku,
rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung telur.
Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.

d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar
rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap
bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein
yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini.
Etiologi
Menurut Nugroho (2012), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofisis dan
ovarium.

Menurut Arif, F. A et al., (2016) mengatakan faktor resiko


pembentukan kista ovarium terdiri dari:
a. Usia
b. Status menopause
c. Faktor genetik
d. Pengobatan infertilitas
e. Kehamilan
f. Hipotiroid
g. Merokok
h. Ukuran massa
i. Kadar serum pertanda tumor CA-125
j. Riwayat keluarga
k. Konsumsi alkohol
l. Obesitas
Patofisiologi
Menurut Prawirohardjo (2017) fungsi ovarium normal tergantung pada
banyaknya hormon, dan gangguan hormonal dapat mengganggu fungsi
ovarium. Jika tubuh wanita tidak menghasilkan jumlah hormon hipofisis yang
dibutuhkan, ovarium tidak akan berfungsi dengan baik.
Kista ovarium yang berkembang sebagai hasil proses ovulasi normal
disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista adalah kista fase folikular dan
luteal, kadang-kadang disebut kista kultana. Kista ovarium ini dapat
dirangsang oleh gonadotropin seperti FSH dan HCG.
P
a
t
h
w
a
y
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan
wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu.
Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak
 Gejala Kista secara Umum, menurut Yatim (2008), antara lain:
1) Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal. ubuh atau nyeri rongga panggul kala
2) Rasa nyeri sewaktu bersetu tubuh bergerak.
3) Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi tidak seperti biasa
Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek atau tidak keluar darah menstruasi pad
siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak teratur.
4) Perut membesar. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
 Gejala Klinis Kista Ovarium

Ada pun gejala klinis kista ovarium:


1. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan pemeriksaan
rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm, dianggap belum berbahaya kecuali bila
dijumpai pada ibu yang menopause atau setelah menopause.

2. Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber hormon wanita yang
paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat mengganggu
pengeluaran hormone

3. Gejala klinis karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat berbentuk
infeksi kista ovarium dengan gejala demam, perut sakit, tegang dan nyeri, penderita
tampak sakit.
Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran
perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisinya dalam perut.

2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium


Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan
kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala
klinik yang minimal.

b. Torsio atau putaran tangkai


Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter
5 cm atau lebih.

c. Infeksi pada tumor


Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma,
seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
bersetubuh.

e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya.
Pemeriksaan Penunjang
Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat dilaksanakan
dengan:

1) Laparoskopi
Dengan pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui apakah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2) Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3) Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.

4) CA-125
Memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA125.
Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun
tidak ada proses keganasan.

5) Parasentensis pungsi asites


Berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi
kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2008).
Penatalaksanaan Medis
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak
curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut,
tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode:

a) Terapi Hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan
estrogenprogresteron) boleh ditambahkan obat anti androgen
progesteron cyproteron asetat yang akan mengurangi ukuran besar
kista.

b) Terapi Pembedahan/Operasi
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu
mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur penderita,
ukuran kista, dan keluhan.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Anamnesa (Pengumpulan Data)

Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini


dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Perawat mengumpulkan
data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi
yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam 30
manajemen kolaborasi perawat akan melakukan konsultasi.
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien.
A. Data subyektif
1. Identitas pasien
- Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru
dengan pasien-pasien lain.

- Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa


reproduksi.

- Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai


gangguan reproduksi.

- Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat


intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.

- Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau


kebiasaan sehari pasien.

- Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial


ekonominya.
2. Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu dating.
Tuliskan sesuai uangkapan.

a) Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk mengetahui
permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai kesehatan reproduksi.

b) Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita yang dapat
mempengaruhi dan memperparah penyakit yang saat ini diderita.
- Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat ini yang berhubungan dengan gangguan reproduksi terutama kista
ovarium.
- Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gaangguan kesehatan pasien.
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah atau tidak, umur
berapa menikah dan lama pernikahan.

d) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama menstruasi,
banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan system reproduksi sehubungan dengan menstruasi.

e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka bidan harus menggali
lebih spesifik untuk memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu adalah normal
atau patologis.

f) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat ini digunakan ibu
yang kemungkinan menjadi penyebab atau berpengaruh pada penyakit yang
diderita saat ini.
g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :

a. Nutrisi Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan


makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum minuman
beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan tumor dalam
tubuh.

b. Eliminasi Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan


buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.

c. Hubungan seksul Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi


tersebut apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau
sebaliknya.

d. Istirahat Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang


cukup atau tidak.

e. Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga


kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien
baik atau tidak.
b. Kesadaran Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c. Vital sign Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan
dengan kondisi yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah,
temperatur/ suhu, nadi serta pernafasan.

2. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung


rambut sampai ujung kaki.
a. Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan
rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b. Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau
tidak, pucat atau tidak.
c. Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik
atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
d. Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan
hidung simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada
infeksi atau tidak.
e. Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada
penumpukan sekret atau tidak.
f. Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir
pecah-pecah atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi
berlubang atau tidak.
g. Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada
pembesaran kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis
atau tidak.
h. Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada
pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
i. Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris
atau tidak, ada benjolan atau tidak.
j. Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas
operasi dan pembesaran perut.

k. Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan


turgor baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau
tidak.

l. Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui


keadaan turgor baik atau tidak, sianosis atau tidak,
oedem atau tidak, reflek patella positif atau tidak.

m. Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan,


abses ataupun pengeluaran yang tidak normal.

n. Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada


hemorrhoid atau tidak.
3. Data Sosial

Yang perlu dikaji yaitu kondisi ekonomi pasien serta kebudayaan yang dianut
pasien saat ini.

4. Data Spiritual Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan


kepercayaannya.

5. Data Psikologis Hal yang perlu dikaji yaitu perasaan pasien setelah mengetahui
penyakit yang di derita saat ini.

6. Pola Kebiasaan sehari-hari Biasanya klien dengan penderita kista ovarium


mengalami gangguan dalam aktivitas dan tidur karena merasa nyeri.

7. Pemeriksaan khusus

a. Inspeksi Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat keadaan


muka, payudara, abdomen dan genetalia.

b. b. Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan,


digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.
DIAGNOSA KEP
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya.

1. Preoperasi 2. Post operasi


a. Nyeri akut (D.0077) a. Nyeri akut (D.0077)
b. Gangguan eliminasi urine (D.0040) b. Gangguan mobilitas fisik
c. Ansietas (D.0080) (D.0054)
d. Defisit pengetahuan (D.0111) c. Risiko infeksi(D.0142)
d. Defisit nutrisi (D.0119)
e. Konstipasi (D.0049) f. Defisit
perawatan diri (D.0109)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Setelah rencana keperawatan disusun
langkah selanjutnya adalah dalam
menetapkan tindakan keperawatan.
Tindakan ini dapat dilakukan secara mandiri
atau kerjasama dengan tim kesehatan
lainnya.
EVALUSI
KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang
terjadi pada setiap langkah dari proses
keperawatan dan pada kesimpulan. Evaluasi
keperawatan adalah tahap terakhir dari
proses keperawatan. Evaluasi keperawatan
adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan
dengan setiap diagnose keperawatan.
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat
yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
SOAP

Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon(jangka


panjang) terhadap tujuan, dengankata lain,
bagaimana penilaian terhadap perkembangan
kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang
diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga
dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap
respon yang segera timbul setelah intervensi
keperawatan dilakukan.

Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP.


a. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari
pasien
b. O: Objectiveyaitudatayang diobservasioleh
perawatataukeluarga
c. A: Assassment yaitu kesimpulan dari objektif dan
subjektif
d. P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan
Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai