Anda di halaman 1dari 12

HUKUM

EKONOMI
ISLAM
KELOMPOK 13 :
1. BELINDA CAHYA SEPTEFANI
2. HAMIDA FANI
3. HESTI VIDIASTUTIK
KESIAPAN HUKUM EKONOMI INDONESIA DALAM
MENGANTISIPASI PERKEMBANGAN BANK SYARIAH

● Selama ini, industri perbankan Syariah berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan dan telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang
mengatur regulasi perbankan syariah dan perbankan konvensional. Namun, setelah itu, perlu
regulasi khusus untuk mengatur perbankan syariah saja. Hal ini karena bank syariah sudah
berjalan selama 16 tahun, namun dasar hukumnya baru disahkan pada 18 Juni 2008.
● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memberi
aturan yang lebih jelas dan lebih khusus tentang sistem dan aturan perbankan Syariah.
Pengesahan Undang-Undang Perbankan Syariah tidak terlepas dari sasaran yang ditetapkan
stakeholder, termasuk Bank Indonesia (BI) sebagai pembuat peraturan perbankan. Bank
Indonesia menargetkan perbankan syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan cepat. Sasaran
yang ditetapkan adalah nilai aset bank syariah tahun 2008 dapat mencapai 5 persen dari seluruh
total aset perbankan nasional.
Membangun Tatanan Masyarakat Madani Melalui Pembiayaan Pada Bank Syariah

Konsep “masyarakat madani” pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Anwar Ibrahim,
mantan wakil Perdana Menteri / Menteri Keuangan malaysia pada Seminar dalam Festifal
Istiqlal tahun 1995. Mengenai hal ini Dawam Rahardjo mengatakan bahwa berbicara tentang
masyarakat madani harus ditarik ke akar sejarahnya yaitu “negara madinah” yang didirikan
oleh Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya Dawam Rahardjo mengatakan bahwa secara historis
“Masyarakat madani” bersifat urban, kota dan – jika dibandingkan dengan masyarakat baduy
selalu berkelana – berperadaban yang halus (civilized), secara normatif “masyarakat madani”
boleh juga digambarkan sebagai “khairu ummah” (umat terbaik). Tetapi sebagai istilah teknis
“masyarakat madani” dijadikan sama dengan “masyarakat warga”, yaitu sebagai usaha untuk
menterjemahkan konsep civil society. jika dihubungkan dengan pendapat Dawam Rahardjo
bahwa secara historis masyarakat madani adalah masyarakat yang didirikan oleh Nabi
Muhammad SAW pada masa pemerintahannya di Kota Madinah – yang nota bene melaksanakan
syari’ah Islam dalam berbagai hal-, salah satu sisi dari masyarakat madani yang sangat berperan
dalam kehidupan perekonomian negara, yaitu perbankan yang berdasarkan syariat Islam.
HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Sumber hukum perlindungan konsumen dalam Islam, praktis sama persis dengan sumber
hukum Islam yang diakui oleh mayoritas ulama (jumhur ulama) yaitu: Al-Qur'an, Sunnah,
Ijma', dan Qiyas.
Al-Qur'an dan sunnah dapat berdiri sendiri sebagai dalil hukum, sedangkan ijma' dan qiyas
tidak dapat berdiri sendiri sebagai dalil hukum, karena proses ijma dan qiyas harus
berdasarkan kepada dalil penyandaraan dari Al-Qur'an dan Sunnah.
Perlindungan konsumen merupakan hal yang sangat penting dalam hukum Islam. Oleh karena
Islam melihat bahwa perlindungan konsumen bukan sebagai hubungan keperdataan saja,
melainkan menyangkut kepentingan publik secara luas, bahkan menyangkut hubungan
manusia dan Allah SWT. Maka perlindungan terhadap konsumen muslim berdasarkan syariat
Islam merupakan kewajiban negara.
Dalam Islam, Hukum perlindungan konsumen mengacu kepada konsep halal dan haram, serta
keadilan ekonomi, berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Anda mungkin juga menyukai