Anda di halaman 1dari 51

TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti materi ini, peserta


latih mampu memahami tata kelola
Pemerintahan baik & bersih ( Clean &
Good Governance)
TUJUAN KHUSUS
1. Menjelaskan pengertian kepemerintahan yang baik.
2. Menjelaskan dan menguraikan prinsip-prinsip
kepemerintahan yang baik
3. Menjelaskan Reformasi Birokrasi
4. Menjelaskan Program kemenkes dalam upaya pencegahan korupsi
5. Menjelaskan sisitem Pengendalian Internal Pemerintah
6. Menjelaskan Pembangunan Zona Integritas
POKOK BAHASAN
5

GOOD GOVERNANCE
DALAM BIDANG
KESEHATAN
Governance
 Concept of “governance” is not new.
 It is as old as human civilization
 Governance means “ The process of decision making and
the process by which decisions are implemented (or not
implemented)
 Governance can be used in several contexts such as
corporate governance, international governance, national
governance and local governance (Unescap, 2006)
Pilar-Pilar Good Governance

State

Private
Society
sector
8

 Governance  The Art of Steering


The Actors :

CIVIL SOCIETY
Citizens organized into :
Community-based organizations
STATE Non-governmental Associations
Professional Associations
Executive
Religious group, Women’s groups
Judiciary Media.
Legislature
Public Service
Military
Police BUSINESS
Small/medium/large enterprises
Multinational Corporations
Financial institutions
Stock exchange

Sumber : Kathleen Lauder, Director Institute on Governance, Jakarta 2001


9

Good Governance
Menerapkan
PEMBANGUNA
Prinsip-prinsip PEMERINTA N
H NASIONAL
Akuntabilitas MASYARAKA INTERAKSI
T (SINERGIS,
Tranparansi KONSTRUKTI
 INPUTS
 OUTPUTS
Keterbukaan F)
 OUTCOMES
Rule of Law (Results) TUJUAN
 BENEFITS NASIONA
Participation SEKTOR
 IMPACTS L
SWASTA
Responsiveness DUNIA Saling mengisi dan
Profesionalitas USAHA mengawasi agar (3E:
Etika terjadi EFEKTIF,
HAM keseimbangan EFISIEN,
kebijakan dan EKONOMIS)
pelaksanaan 
BASED ON Checks & Balances
SHARED
VALUES
a.l.
PUBLIC SECTOR GOVERNANCE Kualitas
Birokrasi
CORPORATE GOVERNANCE
GOVERNANCE BY CITIZEN
(LSM, Organisasi Profesi, dsb.) PARTNERSHIP

D. II/LAN/2001
1
0

Dari 3 aktor Good Governance, domain


state/government merupakan komponen yang strategis
karena:
• Fungsi Pengaturan  Menfasilitasi sektor swasta &
masyarakat.

• Fungsi Administratif dalam penyelenggaraan


pemerintahan:  proses koordinasi, pengendalian
(steering), pengarahan (influencing) dan penyeimbang
(balancing) interaksi dari 3 aktor good governance

D. II/LAN/2001
1
PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE
1

1. WAWASAN KE DEPAN 1. TANPA ARAH


2. KETERBUKAAN DAN TRANSPARANSI 2. KESALAHPAHAMAN
3. PARTISIPASI MASYARAKAT 3. KURANGNYA AKOMODASI
4. TANGGUNG GUGAT (AKUNTABILITAS) 4. PENYALAHGUNAAN WEWENANG

5. SUPERMASI HUKUM 5. KETIDAKPASTIAN


6. DEMOKRASI. 6. PERLU PENINGKATAN.
7. PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI 7. KUALITAS RENDAH
8. DAYA TANGGAP 8. LAMBAN
9. KEEFISIENSIEAN DAN KEEFEKTIFAN 9. PEMBOROSAN
10. DESENTRALISASI 10. TIDAK PROPORSIONAL
11. KEMITRAAN DG DUNIA USAHA & MASY 11. RAPUH
12. KOMITMEN PD KESENJANGAN 12. KETIMPANGAN
13. KOMITMEN PADA LINGKUNGAN HIDUP
13. TIDAK BERKELANJUTAN
14. KOMITMEN PADA PASAR YANG FAIR
14. DAYA SAING RENDAH
Sumber : BAPPENAS, 2005
1
2

INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

1. Wawasan Ke Depan (Visionary)


▪ Indikator Minimal :
- Adanya visi dan strategi yang jelas dan mapan dengan menjaga kepastian
hukum;
- Adanya kejelasan setiap tujuan kebijakan dan program;
- Adanya dukungan dari pelaku untuk mewujudkan visi.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Peraturan/kebijakan yang memberikan kekuatan hukum pada visi dan
strategi;
- Proses penentuan visi dan strategi secara partisipatif.

Sumber : BAPPENAS, 2005


1
3
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

2. Keterbukaan & Transparansi (Openness & Transparency).


▪ Indikator Minimal :
- Tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses
penyusunan dan implementasi kebijakan publik;
- Adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas
diperoleh, dan tepat waktu.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi;
- Pusat/balai informasi;
- Website (e-government, e-procurement, dsb);
- Iklan layanan masyarakat;
- Media cetak;
- Papan pengumuman.

Sumber : BAPPENAS, 2005


1
4
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

3. Partisipasi Masyarakat (Participation).


▪ Indikator Minimal :
- Adanya pemahaman penyelenggara negara tentang proses/metode
partisipatif;
- Adanya pengambilan keputusan yang didasarkan atas konsensus
bersama.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Pedoman pelaksanaan proses partisipatif;
- Forum konsultasi dan temu publik, termasuk forum stakeholders;
- Media massa nasional maupun media lokal sebagai sarana
penyaluran aspirasi masyarakat;
- Mekanisme/peraturan untuk mengakomodasi kepentingan yang
beragam.

Sumber : BAPPENAS, 2005


1
5
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

4. Tanggung Gugat (Accountability)


▪ Indikator Minimal :
- Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur
pelaksanaan;
- Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam
pelaksanaan kegiatan.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Mekanisme pertanggungjawaban;
- Laporan tahunan;
- Laporan pertanggungjawaban;
- Sistem pemantauan kinerja penyelenggara negara;
- Sistem pengawasan;
- Mekanisme reward and punishment.

Sumber : BAPPENAS, 2005


1
6
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

5. Supremasi Hukum (Rule of Law).


▪ Indikator Minimal :
- Adanya kepastian dan penegakan hukum;
- Adanya penindakan terhadap setiap pelanggar hukum;
- Adanya pemahaman mengenai pentingnya kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Sistem yuridis yang terpadu/terintegrasi (kepolisian, kejaksaan,
pengadilan);
- Reward and punishment yang jelas bagi aparat penegak hukum
(kepolisian, kehakiman, kejaksaan);
- Sistem pemantauan lembaga peradilan yang obyektif,
independen, dan mudah diakses publik (ombudsman);
- Sosialisasi mengenai kesadaran hukum.

Sumber : BAPPENAS, 2005


1
7
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

6. Demokrasi (Democracy).
▪ Indikator Minimal :
- Adanya kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan berorganisasi;
- Adanya kesempatan yang sama bagi anggota masyarakat untuk
memilih dan membangun konsensus dalam pengambilan keputusan
kebijakan publik.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
Peraturan yang menjamin adanya hak dan kewajiban yang sama bagi
anggota masyarakat untuk turut serta dalam pengambilan keputusan kebijakan
publik.

Sumber : BAPPENAS, 2005


1
8
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

7. Profesionalisme & Kompetensi (Profesionalism & Competency).


▪ Indikator Minimal :
- Berkinerja tinggi;
- Taat asas;
- Kreatif dan inovatif;
- Memiliki kualifikasi di bidangnya.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Standar kompetensi yang sesuai dengan fungsinya;
- Kode etik profesi;
- Sistem reward and punishment yang jelas;
- Sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM);
- Standar dan indikator kinerja.

Sumber : BAPPENAS, 2005


1
9
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

8. Daya Tanggap (Responsiveness).


▪ Indikator Minimal :
- Tersedianya layanan pengaduan dengan prosedur yang mudah
dipahami oleh masyarakat;
- Adanya tindak lanjut yang cepat dari laporan dan pengaduan.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Standar pelayanan publik;
- Prosedur dan layanan pengaduan, hotline;
- Fasilitas komunikasi dan informasi.

Sumber : BAPPENAS, 2005


2
0
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

9. Keefisienan & Keefektifan (Efficiency & Effectiveness).


▪ Indikator Minimal :
- Terlaksananya administrasi penyelenggaraan negara yang
berkualitas dan tepat sasaran dengan penggunaan sumber
daya yang optimal;
- Adanya perbaikan berkelanjutan;
- Berkurangnya tumpang tindih penyelenggaraan fungsi
organisasi/unit kerja.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Standar dan indikator kinerja untuk menilai efisiensi dan efektivitas
pelayanan;
- Survei-survei kepuasan stakeholders.

Sumber : BAPPENAS, 2005


2
1
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

10. Desentralisasi (Decentralization).


▪ Indikator Minimal :
Adanya kejelasan pembagian tugas dan wewenang dalam berbagai
tingkatan jabatan.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
Peraturan perundangan mengenai :
- Struktur organisasi yang tepat dan jelas;
- Job description (uraian tugas) yang jelas.

Sumber : BAPPENAS, 2005


2
2
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE
11. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta & Masyarakat (Private Sector &
Civil Society Partnership).
▪ Indikator Minimal :
- Adanya pemahaman aparat pemerintah tentang pola-
pola kemitraan;
- Adanya lingkungan yang kondusif bagi masyarakat kurang
mampu (powerless) untuk berkarya;
- Terbukanya kesempatan bagi masyarakat/dunia usaha
swasta untuk berperan dalam penyediaan pelayanan umum;
- Adanya pemberdayaan institusi ekonomi lokal/usaha Mikro,
kecil, dan menengah, serta koperasi.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Peraturan-peraturan dan Pedoman yang mendorong
Kemitraan Pemerintah – Dunia Usaha Swasta - Masyarakat;
- Peraturan-peraturan yang berpihak pada masyarakat
kurang mampu;
- Program-program pemberdayaan.

Sumber : BAPPENAS, 2005


2
3
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (Commitment to Reduce Inquality).


▪ Indikator Minimal :
- Adanya langkah-langkah atau kebijakan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat yang kurang mampu
(subsidi silang, affirmative action, dan sebagainya);
- Tersedianya layanan-layanan/fasilitas-fasilitas khusus bagi
masyarakat tidak mampu;
- Adanya kesataraan dan keadilan gender;
- Adanya pemberdayaan kawasan tertinggal.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Peraturan-peraturan yang berpihak pada pemberdayaan gender,
masyarakat kurang mampu, dan kawasan tertinggal;
- Program-program pemberdayaan gender, masyarakat kurang mampu,
dan kawasan tertinggal.

Sumber : BAPPENAS, 2005


2
4
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

13. Komitmen pada lingkungan hidup (Commitment to Environmental Protection).


▪ Indikator Minimal :
- Adanya kesimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan
perlindungan/konservasinya;
- Penegakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan;
- Rendahnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan;
- Rendahnya tingkat pelanggaran perusakan lingkungan.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
- Peraturan dan kebijakan yang menjamin perlindungan dan
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup;
- Forum kegiatan peduli lingkungan;
- Reward and punishment dalam pemanfaatan sumber daya alam dan
perlindungan lingkungan hidup.

Sumber : BAPPENAS, 2005


2
5
INDIKATOR GOOD GOVERNANCE

14. Komitmen pada Pasar yang Fair (Commitment to Fair Market).


▪ Indikator Minimal :
- Tidak ada monopoli;
- Berkembangnya ekonomi masyarakat;
- Terjaminnya iklim kompetisi yang sehat.
▪ Perangkat Pendukung Indikator :
Peraturan-peraturan mengenai persaingan usaha yang menjamin
kompetisi yang sehat.

Sumber : BAPPENAS, 2005


2
6

Akuntabilitas Publik
• menekankan pentingnya checks and balances
• elemen penting dalam perwujudan good governance
• terkait erat dengan kinerja sektor publik dengan fokus pada kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bagaimana
pelaksanaan kebijakan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran
yang dilakukan secara jujur, efektif dan efisien
• tingkat pemerintah yang menangani sesuatu bagian urusan adalah
tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat
dari bagian urusan yang harus ditangani tersebut,  akuntabilitas
kepada masyarakat lebih terjamin.
2
7
Manifestasi Akuntabilitas Publik di Indonesia
Antara Lain :

1. Perwujudan Good Governance  Suitable Governance For The


Best Performance  antara lain : Manajemen Sektor Publik
Menerapkan Manajemen Kinerja.
2. Pemantapan Sistem Pengawasan; Anggaran Sebagai Alat Akuntabilitas;
Sistem Pengendalian Intern; dan Sistem Akuntabilitas.

3. Desentralisasi  More Decentralized Structure The More


Accountability To Be Held.
4. Pemanfaatan Teknologi Informasi  Membangun Sistem Informasi/Data
Kinerja.
2
8
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

1. SAKIP yang dituangkan dalam Inpres No. 7 Tahun 1999  salah


satu langkah penerapan manajemen kinerja dalam praktek
penyelenggaraan manajemen pemerintahan.  instansi pemerintah
didorong untuk meningkatkan kinerjanya secara efisien, efektif,
bersih, dan akuntabel, serta berkelanjutan.
SAKIP didasarkan pada :
• Klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan/unit
yang dikaitkan dengan tujuan organisasi.
• Orientasi pada hasil (outcomes) yang terukur.
• Masing-masing individu pada dasarnya bertanggung jawab atas
setiap kegiatan yang dilaksanakan pada unit/bagiannya.
• Menggunakan pendekatan Manajemen Strategik.
2
9
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

2. SAKIP menekankan siklus akuntabilitas kinerja yang terpadu


dan tidak terputus satu sama lain :
• Perencanaan Stratejik,
• Perencanaan Kinerja,
• Pengukuran Kinerja,
• Pelaporan Kinerja,
• komunikasi dengan lingkungan internal dan eksternal
• penciptaan agenda pada berbagai tingkatan yang berbeda,
dan pada seluruh bagian organisasi, dan
• menjamin bahwa sistem yang dikembangkan dapat menjadi
kekuatan pendorong dalam proses pengambilan keputusan.
3
0

FAKTOR DALAM PERENCANAAN STRATEJIK

1. Perencanaan stratejik menyangkut jangkauan masa depan


dari keputusan keputusan yang dibuat sekarang. Ini berarti
bahwa perencanaan strategik memperhitungkan langkah-
langkah yang akan diambil oleh pimpinan organisasi
sebagai reaksi terhadap berbagai sebab dan akibat
sepanjang masa tersebut;
2. Perencanaan stratejik adalah suatu proses. Proses ini
dimulai dengan menggariskan visi, misi, tujuan, dan
sasaran organisasi yang bersangkutan, merumuskan
strategi melalui kebijakan, program, dan kegiatan, serta
mengimplementasikannya dalam rangka mencapai hasil
akhir yang diharapkan;
FAKTOR DALAM PERENCANAAN STRATEJIK

3. Perencanaan stratejik adalah suatu sikap, atau bahkan


dapat disebut sebagai suatu cara hidup (way of life). Oleh
karena itu, perencanaan strategik dapat disebut sebagai
suatu “proses berfikir” atau suatu “latihan intelektual”
dalam mengoptimalkan cara mencapai tujuan organisasi;
4. Perencanaan stratejik secara formal mengkaitkan tiga
jenis rencana sekaligus, yaitu rencana stratejik jangka
panjang, jangka menengah, dan rencana
anggaran/rencana operasional jangka waktu pendek.

31
3
2

MANFAAT PERENCANAAN STRATEJIK

1. Diperlukan untuk merencanakan perubahan dalam


lingkungan yang semakin kompleks.
2. Diperlukan untuk pengelolaan keberhasilan.
Perencanaan stratejik akan menuntun diagnosa
organisasi terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan secara obyektif.
3. Perencanaan stratejik memungkinkan organisasi
untuk memberikan komitmen pada aktivitas dan
kegiatan dimasa mendatang.
MANFAAT PERENCANAAN STRATEJIK

4.Fleksibilitas dan adaptif. Penyesuaian terhadap


perkembangan yang muncul dapat dilakukan untuk
memanfaatkan peluang yang ada.
5.Meningkatkan komunikasi. Implementasi perencanaan
stratejik akan dapat memfasilitasi komunikasi dan
partisipasi, mengakomodasi perbedaan kepentingan
nilai, dan mendorong proses pengambilan keputusan
yang teratur serta keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi.
6.Dengan implementasi perencanaan stratejik, organisasi
dapat meningkatkan komunikasi baik vertikal maupun
horisontal antar unit kerja.

33
3
4

RENCANA STRATEGIK

Dimana Kita ISU STRATEGI


Sekarang &
MISI (Where we are now)
ANALISIS
(MISSION) SWOT
STRATEGI
(STRATEGY))
Dimana Kita Ingin Bagaimana Kita
Berada Kesana

(Where we want to (How do we get there)


be)
TUJUAN,SASARAN,
RENCANA TINDAK
(GOALS, OBJECTIVES,
ACTION PLANS)
psi KEPEMERINTAHAN YG BAIK
nse
Ko (Good Governance)

Pengarahan dan administrasi yg berwenang atas kegiatan orang-


orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota dan sebagainya

Lembaga atau badan yang menyelenggarakan pemerintahan


negara, negara bagian, atau kota dan sebagainya
psi KEPEMERINTAHAN YG BAIK
nse
Ko (Good Governance)

Arti Good dalam istilah good governance


Mengandung dua pengertian

1. Aspek2 fungsional dari pemerintah yg efektif dan


efisien dlm pelaksanaan tugasnya untuk tujuan
tersebut
2. Nilai-nilai yg menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat,
& nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat
dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian,
pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.
PRINSIP-PRINSIP KEPEMERINTAHAN YG BAIK

MENURUT PP 101 TH 2000 :


1. PROFESIONALITAS.
2. AKUNTABILITAS
3. TRANSPARANSI
4. PELAYANAN PRIMA
5. DEMOKRASI
6. EFISIENSI.
7. EFEKTIFITAS
8. SUPREMASI HUKUM DAN DAPAT DITERIMA
OLEH SELURUH MASYARAKAT.
Good Corporate Governance
(penatalaksanaan yang baik dan bersih di RS)

Good Corporate Governance / kelola RS yang baik


adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen RS
yang berdasarkan prinsip-prinsip transparansi,
akuntabilitas, independensi dan responsibilitas,
kesetaraan dan kewajaran.
Good Clinical Governance
(penatalaksanaan klinis yang baik)
Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi
manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit
klinis, data klinis, resiko klinis berbasis bukti, peningkatan
kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil
pelayanan, pengembangan profesional dan akreditasi RS.
Pengertian Clinical Covernance
 Clinical Governance Suatu kerangka kerja yang menunjukan
bahwa organisasi pelayanan kesehatan bertangggungjawab
terhadap peningkatan mutu yang berkesinambungan dan mampu
melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai standar dengan cara
menciptakan lingkungan yang dapat memfasilitasi pelaksanaan
pelayanan kesehtan yang bermutu
 Clinical Governance Sebuah mekanisme baru yang komprehensif
untuk memastikan bahwa standar asuhan klinis tetap terjaga melalui
sistem kesehatan dan mutu pelayanan yang selalu ditingkatkan
Sebuah sistem untuk meningkatkan standar praktik klinis.

41
Good Clinical Covernance
Tujuan dari clinical governance adalah untuk menjaga
agar pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
tinggi, dan dilakukan di lingkungan kerja dengan tingkat
profesionalisme yang tinggi.Salah satu pilar pelayanan
medis rumah sakit adalah clinical governance, dengan
unsur staf medis yang dominan. RS harus menerapkan
model komite medik yang menjamin tata kelola klinis
(clinical governance) untuk melindungi pasien..

 
 
Karakteristik Clinical Governance
1. Participation
2. Rule of Law
3. Transparency
4. Responsiveness
5. Consensus Orientation
6. Equity and inclusiveness
7. Effectiveness and Efficiency
8. Accountability
9. Strategic Vision
6
Pilar Clinical Governance
1. Clinical effectiveness : intervensi klinik yg memastikan akibat terbaik
bagi masyarakat serta SDM. Sbg penelitian , efektifitas biaya,
pendidikan, audit, pedoman klinik dan dampak klinik
2. Risk management effectiveness : proses mengidentifikasi kesalahan
atau potensial kesalahan karena human error yang bertujuan agar SDM
melakukan kerja secara efektif, yang efisien berfokus pada safety,
efektif dan fokus pada pelanggan.
3. Patient experience: alat untuk mengukur kualitas pelayanan
kesehatan dengan menggunakan pengalaman pasien sbg sumber
informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dgn pasien
memberikan feedback berdasarkan pengalaman.
4. Communication effectiveness:komunikasi yang efektif baik
komunikasi verbal maupun nonverbal sebagai informasi diantara
petugas dengan petugas, antara petugas dengan pasien, antara
petugas dengan pihak luar tidak hanya secara lisan namun dapat
diuraikan dari gerak badan dan perilaku tenaga profesional pada pasien.
Pilar Clinical Governance
5. Resource effectiveness :petugas kesehatan harus punya rasa
memiliki/ ownership pada organisasi sehingga dapat lebih bertanggung
jawab dalam memanfaatkan sumber daya untuk mencapai tujuan
secara efektif.
6. Strategic Effectiveness; strategi yang mencerminkan misi dari
0rganisasi kesehatan dengan maksud mengejar kualitas tinggi dimana
pasien sebagai pusat pelayanan. Manajemen strategik harus
memperhatikan proses perubahan budaya, berfikir sistem dan
peningkatan kualitas yang berkelanjutan. dilakukan dengan
mengkomunikasikan strategi kepada seluruh anggota organisasi dan
memotivasi anggota untuk mengimplementasikan strategik misalnya
bagaimana membangun hubungan antara pasien.
7. Learning Effectiveness: proses pembelajaran yang terus menerus
untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui seminar, workshop,
benchmarking untuk mendapatkan dan mengimpelmentasikan
keterampilan baru dan pengetahuan.
CAKUPAN CLINICAL GOVERNANCE

1. CLINICAL EFFECTIVNESS
2. CLINICAL RISK MANAGEMENT
3. MANAGING COMPLAINT
4. PROFESSIONAL DEVELOPMENT
5. MECHANISM MONITORING OUT COME CARE,
6. GOOD QUALITY OF DATA
7. HOSPITAL ACCREDITATION
8. CLINICAL AUDIT
Prinsip-prinsip Good Governance
Peraturan Menteri BUMN) No Per-01/MBU/2011 )
1.Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan;
2.Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Organ shg pengelolaan perusahaan akan secara
efektif;
3.Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
4.Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
5.Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan.”
47
 Good and Clean Governance merupakan suatu
keharusan.
 Pemerintah lebih bertindak sebagai katalis yang
menjalankan fungsi mengarahkan daripada
melaksanakan sendiri berbagai tugas pelayanan
umum.
 Wujud Clean & Good Governance adalah
penyelenggaraan pemerintah negara yang solid dan
bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif,
dengan menjaga kesinergisan interaksi yang
konstruktif diantara domain negara, sektor swasta
dan masyarakat.
Terimakasih
Tugas Mahasiwa

Bagaimana Tatakelola pelayanan


Laboratorium di Rumah sakit anda

51

Anda mungkin juga menyukai