Anda di halaman 1dari 114

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

REFORMASI
BIROKRASI
MENUJU WORLD CLASS
BUREAUCRACY
RONALD ANDREA ANNAS, Ak,
ASISTEN DEPUTI PERUMUSAN KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI,
AKUNTABILITAS APARATUR, DAN PENGAWASAN
REFORMASI BIROKRASI

REFORMASI BIROKRASI ADALAH SUATU PERUBAHAN POKOK DALAM


SUATU SISTEM BIROKRASI TERUTAMA MENYANGKUT ASPEK-ASPEK
KELEMBAGAAN (ORGANISASI), KETATALAKSANAAN DAN SUMBER DAYA
MANUSIA APARATUR

“Growth is painful. Change is painful. But nothing is as


painful as staying stuck somewhere you don't belong.”
-- Mandy Hale --
MENDORONG
PELAKSANAAN
EVALUASI

1. REFORMASI BIROKRASI
2. ZONA INTEGRITAS
3. AKUNTABILITAS KINERJA

Pemerintah yang bersih, akuntabel, dan


berkinerja tinggi
3 SASARAN
REFORMASI BIROKRASI Pemerintah yang efektif dan efisien

Pelayanan publik yang baik dan


Pemerintahan Belum Bersih, berkualitas
Kurang Akuntabel dan Berkinerja Rendah

Pemerintahan Belum Efektif dan Efisien

Pelayanan Publik Masih Buruk

3
S A S A R A N R E F O R M A S I B I R O K R A S I D I R P J M N

BIROKRASI YANG
MEMILIKI
PELAYANAN PUBLIK
YANG BERKUALITAS

1. Indeks Integritas B I R O K R A S I YA N G
Aparatur
B E R S I H D A N A K U N TA B E L
2. Persentase Kepatuhan
1. Opini WTP atas Laporan
Pelaksanaan UU
Keuangan B I R O K R A S I YA N G
Pelayanan Publik (Zona
Hijau) 2. Kapabilitas APIP Tingkat (level 3) EFEKTIF DAN
3. Tingkat Kematangan EFISIEN
Implementasi SPIP (level 3) 1. Indeks Reformasi Birokrasi
4. Instansi Pemerintah yang Rata-rata Nasional
akuntabel (Skor B atas SAKIP) 2. Indeks Profesonalitas ASN
5. Penggunaan e-Procurement 3. Indeks E-Government
terhadap belanja pengadaan Nasional

4
SYARAT REFORMASI BIROKRASI

AGENDA TRUST-
REFORMASI WORTHNESS

DUKUNGAN
MESIN POLITIK
“Growth is painful. Change is painful. But nothing is as
REFORMASI painful as staying stuck somewhere you don't belong.”
-- Mandy Hale --
TIDAK ADA
KOMITMEN KONFLIK
KEPENTINGAN
PELAKSANAAN REFORMASI
BIROKRASI

1 2 3

Reformasi A k u n t a b i l i ta s Zona
Birokrasi Kinerja I n t e g r i ta s

Mendorong perbaikan Mendorong penerapan M e n d o r o n g p e r c e p a ta n


tata kelola menuju 3 manajemen kinerja menuju reformasi birokrasi melalui
sasaran reformasi e f e k t i v i ta s d a n e f i s i e n s i pembangunan unit kerja
birokrasi anggaran pelayanan percontohan
Langkah-langkah Reformasi Birokrasi
Mendapatkan komitmen pimpinan yang kuat

Melibatkan seluruh pemangku kepentingan

Membentuk tim reformasi birokrasi

Menetapkan Road Map (8 Area Perubahan)

Menerapkan manajemen berbasis kinerja

Menginformasikan upaya dan hasil secara berkala, termasuk quick wins

Melaksanakan monitoring dan evaluasi (PMPRB)

Menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi

7
PMPRB 1.0
KOMPONEN

Pengungkit (Enabler) Hasil (Result)

Sumber Daya
Hasil pada Sumber Daya
Manusia
Manusia Aparatur
Aparatur

Perencanaan
Hasil pada Masyarakat/ Hasil Kinerja
Kepemimpinan Stratejik Proses
Pengguna Layanan Utama
(Renstra)

Hasil pada Komunitas


Kemitraan dan
Lokal, Nsional, dan
Sumber Daya
Internasional

Inovasi dan Pembelajaran (Inovation and Learning)

5 KRITERIA
4 KRITERIA
9 PROGRAM
Subkriteria
Subkriteria
Subkriteria
REFORMASI Subkriteria
Subkriteria
Subkriteria
Subkriteria Subkriteria 8
BIROKRASI
PMPRB(2.0)

9
PENGUNGKIT HASIL PENGUNGKIT INDIKATOR KONSEP PMPRB 3.0
Survey Kepuasan Masyarakat (Road Map)
Manajemen Perubahan budaya
Indeks Integritas (Road Map)
Perubahan kerja organisasi
HASIL REFORMASI
Penataan Peraturan yang tidak Penyelesaian Penerbitan Per-UU-an BIROKRASI
Peraturan tumpang tindih Revisi Per-UU-an
Penataan dan Organisasi yang tepat
Penguatan ukuran dalam Indeks Kelembagaan (Road Map) SURVEY PERSEPSI
Organisasi pencapaian kinerja ANTI KORUPSI

Penataan Indeks Arsip


Busines Proses yang Indeks Tata Laksana (Road Map) Indeks Keterbukaan Informasi
Tatalaksana implementatif Indek E-Gov (Road Map)/(SPBE) Publik
KAPASITAS DAN
Penataan Sistem AKUNTABILITAS
Manajemen ASN yang profesional Indeks Profesionalitas (Road Map) ORGANISASI
SDM
Penguatan
Peningkatan Budaya Indeks Akuntabilitas (Road Map)
Akuntabilitas
kinerja SURVEY KUALITAS
Kinerja
PELAYANAN PUBLIK
Opini BPK (Road Map)
Penguatan Peningkatan Integritas LHKPN/LHKASN
IACM (Road Map)
Pengawasan aparatur WBK/WBBM
SPIP (Road Map)
Peningkatan Survey Kepuasan Masyarakat (Road Map)
Pelayanan publik yang Indeks Integritas Pelayanan
Kualitas Inovasi Pelayanan Publik (Road Map)
berkualitas Publik (Road Map)
Pelayanan Publik Hasil Evaluasi Kinerja Pelayanan
Publik(Ketaatan UU No. 25) (Road Map) Public Service Indeks (Road
Tindak Lanjut Pengaduan (Road Map) Map)
Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan

Ronald Andrea Annas, Ak.


Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Reformasi Birokrasi,
Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi
ARTI NILAI HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS
KINERJA
Mencerminkan tingkat akuntabilitas instansi pemerintah dalam
mempertanggungjawabkan hasil atau manfaat dari seluruh penggunaan anggaran
negara/daerah secara efektif, efisien, dan ekonomis.

Peringkat Nilai Nilai akuntabilitas kinerja mengidentifikasi


kemampuan instansi pemerintah untuk:
AA >90-100
1. Merencanakan kinerja dan target
A >80-90 kinerja,
2. Menyelaraskan apa yang dianggarkan
BB >70-80 dengan apa yang direncanakan,
B >60-70 3. Menyesuaikan apa yang dilaksanakan
dengan yang dianggarkan,
CC >50-60 4. Serta telah melaporkan capaian
kinerja selaras dengan apa yang telah
C >30-50 dilaksanakan dan direncanakan
sebelumnya.
D 0-30 12
KOMPONEN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA

PERENCANAAN KINERJA PENGUKURAN KINERJA


• Setiap instansi harus memiliki rencana • Setiap instansi melakukan pengukuran
30 kinerja yang baik, tepat, dan jelas sasaran 25 kinerja secara berkala dengan metode
dan tujuannya dengan indikator yang yang tepat dengan membandingkan
tepat baik di level outcome, output antara target dengan capaiannya.
maupun input.

PELAPORAN KINERJA EVALUASI KINERJA


• Setiap instansi melaporkan kinerjanya • Setiap instansi melakukan evaluasi
15 secara berjenjang dari unit terbawah 10 capaian kinerjanya untuk mengidentifikasi
hingga tertinggi. keberhasilan, kegagalan, hambatan, dan
tantangan yang dihadapi pada setiap level
mulai terbawah hingga tertinggi

CAPAIAN KINERJA
• Capaian kinerja yang dihasilkan oleh
20 instansi pemerintah pada kurun waktu
satu tahun.
PERUBAHAN PARADIGMA

KEUANGAN KERJA KINERJA


(REALISASI
ANGGARAN) (EFEKTIF & EFISIEN)

KEGIATAN TUJUAN/SASARAN
INPUT
PROSES OUTCOME/OUTPUT

®onn 2017
PERUBAHAN PARADIGMA: MANAJERIAL

PLAN
ADMINISTRA-
TIF MANAJERIAL
(TATA USAHA, KLERIKAL,
CATAT MENCATAT)
DO (STRATEGIC DECISION)

CHECK
STAF MANAJER

ACT

®onn 2018
MINIMUM REQUIREMENT
PEMDA UNIT PK ES3/4 RENCANA EVALUASI CASCADING APLIKASI MANAJEMEN
AKSI INTERNAL KINERJA

AA
ADA Y ADA Y ADA Y ADA Y ADA Y ADA,
ADA,
A KWAL Y KWAL Y KWAL Y 3/3 OPD KWAL Y KWAL Y
INTEGRASI
IMPLEMEN
CASCADING CASCADING CASCADING TASI
ADA Y ADA Y ADA Y ADA Y ADA Y
ADA,
BB KWAL Y KWAL Y KWAL Y 2/3 OPD KWAL Y KWAL Y ADA KUALITAS
CASCADING CASCADING CASCADING OPD
ADA Y ADA Y ADA Y ADA Y ADA P

B KWAL Y KWAL Y KWAL T 1/3 OPD KWAL T KWAL T X X


1/3 OPD 1/3 OPD PEMDA

ADA Y ADA Y
CC KWAL Y KWAL T
X X X X X X
ADA Y ADA Y
C KWAL T KWAL T
X X X X X X

TIDAK TIDAK
D X X X X X X
ADA ADA

®onn 2017
PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA
(Efektivitas dan Efisiensi Anggaran)

Money Follow
Program

Alokasi anggaran harus digunakan HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA 2016


untuk untuk program ± 392,87 DIINDIKASIKAN TERDAPAT POTENSI INEFISIENSI
pembangunan yang bermanfaat PENGGUNAAN ANGGARAN > 30% APBN/APBN (DILUAR
bagi masyarakat, (pemerintahan T BELANJA PEGAWAI) ATAS INSTANSI PEMERINTAH YANG
berorientasi hasil) TIDAK AKUNTABEL (NILAI DIBAWAH 60 (PREDIKAT CC))
Stop Pemborosan
Anggaran
INEFISIENSI TERJADI KARENA :
Seberapapun anggaran yang diberikan 1.Tidak jelas hasil yang akan dicapai 3.Tidak ada keterkaitan antara
kepada K/L/Pemda pasti habis tetapi (tujuan/sasaran tidak berorientasi Program/Kegiatan dengan Sasaran
tujuan (hasil) tidak tercapai 4.Rincian kegiatan tidak sesuai dengan
hasil)
2.Ukuran kinerja tidak jelas maksud kegiatan
Kementeri
Pemerinta Kabupaten
Skala nilai an/ Peningkatan efisiensi :
h Provinsi / Kota
Lembaga
Katego Range 2016 2017 2016 2017 2016 2017 1.Perumusan sasaran pembangunan lebih
ri Nilai berorientasi hasil yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat;
90- 2.Refocusing Program/Kegiatan yang sesuai
AA 0 0 0 0 0 0
100 ± 41.15 T dengan sasaran pembangunan tersebut;
A 80-90 4 4 3 4 2 2 3.Upaya cross cutting program dan kebiatan
sehingga terwujud sinergitas (kolaborasi)
BB 70-80 27 28 7 6 10 22
antar instansi.
B 60-70 37 40 12 19 57 148
Hal ini terjadi pada 32 K/L, 10 provinsi dan 32 Kab/Kota
CC 50-60 11 7 10 5 199 142
C 30-50 3 3 2 0 193 153
D 0-30 0 0 0 0 14 8
PERMASALAHAN YANG SERING TIMBUL
INSTANSI PEMERINTAH DENGAN NILAI AKUNTABILITAS KINERJA DI BAWAH 70 (50 K/L, 24 PROV., 456 KAB./KOTA)
BERPOTENSI MENGALAMI INEFISIENSI.
> 30% DARI APBN/APBD di luar Belanja Pegawai.

Tidak jelas hasil


yang akan dicapai
Sasaran Pembangunan
Nasional/Daerah 1 Tujuan/sasaran
Tidak orientasi hasil
2 Ukuran kinerja
tidak jelas

Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah


/SKPD/OPD /SKPD/OPD /SKPD/OPD

Tidak efektif
Sasaran Sasaran Sasaran dan efisien
GOALS

Strategis Strategis Strategis


/Result /Result /Result Tidak ada
3 Keterkaitan antara
Program/Kegiatan
dengan Sasaran
Program Program Program
ACTIVITY

Rincian kegiatan
tidak sesuai
Kegiatan Kegiatan Kegiatan 4 dengan maksud
kegiatan
Anggaran Anggaran Anggaran
20
MANAJEMEN BERBASIS KINERJA

Good
Governance

Result Oriented
Government

SASARAN TIDAK 1
Clarity about objectives (Outcomes) ORIENTASI HASIL

UKURAN KINERJA 2
Information on results (performance indicators) TIDAK JELAS

Targets for results PROGRAM/KEGIATAN 3


TIDAK TERKAIT DNG
SASARAN
Link between objectives and means RINCIAN KEGIATAN TIDAK 4
SESUAI DNG MAKSUD
KEGIATAN
Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi
MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
Good
Governance

Result Oriented
Government

Clarity about objectives (outcomes)

Information on results (performance indicators)

Targets for results

Link between objectives and means


23
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

CASCADING
ANTARA
TUJUAN
TIDAK KINERJA DENGAN
KINERJA
ORIENTASI TIDAK SASARAN
TIDAK
HASIL LEVELNY DAN ANTARA
JELAS ORGANISASI
A
DENGAN
UNIT KERJA
TIDAK LOGIS

®onn 2012
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

CASCADING
ANTARA
TUJUAN
TIDAK KINERJA DENGAN
KINERJA
ORIENTASI TIDAK SASARAN
TIDAK
HASIL LEVELNY DAN ANTARA
JELAS ORGANISASI
A
DENGAN
UNIT KERJA
TIDAK LOGIS

®onn 2012
KINERJA VS KERJA
KONDISI POSITIF YG
CARA UNTUK INGIN DIWUJUDKAN/
MENCAPAI SUATU DITINGKATKAN
KONDISI YG
DIINGINKAN KONDISI NEGATIF YG
INGIN DIHILANGKAN/
DIKURANGI

KEUANGAN KERJA KINERJA


(REALISASI
ANGGARAN) (EFEKTIF & EFISIEN)

KEGIATAN TUJUAN/SASARAN
INPUT
PROSES OUTCOME/OUTPUT

®onn 2018
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

CASCADING
ANTARA
TUJUAN
TIDAK KINERJA DENGAN
KINERJA
ORIENTASI TIDAK SASARAN
TIDAK
HASIL LEVELNY DAN ANTARA
JELAS ORGANISASI
A
DENGAN
UNIT KERJA
TIDAK LOGIS

®onn 2012
KEJELASAN TUJUAN/SASARAN

Meningkatnya kinerja
pengawasan ?
Meningkatnya efektivitas
pengendalian ?
Terwujudnya optimalisasi
pembinaan ?
Berfungsinya lembaga
pelatihan ?
®onn 2016
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

CASCADING
ANTARA
TUJUAN
TIDAK KINERJA DENGAN
KINERJA
ORIENTASI TIDAK SASARAN
TIDAK
HASIL LEVELNY DAN ANTARA
JELAS ORGANISASI
A
DENGAN
UNIT KERJA
TIDAK LOGIS

®onn 2012
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

TERLALU TINGGI
KINERJA
TIDAK
LEVELNY
A

TERLALU RENDAH

®onn 2012
PENGERTIAN
1. A small waterfall, typically one of several that fall in stages down a steep rocky slope
1.1 A mass of something that falls or hangs in copious quantities

2. A process whereby something, typically information or knowledge, is successively passed


on
(Sebuah proses di mana sesuatu, biasanya berupa informasi atau pengetahuan, yang
diteruskan secara berturut-turut)
2.1 A succession of devices or stages in a process, each of which triggers or initiates the next.
(Urutan perangkat atau tahapan dalam sebuah proses, yang masing-masing memicu atau
memulai yang berikutnya)

(Oxford Dictionary)

®onn 2015
POLA PROGRAM LOGIC

INPUT KEGIATAN OUTPUT OUTCOME


PERFORMANCE BASED PLANNING


DIMULAI DARI HASIL YANG INGIN
DICAPAI, BUKAN DARI INPUT YANG
DIMILIKI

INPUT KEGIATAN OUTPUT OUTCOME



®onn 2016
POLA PROGRAM LOGIC

INPUT KEGIATAN OUTPUT OUTCOME


✔✖

UNTUK MENGHASILKAN OUTCOME


TIDAK BISA LANGSUNG OUTPUT.
TERDAPAT SERANGKAIAN OUTCOME
ANTARA YANG MENJEMBATANI
OUTCOME AKHIR DENGAN OUTPUT

INPUT KEGIATAN OUTPUT


IMMEDIA
TE
OUTCOME
INTER-
MEDIATE
OUTCOME
ULTIMATE
OUTCOME ✔
®onn 2016
POLA PROGRAM LOGIC

INPUT KEGIATAN OUTPUT


IMMEDIA
TE
OUTCOME
INTER-
MEDIATE
OUTCOME
ULTIMATE
OUTCOME ✔✖
VARIABEL YANG MENYEBABKAN
OUTCOME TIDAK SELALU LINIER
HANYA BERASAL DARI SATU INPUT.

OUTCOME BIASANYA TERJADI DARI


KOMBINASI BERBAGAI OUTCOME
YANG LEBIH RENDAH, OUTPUT,
PROSES KEGIATAN, DAN INPUT


IMMEDIA INTER-
ULTIMATE
INPUT KEGIATAN OUTPUT TE MEDIATE
OUTCOME
OUTCOME OUTCOME

IMMEDIA INTER-
INPUT KEGIATAN OUTPUT TE MEDIATE
OUTCOME OUTCOME
®onn 2016
POHON KINERJA
OUTCOME OUTCOME OUTCOME

INTERMED INTERMED INTERMED


OUTCOME OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


OUTCOME OUTCOME OUTCOMECROSSCUTTING OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T-

ALIGNED
PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T T T T
OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU
T T T T T

®onn 2018
CONTOH PERENCANAAN TERINTEGRASI

Meningkatkan
Industri Pariwisata

Meningkatkan Pengembangan
Pengembangan Pemasaran dan Pengembangan Pengembangan
Rasa Aman sarana dan
Produk Wisata Promosi Aksesbilitas Usaha
Wisatawan prasarana

Peningkatan Peningkatan
Peningkatan pemasaran dan Perbaikan dan Peningkatan
Peningkatan kemudahan akses
manajemen promosi melalui peningkatan kualitas
keamanan angkutan umum/
pengelolaan penyebaran sarana dan pelayanan
khusus daerah kendaraan
pariwisata secara informasi di prasarana yang kepada
wisata berbagai media, pribadi untuk
lebih profesional mencapai obyek ada di obyek pengunjung
baik media cetak
wisata wisata. obyek wisata
maupun elektronik

Perlu diadakan
Pengelola dan Peningkatan Pengembangan
upaya pemberian
pelaku usaha wisata kemudahan akses obyek wisata yang
insentif untuk
perlu melakukan informasi agar obyek masih berupa
memotivasi
diversifikasi atau wisata dapat diakses potensi menjadi
pengelola obyek
pengembangan dengan mudah dari obyek wisata yang
wisata dalam
usaha produk wisata berbagai macam
meningkatkan riil dalam
secara beragam yang sumber
pengelolaan obyek mendukung PAD.
inovatif dan kreatif
wisata.

Koperasi dan Perhubungan dan


SATPOL PP Pariwisata Dinas PU Dinas Pariwisata
UKM Informatika

Sumber Daya
Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya
yang
yang dibutuhkan yang dibutuhkan yang dibutuhkan yang dibutuhkan yang dibutuhkan
dibutuhkan
1. SDM 1. SDM 1. SDM 1. SDM 1. SDM 1. SDM
2. Anggaran 2. Anggaran 2. Anggaran 2. Anggaran 2. Anggaran 2. Anggaran
Contoh Keselarasan Kinerja
Meningkatkan Industri Pariwisata
RPJMD PDRB sektor pariwisata
Target : 10%

Keamanan Daya saing Konektifitas antar Kualitas


Renstra Daya saing UKM
wisatawan pariwisata daerah lingkungan hidup
SKPD
Angka kriminalitas % UMKM yang sehat Kunjungan wisatawan Indeks aksesibilitas Indeks LH
follow result

Target : 5% Target 70% Target : 6 juta Target : 8 Target: 80


Program

e-budgeting
Pencegahan Iklim usaha Pemasaran Layanan Kesehatan lingkungan
kriminalitas kondusif pariwisata angkutan hidup
Program % potensi kriminalitas Jumlah UMKM % peningkatan % penumpang % penumpang yang
yang dicegah baru wisatawan yang dilayani dilayani
Target : 90% Target : 2000 Target : 5% Target : 90% Target : 90%

1.Pelatihan 1.Penyelenggaraan 1.Pemantauan 1.Pengelolaan


1.Patroli keamanan
Money follow

usaha baru promosi angkutan jalan sampah


Kegiatan 2.Sosialisasi
program

2.Bantuan 2.Penyelenggaran 2.Uji KIR 2.Sosialisasi


pencegahan
koperasi travel dialog Kendaraan hidup sehat

Dinas Koperasi Dinas Dinas Lingkungan


SKPD Sat Pol PP Dinas Pariwisata
dan UKM Perhubungan Hidup

Anggaran Rp.4.000.000.000 Rp.2.000.000.000 Rp.3.000.000.000 Rp.1.500.000.000 Rp.900.000.000


PENYELARASAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH
RPJMD
Sasaran : Meningkatnya sektor Pertanian dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
Indikator Kinerja : Pertumbuhan PDRB sektor pertanian

Sasaran: Sasaran: Sasaran: Sasaran:


Terjaganya fungsi lahan Meningkatnya produksi Meningkatnya kualitas Meningkatnya Usaha
sesuai peruntukannya. pertanian. dan Kuantitas Sarana Koperasi dan Usaha
dan prasarana Kecil Menengah
Indikator Kinerja: Indikator Kinerja: Indikator Kinerja: Indikator Kinerja:
% Lahan pertanian Jumlah produksi Panjang jalan dengan Jumlah koperasi aktif
terhadap luas wilayah pertanian kualitas baik. bidang pertanian.
Target: 20% Target: 100.000 ton Target: 95% Target: 100 Koperasi

Kegiatan: Kegiatan: Kegiatan: Kegiatan:


Menetapkan lahan •Menerapkan teknologi •Membangun jalan Penyaluran kredit
pertanian agar pertanian. akses ke sentra usaha mikro bidang
digunakan sesuai •Penggunaan bibit pertanian pertanian.
dengan fungsinya. unggul.

4
Anggaran: Anggaran: Anggaran: Anggaran:
7 150.000.000
Rp. Rp. 2.000.000.000 Rp. 4.000.000.0000 Rp. 1.500.000.000
47
BAPPEDA DINAS PERTANIAN DINAS PU DINAS KOPERASI DAN UKM
CONTOH PENGINTEGRASIAN PERENCANAAN KINERJA
DENGAN PENGANGGARAN
48

KEMISKINAN RPJM
ANGKA KEMISKINAN
Target : 5%
D
Meningkatny Meningkatny Meningkatny
Terwujudnya Meningkatnya a a
pemenuhan a
penyerapan kebutuhan pemenuhan pemenuhan pemenuhan RENS
tenaga kerja pangan rumah layak
% keluarga atas
APK target atas
Angka kalori per TRA
follow Result

Penganggura kapita huni


memiliki pendidikan
100% Cakupan
kesehatan
layanan SKPD
Program

n Target : 2100 Rumah Layak APM target


Target : 4% kk Huni 100% kesehatan
Target : 90% Target : 100%
e-budgeting
Program Program Program Program Program
perluasan peningkatan pembangunan peningkatan pengingkatan
kesempatan produksi rumah kualitas sarana kualitas sarana
%
kerja pangan rumahmurah
layak pendidikan kesehatan
Rasio PROGR
Penyerapan Produksi padi huni yang Rasio ruang puskesmas thd AM
Angkatan Target : dibangun kelas terhadap satuan
kerja 1000juta ton Target : 1000 siswa penduduk
Money follow

Target : 40% Rumah Target 1:30 Target : 1 : 500


program

1. Pelatihan 1. Percetakan 1. Pengadaan 1. Pembangun 1. Pembangun


tenaga kerja sawah rumah an sekolah an KEGIA
2. Penyaluran 2. Distribusi murah 2. Pemeliharaa Pukesmas
bantuan pupuk 2. Subsidi n ruang 2. Pengadaan TAN
modal 3. dst rumah sekolah alat
3.Dinas
dst Tenaga Dinas murah Dinas
3. dst kesehatan
3. Dinas
dst PU 3. dstDinas SKPD
Kerja Pertanian Pendidikan Kesehatan
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. ANGGA
500.000.000 1500.000.000 500.000.000 500.000.000 500.000.000 RAN
AKUNTABILITAS
KINERJA BAIK

PERENCANAAN PENGUKURAN PELAPORAN EVALUASI


KINERJA BAIK KINERJA BAIK KINERJA BAIK KINERJA BAIK

PEMANFAATAN PEMANFAATAN PEMANFAATAN


PEMANFAATAN EVALUASI
PERENCANAAN PENGUKURAN PELAPORAN
INTERPRETASI DAN
CASCADING KINERJA BAIK MONITORING KINERJA BAIK FEEDBACK KINERJA BAIK
AKUNTABILITAS KINERJA BAIK

EVALU
RENCA IK INFOR EVALU
RENST ASI
PK NA IKU INDIVI DATA MASI ASI
RA PROGR
BAIK AKSI BAIK DU BAIK KINERJ AKIP
BAIK AM
BAIK BAIK A BAIK BAIK
BAIK

PEMENUHAN PEMENUHAN PEMENUHAN


PEMENUHAN EVALUASI
PERENCANAAN PENGUKURAN PELAPORAN

DELIVERY EVALUASI AKIP INSTRUMEN


KEBIJAKAN BAIK E-APLIKASI BAIK DATA BAIK BAIK EVALUASI BAIK
KEBIJAKAN BAIK

EVALUATOR
PEMATERI BAIK BAIK

®onn 2017
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

CASCADING
ANTARA
TUJUAN
TIDAK KINERJA DENGAN
KINERJA
ORIENTASI TIDAK SASARAN
TIDAK
HASIL LEVELNY DAN ANTARA
JELAS ORGANISASI
A
DENGAN
UNIT KERJA
TIDAK LOGIS

®onn 2012
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

SASARAN LEBIH TINGGI CASCADING


DARIPADA TUJUAN ANTARA
TUJUAN
DENGAN
SASARAN TIDAK SASARAN
DAN ANTARA
RELEVAN DNG TUJUAN ORGANISASI
DENGAN
UNIT KERJA
SASARAN TIDAK CUKUP UNTUK TIDAK LOGIS
MENCAPAI TUJUAN

®onn 2012
POHON KINERJA
PEMD
OUTCOME OUTCOME OUTCOME
A

INTERMED INTERMED INTERMED


OPD OUTCOME OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


ES 3 OUTCOME OUTCOME OUTCOMECROSSCUTTING OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T-

ALIGNED
ES 4 PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T T T T T
OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU PU
T T T T T T

®onn 2018
POHON KINERJA
PEMD
OUTCOME OUTCOME OUTCOME
A

INTERMED INTERMED INTERMED


OPD OUTCOME OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


ES 3 OUTCOME OUTCOME OUTCOMECROSSCUTTING OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T-

ALIGNED
ES 4 PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T T T T T
OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU PU
T T T T T T

®onn 2018
POHON KINERJA
PEMD
OUTCOME OUTCOME OUTCOME
A

INTERMED INTERMED INTERMED


OPD OUTCOME OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


ES 3 OUTCOME OUTCOME OUTCOMECROSSCUTTING OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T-

ALIGNED
ES 4 PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T T T T T
OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU PU
T T T T T T

®onn 2018
POHON KINERJA
PEMD
OUTCOME OUTCOME OUTCOME
A

INTERMED INTERMED INTERMED


OPD OUTCOME OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


ES 3 OUTCOME OUTCOME OUTCOMECROSSCUTTING OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T-

ALIGNED
ES 4 PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T T T T T
OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU PU
T T T T T T

®onn 2018
POHON KINERJA
PEMD
OUTCOME OUTCOME OUTCOME
A

INTERMED INTERMED INTERMED


OPD OUTCOME OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


ES 3 OUTCOME OUTCOME OUTCOMECROSSCUTTING OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T-

ALIGNED
ES 4 PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T T T T T
OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU PU
T T T T T T

®onn 2018
POHON KINERJA
PEMD
OUTCOME OUTCOME OUTCOME
A

INTERMED INTERMED INTERMED


OPD OUTCOME OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


ES 3 OUTCOME OUTCOME OUTCOMECROSSCUTTING OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING
ES 3
ES 3

OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T-

ALIGNED
ES 4 PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T T T T T
OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU PU
T T T T T T

®onn 2018
Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi
MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
Good
Governance

Result Oriented
Government

Clarity about objectives (outcomes)

Information on results (performance indicators)

Targets for results

Link between objectives and means


75
INDIKATOR KINERJA PADA
POHON KINERJA

OUTCOME OUTCOME OUTCOME


IK: IK: IK:

INTERMED INTERMED INTERMED


OUTCOME OUTCOME OUTCOME
IK: IK: IK:

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


OUTCOME OUTCOME OUTCOME OUTCOME OUTCOME
IK: IK: IK: IK: IK:

OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT
-PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT
IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK:

OUT OUT OUT OUT OUT OUT


-PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT
IK: IK: IK: IK: IK: IK:

®onn 2018
AKUNTABILITAS KINERJA vs
AKUNTABILITAS KERJA vs AKUNTABILITAS KEUANGAN

KEUANGAN KERJA KINERJA


(REALISASI
ANGGARAN) (EFEKTIF & EFISIEN)

% PRO-
ANG- REAL GRAM/ INDI- TAR- REAL % CAPAI- TUJUAN/ %
CAPAI INDI- TAR- REAL
GARAN ISASI KEGIA- KATOR GET ISASI AN SASA- CAPAI-
-AN KATOR GET ISASI
TAN RAN AN

®onn 2018
TIPE
INDIKATOR KINERJA
- KUALITATIF
(TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS)
- KUANTITATIF ABSOLUT
(JUMLAH PASIEN)
- PERSENTASE
(PERSENTASE PASANGAN USIA SUBUR YANG MENJADI AKSEPTOR KB)
- RASIO
(RASIO DOKTER PER 100.000 PENDUDUK)
- RATA-RATA
(ANGKA KEMATIAN IBU MELAHIRKAN PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP)
- INDEKS
(INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA/HDI)

®onn 2006
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

INDIKATOR
KINERJA
TIDAK INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
DAPAT KINERJA KINERJA KINERJA
DIUKUR TIDAK TIDAK TIDAK
SECARA RELEVAN CUKUP PERLU
OBYEKTIF

®onn 2011-16
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

INDIKATOR
KINERJA
TIDAK INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
DAPAT KINERJA KINERJA KINERJA
DIUKUR TIDAK TIDAK TIDAK
SECARA RELEVAN CUKUP PERLU
OBYEKTIF

®onn 2011-16
INDIKATOR KINERJA YANG TIDAK DAPAT DIUKUR
SECARA OBYEKTIF

SASARAN INDIKATOR KINERJA


Meningkatnya peran serta tokoh Tingkat KEBERDAYAAN
masyarakat dalam mewujudkan masyarakat pedesaan.
kehidupan yang harmoni. Tingkat KEPEKAAN masyarakat
terhadap informasi.
Meningkatnya peran dan fungsi Meningkatnya PERANAN tokoh
rumah ibadah dalam berbagai agama dan ormas dalam
kegiatan ekonomi, kepemudaan, pembangunan agama.
kesenian, dan lain-lain.
Berkembangnya pola pembinaan Tercapainya KEAMANAN dan
keamanan dan ketertiban KENYAMANAN Lingkungan.
masyarakat secara mandiri. Terciptanya situasi yang
KONDUSIF dan TERKENDALI.
Terciptanya KERUKUNAN umat
beragama.
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

INDIKATOR
KINERJA
TIDAK INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
DAPAT KINERJA KINERJA KINERJA
DIUKUR TIDAK TIDAK TIDAK
SECARA RELEVAN CUKUP PERLU
OBYEKTIF

®onn 2011-16
INDIKATOR KINERJA YANG TIDAK RELEVAN

SASARAN INDIKATOR KINERJA

Meningkatkan partisipasi tiap Meningkatnya kompetensi tenaga


jenjang Pendidikan. pendidik.
Meningkatnya perekonomian Terlaksananya pengelolaan dan
berbasis potensi daerah. pemanfaatan hutan.
Terciptanya masyarakat yang cinta
lingkungan / alam.
Terlatihnya petani dan pelaku
agribisnis.
Meningkatnya daya saing produk Terpenuhinya monitoring, evaluasi,
pertanian dan perkebunan. dan pelaporan.
Terkumpulnya data perkebunan
yang benar.
AKUNTABILITAS KINERJA vs
AKUNTABILITAS KERJA vs AKUNTABILITAS KEUANGAN

KEUANGAN KERJA KINERJA


(REALISASI
ANGGARAN) (EFEKTIF & EFISIEN)

% PRO-
ANG- REAL GRAM/ INDI- TAR- REAL % CAPAI- TUJUAN/ %
CAPAI INDI- TAR- REAL
GARAN ISASI KEGIA- KATOR GET ISASI AN SASA- CAPAI-
-AN KATOR GET ISASI
TAN RAN AN

®onn 2018
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

INDIKATOR
KINERJA
TIDAK INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
DAPAT KINERJA KINERJA KINERJA
DIUKUR TIDAK TIDAK TIDAK
SECARA RELEVAN CUKUP PERLU
OBYEKTIF

®onn 2011-16
HUBUNGAN ANTARA
INDIKATOR KINERJA DENGAN KINERJA

KONDISI:
MENINGKATNYA PRODUKSI, PRODUKTIVITAS, DAN NILAI
TAMBAH PERTANIAN

?
INDIKATOR INDIKATOR
INDIKATOR
KINERJA: KINERJA:
KINERJA:
PRODUKTIVITAS NILAI TAMBAH
PRODUKSI
PERTANIAN

? ? ®onn 2009
RESULT ORIENTED GOVERNMENT

1. Clarity about objectives (Goal Setting)


2. Information on results (Measurement Setting)
3. Targets for results (Target Setting)
4. Link between objectives and means (Program Setting)

INDIKATOR
KINERJA
TIDAK INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR
DAPAT KINERJA KINERJA KINERJA
DIUKUR TIDAK TIDAK TIDAK
SECARA RELEVAN CUKUP PERLU
OBYEKTIF

®onn 2011-16
INDIKATOR KINERJA PADA
POHON KINERJA

OUTCOME OUTCOME OUTCOME


IK: IK: IK:

INTERMED INTERMED INTERMED


OUTCOME OUTCOME OUTCOME
IK: IK: IK:

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


OUTCOME OUTCOME OUTCOME OUTCOME OUTCOME
IK: IK: IK: IK: IK:

OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT OUT
-PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT
IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK: IK:

OUT OUT OUT OUT OUT OUT


-PUT -PUT -PUT -PUT -PUT -PUT
IK: IK: IK: IK: IK: IK:

®onn 2018
MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
Good
Governance

Result Oriented
Government

Clarity about objectives (outcomes)

Information on results (performance indicators)

Targets for results

Link between objectives and means


96
PENETAPAN TARGET
KEADAAN SEKARANG: TERLALU
TINGGI
• MEMBUTUHKAN DATA KINERJA YANG
ANDAL
KEADAAN YANG INGIN DICAPAI:
• MEMPERHITUNGKAN SUMBER DAYA YANG
DIMILIKI
– ANGGARAN
– KEWENANGAN
– STRUKTUR ORGANISASI
– SUMBER DAYA MANUSIA
– TEKNOLOGI
• MEMANFAATKAN PIHAK EKSTERNAL
SEBAGAI SUMBER DAYA
– KOORDINASI
– KERJASAMA TERLALU
– EDUKASI RENDAH
®onn 2016
Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi
MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
Good
Governance

Result Oriented
Government

Clarity about objectives (outcomes)

Information on results (performance indicators)

Targets for results

Link between objectives and means


99
E-Performance Based Budgeting

e-Performance Based Budgeting

PRIORITAS PROGRAM
ANGGARAN
NASIONAL KEGIATAN

Program Follow Result Money Follow Program

meningkatkan efektifitas dan mencegah program/ kegiatan


mengurangi pemborosan “siluman” dan mencegah
anggaran penyimpangan

®onn 2016
POHON KINERJA
OUTCOME OUTCOME OUTCOME

INTERMED INTERMED INTERMED


OUTCOME OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED INTERMED


OUTCOME OUTCOME OUTCOMECROSSCUTTING OUTCOME OUTCOME CROSSCUTTING

OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T-

ALIGNED
PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T T T T T
OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU PU
T T T T T T

OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T T T T T
OU OU OU OU OU OU OU OU
T- T- T- T- T- T- T- T-
PU PU PU PU PU PU PU PU
T T T T T T T T
®onn 2018
PROGRAM EXISTING VS PROGRAM HASIL CASCADING

EXISTING CASCADING
PROGRAM EXISTING VS PROGRAM HASIL CASCADING

EXISTING CASCADING
PROGRAM EXISTING VS PROGRAM HASIL CASCADING

EXISTING CASCADING
PROGRAM EXISTING VS PROGRAM HASIL CASCADING

EXISTING CASCADING
PROGRAM EXISTING VS PROGRAM HASIL CASCADING

EXISTING CASCADING
Akuntabilitas Kinerja sebagai dasar pelaksanaan
Reformasi Birokrasi
KINERJA
Memastikan kinerja yang akan diwujudkan
telah sesuai dengan mandat dan memberikan
dampak yang dirasakan oleh masyarakat

PROSES BISNIS
Memastikan cara yang paling efektif dan
efisien dalam mencapai sasaran/tujuan
PERATURAN organisasi PENGAWASAN
PERUNDANGAN Untuk memastikan setiap
untuk memayungi legalitas aktivitas bebas dari
setiap pelaksanaan aktivitas STRUKTUR ORGANISASI penyimpangan dan risiko
organisasi Memastikan organisasi yang paling tepat pencapaian tujuan
fungsi dan tepat ukuran untuk menjalankan
proses bisnis dalam mencapai sasaran/tujuan
organisasi

MANAJEMEN SDM
Memastikan standar kompetensi SDM untuk
mengisi struktur organisasi yang telah
dirancang.
AREA PERUBAHAN DAN HASIL
YANG DIHARAPKAN
Meningkatnya penerapan/internalisasi
asas, prinsip, nilai dasar, kode etik, dan
kode perilaku, termasuk penguatan
budaya kinerja dan budaya pelayanan

Meningkatnya keterlibatan
pimpinan dalam memimpin
perubahan

Meningkatnya citra positif aparatur


sebagai pelayan masyarakat

Perubahan ke arah
perbaikan dapat diukur,
diikuti dan ditingkatkan.
Manajemen Perubahan

Tim Reformasi Birokrasi Road Map RB

• Tim Reformasi Birokrasi telah dibentuk • Road Map telah disusun dan
diformalkan
• Tim Reformasi Birokrasi telah
melaksanakan tugas sesuai rencana • Road Map telah mencakup 8 area
kerja Tim Reformasi Birokrasi perubahan

• Tim Reformasi Birokrasi telah • Road Map telah mencakup "quick win"
melakukan monitoring dan evaluasi
rencana aksi, hasil evaluasi telah • Penyusunan Road Map telah melibatkan
ditindaklanjuti seluruh anggota organisasi

• Telah terdapat sosialisasi dan


internalisasi Road Map kepada anggota
organisasi
111
Manajemen Perubahan
Perubahan pola pikir dan budaya
Pemantauan Dan Evaluasi RB
kerja
• PMPRB direncanakan dan diorganisasikan • Terdapat keterlibatan pimpinan tertinggi
dengan baik secara aktif dan berkelanjutan dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi
• Aktivitas PMPRB dikomunikasikan dengan
unit kerja • Terdapat media komunikasi secara reguler
untuk menyosialisasikan tentang reformasi
• Dilakukan pelatihan yang cukup bagi Tim
birokrasi yang sedang dan akan dilakukan
Asesor PMPRB

• Pelaksanaan PMPRB dilakukan oleh Asesor • Terdapat upaya untuk menggerakkan


organisasi dalam melakukan perubahan
• koordinator asesor PMPRB mereviu kertas melalui pembentukan agent of change
kerja asesor sebelum menyusun kertas ataupun role model
kerja instansi

• para asesor mencapai konsensus sebelum


menetapkan nilai PMPRB instansi.

• RATL telah dikomunikasikan dan


dilaksanakan 112
Meningkatnya keterlibatan
publik dalam proses
perumusan kebijakan;

Meningkatnya kualitas regulasi yang


melindungi, berpihak pada publik,
harmonis, tidak tumpang tindih dan
mendorong iklim kondusif bagi
publik.
Penataan Peraturan Perundang-undangan

Sistem pengendalian dalam


Harmonisasi penyusunan peraturan
perundang-undangan

• Telah dilakukan identifikasi • Sistem pengendalian penyusunan


peraturan perundang- peraturan perundangan yang
undangan yang tidak mensyaratkan adanya Rapat
Koordinasi, Naskah
harmonis /tidak sinkron.
Akademis/kajian/policy paper,
dan Paraf Koordinasi
• Telah dilakukan revisi
peraturan perundang- • Dilakukan evaluasi atas
undangan yang tidak pelaksanaan sistem pengendalian
harmonis /tidak sinkron penyusunan peraturan
perundang-undangan

114
BACK
Meningkatnya ketepatan ukuran,
ketepatan fungsi dan sinergisme
kelembagaan

Menurunnya tumpang tindih tugas dan


fungsi
Penataan dan Penguatan Organisasi
Evaluasi Penataan
•Evaluasi ketepatan fungsi dan ukuran organisasi • Hasil evaluasi telah ditindaklanjuti
•evaluasi jenjang organisasi
dengan mengajukan perubahan
organisasi
•evaluasi kemungkinan duplikasi fungsi

•evaluasi satuan organisasi yang berbeda tujuan


namun ditempatkan dalam satu kelompok

•evaluasi kemungkinan pejabat yang melapor


kepada lebih dari seorang atasan

•evaluasi kesesuaian struktur organisasi dengan


kinerja yang akan dihasilkan

•evaluasi kesesuaian struktur organisasi dengan


mandat

•evaluasi tumpang tindih fungsi dengan instansi lain

•Evaluasi kemampuan struktur organisasi untuk


adaptif terhadap perubahan lingkungan strategis

116
BACK
Meningkatnya penerapan sistem, proses
dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien,
cepat, terukursederhana, transparan,
partisipatif, dan berbasis e- Government;

Meningkatnya penerapan
keterbukaan informasi
publik;
Meningkatnya penerapan
sistem pengadaan barang dan
jasa secara elektronik;
Meningkatnya penerapan
manajemen kearsipan
yang andal;
Penataan Tatalaksana
Proses bisnis dan prosedur operasional
E-government
tetap (SOP) kegiatan utama
• Memiliki proses bisnis yang sesuai • Memiliki rencana pengembangan e-
dengan tugas dan fungsi government di lingkungan instansi

• Peta proses bisnis sudah dijabarkan ke • Pengembangan e-government secara


dalam prosedur operasional tetap terbatas di lingkungan internal dalam
(SOP) rangka mendukung proses birokrasi.

• Prosedur operasional tetap (SOP) telah • Ppengembangan e-government untuk


diterapkan meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat
• Peta proses bisnis dan Prosedur
operasional telah dievaluasi dan • Pengembangan e-government untuk
disesuaikan dengan perkembangan meningkatkan kualitas pelayanan
tuntutan efisiensi, dan efektivitas kepada masyarakat dalam tingkatan
birokrasi transaksional

118
Penataan Tatalaksana

Keterbukaan Informasi Publik

• Adanya kebijakan pimpinan tentang


keterbukaan informasi public

• Menerapkan kebijakan keterbukaan informasi


publik

• Melakukan monitoring dan evaluasi


pelaksanaan kebijakan keterbukaan informasi
publik.
119
Meningkatnya penerapan
manajemen kinerja individu
untuk meningkatkan kompetensi
SDM aparatur;
Meningkatnya kemampuan unit yang
mengelola SDM ASN untuk
mewujudkan SDM aparatur yang
kompeten dan kompetitif.
Meningkatnya kepatuhan
instansi untuk penerapan
manajemen SDM aparatur yang
berbasis merit;
Meningkatnya
profesionalisme aparatur
Penataan Sistem Manajemen SDM
Proses penerimaan pegawai
Perencanaan kebutuhan pegawai Pengembangan pegawai berbasis
transparan, objektif, akuntabel
sesuai dengan kebutuhan kompetensi
dan bebas KKN

• Analisis jabatan dan analisis • Pengumuman penerimaan • standar kompetensi jabatan


beban kerja telah dilakukan diinformasikan secara luas
kepada masyarakat • asessment pegawai
• Perhitungan kebutuhan pegawai
telah dilakukan • Pendaftaran dapat dilakukan • diidentifikasi kebutuhan
dengan mudah, cepat dan pasti pengembangan kompetensi
• Rencana redistribusi pegawai (online)
telah disusun dan diformalkan • disusun rencana pengembangan
• Persyaratan jelas, tidak kompetensi dengan dukungan
• Proyeksi kebutuhan 5 tahun telah diskriminatif anggaran yang mencukupi
disusun dan diformalkan
• Proses seleksi transparan, • pengembangan pegawai berbasis
• Perhitungan formasi jabatan yang objektif, adil, akuntabel dan kompetensi sesuai dengan
menunjang kinerja utama bebas KKN rencana dan kebutuhan
instansi telah dihitung dan pengembangan kompetensi
diformalkan • Pengumuman hasil seleksi
diinformasikan secara terbuka • monitoring dan evaluasi
pengembangan pegawai berbasis
kompetensi secara berkala

121
Penataan Sistem Manajemen SDM
Penegakan aturan
Promosi jabatan dilakukan
Penetapan kinerja individu disiplin/kode etik/kode
secara terbuka
perilaku pegawai

• Kebijakan promosi terbuka • Penetapan kinerja individu • Aturan disiplin/kode etik/kode


telah ditetapkan perilaku instansi telah
• penilaian kinerja individu yang ditetapkan
• Promosi terbuka pengisian terkait dengan kinerja
jabatan pimpinan tinggi telah organisasi • Aturan disiplin/kode etik/kode
dilaksanakan perilaku instansi telah
• Ukuran kinerja individu sesuai diimplementasikan
• Promosi terbuka dilakukan dengan indikator kinerja
secara kompetitif dan obyektif individu level diatasnya • Monev atas pelaksanaan
aturan disiplin/kode etik/kode
• Promosi terbuka dilakukan • Pengukuran kinerja individu perilaku instansi
oleh panitia seleksi yang dilakukan secara periodik
independen • pemberian sanksi dan imbalan
• monitoring dan evaluasi atas (reward)
• Hasil setiap tahapan seleksi pencapaian kinerja individu.
diumumkan secara terbuka
• Hasil penilaian kinerja individu
telah dijadikan dasar untuk
pengembangan karir individu

• Capaian kinerja individu telah


dijadikan dasar untuk
pemberian tunjangan kinerja

122
Penataan Sistem Manajemen SDM

Pelaksanaan evaluasi jabatan Sistem Informasi Kepegawaian

• Informasi faktor jabatan telah disusun • Sistem informasi kepegawaian telah


dibangun sesuai kebutuhan
• Peta jabatan telah ditetapkan
• Sistem informasi kepegawaian dapat
• Kelas jabatan telah ditetapkan diakses oleh pegawai

• Sistem informasi kepegawaian terus


dimutakhirkan

• Sistem informasi kepegawaian digunakan


sebagai pendukung pengambilan
kebijakan manajemen SDM

123
Meningkatnya penerapan
sistem manajemen kinerja

Meningkatnya pengintegrasian
perencanaan, penganggaran dan
kinerja

Meningkatnya
akuntabilitas aparatur

Meningkatnya efisiensi
penyelenggaraan birokrasi
Penguatan Akuntabilitas Kinerja
keterlibatan pimpinan Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja

• pimpinan terlibat secara langsung • upaya peningkatan kapasitas SDM


pada saat penyusunan Renstra yang menangani akuntabilitas
kinerja
• pimpinan terlibat secara langsung
pada saat penyusunan Penetapan • pedoman akuntabilitas kinerja
Kinerja telah disusun

• pimpinan memantau pencapaian • Sistem Pengukuran Kinerja telah


kinerja secara berkala dirancang berbasis elektronik

• Sistem Pengukuran Kinerja dapat


diakses oleh seluruh unit

• Pemutakhiran data kinerja


dilakukan secara berkala

125
Meningkatnya kapasitas APIP

Meningkatnya implementasi
Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah

Meningkatnya integritas aparatur


Penguatan Pengawasan
Pengaduan Whistle-Blowing
Gratifikasi Penerapan SPIP
Masyarakat System
• kebijakan penanganan • peraturan Pimpinan K/L • disusun kebijakan • Telah terdapat Whistle
gratifikasi tentang SPIP Pengaduan masyarakat Blowing System

• dilakukan public • dibangun lingkungan • Penanganan • Whistle Blowing System


campaign pengendalian pengaduan masyrakat telah disosialisasikan
telah
• Penanganan gratifikasi • dilakukan penilaian diimplementasikan • Whistle Blowing System
telah risiko atas organisasi telah
diimplementasikan • Hasil penanganan diimplementasikan
• dilakukan kegiatan pengaduan masyarakat
• dilakukan evaluasi atas pengendalian untuk telah ditindaklanjuti • Telah dilakukan
kebijakan penanganan meminimalisir risiko evaluasi atas
gratifikasi yang telah diidentifikasi • Telah dilakukan penanganan Whistle
evaluasi atas Blowing System
• Hasil evaluasi atas • SPI telah penanganan
penanganan gratifikasi diinformasikan dan pengaduan masyarakat • Hasil evaluasi atas
telah ditindaklanjuti dikomunikasikan penanganan Whistle
kepada seluruh pihak • Hasil evaluasi atas Blowing System telah
terkait penanganan ditindaklanjuti
pengaduan masyarakat
• dilakukan pemantauan telah ditindaklanjuti
Pengendalian intern
127
Penguatan Pengawasan
Penanganan Benturan Aparat Pengawasan Intern
Pembangunan Zona Integritas
Kepentingan Pemerintah (APIP)
• terdapat Penanganan • dilakukan pencanangan • APIP didukung dengan
Benturan Kepentingan. zona integritas komitmen pimpinan

• Penanganan Benturan • ditetapkan unit yang akan • APIP didukung dengan SDM
Kepentingan telah dikembangkan menjadi yang memadai secara
disosialisasikan. zona integritas kualitas dan kuantitas.

• Penanganan Benturan • ilakukan pembangunan • APIP didukung dengan


Kepentingan telah zona integritas? anggaran yang memadai
diimplementasikan.
• dilakukan evaluasi atas zona • APIP berfokus pada client
• dilakukan evaluasi atas integritas yang telah dan audit berbasis risiko
Penanganan Benturan ditentukan?
Kepentingan.
• terdapat unit kerja yang
• Hasil evaluasi atas ditetapkan sebagai “menuju
Penanganan Benturan WBK/WBBM”?
Kepentingan telah
ditindaklanjuti

128
Meningkatnya sistem monitoring
dan evaluasi terhadap kinerja
pelayanan publik;

Meningkatnya kualitas pelayanan


publik sesuai kebutuhan dan
harapan masyarakat;
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Standar Pelayanan Budaya pelayanan prima Pengelolaan Pengaduan
• Terdapat kebijakan standar • dilakukan sosialisasi/ • Terdapat Media
pelayanan. pelatihan dalam upaya Pengaduan Pelayanan
penerapan Budaya
• Standar pelayanan telah Pelayanan Prima. • Terdapat SOP pengaduan
dimaklumatkan. pelayanan
• Informasi tentang
• Terdapat SOP sesuai pelayanan mudah diakses • Terdapat unit yang
standar pelayanan melalui berbagai media. mengelola pengaduan
pelayanan
• Dilakukan reviu dan • terdapat sistem
perbaikan atas standar sanksi/reward bagi • dilakukan tindak lanjut
pelayanan dan SOP pelaksana layanan serta atas seluruh pengaduan
pemberian kompensasi pelayanan untuk
kepada penerima layanan perbaikan
bila layanan tidak sesuai
standar.
• Telah dilakukan evaluasi
atas penanganan
• terdapat sarana layanan keluhan/masukan
terpadu/terintegrasi.

130
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Penilaian kepuasan terhadap Pemanfaatan Teknologi
pelayanan Informasi

• Dilakukan survey kepuasan • Telah memiliki rencana


masyarakat terhadap penerapan teknologi
pelayanan informasi dalam pemberian
pelayanan
• Hasil survey kepuasan
masyarakat dapat diakses • Telah menerapkan teknologi
secara terbuka informasi dalam memberi
pelayanan.
• Dilakukan tindak lanjut atas
hasil survey kepuasan • Telah dilakukan perbaikan
masyarakat secara terus menerus

131
HASIL (40)

Kapasitas dan Akuntabilitas Pemerintah yang Bersih


Kualitas Pelayanan Publik
Kinerja Organisasi dan Bebas KKN
(10)
(20) (10)
• Nilai Akuntabilitas Kinerja • Nilai Persepsi Korupsi • Nilai Persepsi Kualitas
(14) (Survei Eksternal) (7) Pelayanan
• Nilai Kapasitas Organisasi • Opini BPK (3) (Survei Eksternal)
(Survei Internal) (6) (10)

132
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PEMBANGUNAN
ZONA
INTEGRITAS
MENUJU WBK DAN
WBBM
Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas
Organisasi, Pemerintah yang Bersih dan
Bebas KKN, serta Peningkatan Pelayanan
WILAYAH BEBAS KORUPSI DAN
WILAYAH BIROKRASI BERSIH MELAYANI
Wilayah Bebas Korupsi
(WBK) dan
Wilayah Birokrasi
Bersih Melayani
(WBBM)
Merupakan predikat yang
diberikan kepada unit kerja
pada instansi pemerintah
yang memenuhi indikasi
bebas dari korupsi dan
melayani publik dengan
baik
134
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh atau


sebagian besar pegawa
PENCANANGAN
ZI  pernyataan komitmen telah siap membangun Zona
Integritas

 Menetapkan unit kerja yang akan diusulkan menuju WBK/WBBM


PEMBANGUNAN  Membangun unit kerja menuju WBK/WBBM
ZI
 - Penilaian Mandiri oleh Tim Penilai Internal (TPI)
 - TPI melaporkan kepada pimpinan Instansi
PENGUSULAN  - pengusulan ke Kemen PAN dan RB

 Reviu oleh Tim Penilai Nasional


REVIIU TPN
 - MenPAN dan RB mengusulkan kepada instansi
Pemerinta agar unit kerja ditetapkan menjadi WBK
PENETAPAN  - MenPAN dan RB menetapkan unit kerja sebagai WBBM
WBK/WBBM
PROSES PENILAIAN DAN PENETAPAN
Pemenuhan
Indikator MWBK
Hasil MEMENUHI
SYARAT
Unit Kerja Penilaian MWBBM
Reviu TPN TIDAK
Percontohan TPI MEMENUHI
SYARAT

Pemenuhan
Indikator
Proses

 Tim Penilai Internal (TPI) adalah tim yang dibentuk oleh pemimpin instansi
pemerintah yang mempunyai tugas melakukan penilaian unit kerja dalam
rangka memperoleh predikat menujunWBK/WBBM
 Tim Penilai Nasional (TPN) adalah tim yang dibentuk oleh Menteri yang
mempunyai tugas melakukan penilain unti kerja dalam rangka memperoleh
predikat WBK/WBBM
5
EVALUASI
ZONA INTEGRITAS
REFORMASI BIROKRASI
(MENUJU WBK/WBBM)
Unit Kerja Pelayanan
Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah
(Kementerian/Lembaga/Pemda) (contoh: RSUD, PTSP, Kantor
Imigrasi, Polres, Samsat dsb)

Proses (8 Area) Proses (6 Area)


Manajemen Perubahan Manajemen Perubahan
Akuntabilitas (6) Akuntabilitas (10)
(5) (5)
60 Tatalaksana
Pengawasan (12) Tatalaksana (5) Pengawasan (15)
% (5)
Manajemen SDM
Pelayanan Publik (6) Manajemen SDM (15) Pelayanan Publik (10)
(15)
Peraturan
Organisasi (6)
Perundang-undangan (5)

Hasil (3 Sasaran) Hasil (2 Sasaran)


1.Opini BPK (3)
40 2.Survei Persepsi Korupsi 1.Survei Persepsi
1.Nilai Akuntabilitas (14)
Korupsi (15) Survei Persepsi
% 2.Survey Integritas (Survey Eksternal) (7)
2.Temuan Tindak Lanjut Pelayanan Publik (20)
Organisasi (Internal) (6) Survei Persepsi Pelayanan
Publik (Eksternal) (10) Pemeriksaan (5)

SURVEI PERSEPSI KORUPSI OLEH KEMENPANRB DAN KPK


SURVEI PERSEPSI PELAYANAN PUBLIK OLEH KEMENPANRB DAN BPS
KERANGKA LOGIS PENILAIAN

PENGUNGKIT (60%) HASIL (40%)

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (10)


PEMERINTAH YANG
BERSIH DAN BEBAS
PENATAAN TATALAKSANA
KKN (20)
Nilai persepsi korupsi
MANAJEMEN PERUBAHAN (5)

(5)
(survei eksternal) (15)
PENATAAN MANAJEMEN Presentase penyelesaian
SDM (15) TLHP (5)

PENGUATAN
PENGAWASAN (15)

PENGUATAN
AKUNTABILITAS KINERJA PENINGKATAN
(10) PELAYANAN PUBLIK (20)
) kualitas
Nilai persepsi
pelayanan (survei eksternal)
(20)

PERBAIKAN DAN PEMBELAJARAN


138
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

SYARAT WBK WBBM


Opini BPK “WTP” Opini BPK “WTP” selama
TINGKAT INSTANSI minimal 2 tahun berturut-
PEMERINTAH turut
Nilai AKIP minimal “CC”
Setingkat Es. I s.d Es. III
Peran dan penyelenggaraan fungsi pelayanan strategis
Melaksanakan program-program reformasi birokrasi
TINGKAT UNIT KERJA secara baik
Mengelola sumber daya yang cukup besar
Telah sebelumnya
mendapat predikat WBK
HAKEKAT PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS (WBK & WBB)

SYARAT WBK WBBM


Nilai Total (Pengungkit dan Hasil)
75 85
minimal
Nilai komponen hasil
“Terwujudnya Pemerintah yang 18 18
Bersih dan Bebas KKN” minimal
Nilai sub-komponen “Survei
13,5 13,5
Persepsi Anti Korupsi” minimal
Nilai sub-komponen “Persentasi
3,5 3,5
TLHP” minimal
Nilai komponen hasil
“Terwujudnya Peningkatan
- 16
Kualitas Pelayanan Publik kepada
Masyarakat” minimal
LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN ZONA INTEGRITAS
1. Membangun komitmen Bersama dan menyamakan
persepsi tentang program zona integritas

2. Membentuk tim internal pembangunan zona integritas

3. Melakukan survey pendahuluan

4. Mengidentifikasi isu strategis dan melaksanakan kegiatan


yang berdampak langsung ke masyarakat

5. Mempublikasikan inovasi dan komitmen pembangunan


wilayah bebas korupsi melalui media sosial

6. Melaksanakan reward dan punishment

7. Melakukan monitoring dan evaluasi


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai