Anda di halaman 1dari 13

MENGKRITISI METODE ILMIAH DALAM

AGAMA, FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

Oleh :
PANUT. A
22080900029
Dosen Pembimbing :
Dr. Ahmad Suryadi, M.Pd.
Pengertian Judul
• Mengkritisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti
kata mengkritisi adalah menganalisis secara tajam.
Arti lainnya dari mengkritisi adalah berusaha
menemukan kesalahan atau kebenaran.

Dalam hal ini yang akan dikritisi adalah Metode


Ilmiah dengan variabel pembatunya adalah Agama
(Agama Islam), Filsafat dan Ilmu Pengetahuan.
Kriteria Metode Ilmiah
• Berdasar kepada fakta
• Tidak mengandung prasangka
• Menggunakan prinsip-prinsip analisis
• Perumusan masalah atau pembuatan
hipotesis
• Menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif 
• Menggunakan ukuran objektif
Tahapan-tahapan Dalam Metode Ilmiah

– Merumuskan masalah.
– Mengumpulkan keterangan.
– Menyusun hipotesis.
– Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau
penelitian
– Mengolah data (hasil) percobaan dengan
menggunakan metode statistik untuk menghasilkan
kesimpulan
– Menguji kesimpulan
– Mengomunikasikan hasil penelitian.
Sifat Metode Ilmiah
• Kritis dan analitis
• Logis
• Empiris
• Konseptual
Agama Islam
• Menurut paham Muhammadiyah, Agama
Islam adalah ajaran para Nabi dan Rasul sejak
Nabi Adam a.s. sampai kepada Nabi
Muhammad Saw.
• Agama Allah yang diturunkan kepada Nabi-
Nya sejak Adam A.s. hingga Muhammad Saw.
lewat wahyu dengan perantara malaikat Jibril
A.s.
• Dari Penjelasan tentang motode ilmiah dan
agama diatas jelas terdapat perbedaan yang
mencolok, dimana dalam metode ilmiah
segala sesuatu diawali dengan adanya
masalah, lalu metoda ilmiah berusaha untuk
menemukan jawaban atau solusi dari masalah
tersebut, Lalu jawaban atau solusi haruslah
berupa fakta (dapat dilihat, dirasakan, masuk
akal bahkan harus dapat dibuktikan).
• Lalu muncul sebuah pertanyaan bagaimana
dengan Agama (Islam), dimana Nabi atau
Rasul mendapatkan Ilmu Pengetahuan dengan
dibimbing oleh wahyu ?
• Dimana kita menerima kebenaran agama
adalah dengan keyakinan / keimanan, tidak
melalaui metode ilmiah untuk mendapatkan
kebenaran agama.
• Sungguhpun demikian pada hakekatnya
“agama” juga sama seperti metode ilmiah
dimana agama memberikan jawaban atau
solusi untuk manusia, bahkan jawaban atau
solusi yang diberikan agama tidak
membutuhkan metode ilmiah yang
berorientasi kepada pembuktian dan fakta.
Tapi cukup dengan satu kata kunci yaitu
“iman” atau Keyakinan, karena kebenaran
agama adalah kebenaran yang absolud.
• Namun perlu kita garis bawahi bahwasanya
agama dalam hal ilmu dunia memberikan
keluasan kepada manusia untuk melakukan
Tajdid (ionavasi). Maka dalam hal seperti ini
metode ilmiah dapat dijadikan sebagai ilmu
pembantu.
• Dan untuk hal-hal yang sifatnya sudah Qat’i,
maka tugas kita adalah “ Sami’na wa ataqna”
tanpa harus menggunakan metode ilmiah,
atau menunggu hasil dari metode ilmiah.
Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Sementara dalam filsafat dan ilmu pengetahuan,
metode ilmiah sangatlah dibutuhkan. Bahkan suatu
teori (Ilmu Pengetahuan) baik yang berasal dari
filsafat maupun ilmu pengetahuan umum akan
dapat digugurkan oleh metode ilmiah yang baru.
Jika telah ditemukan bukti atau fakta yang baru,
dalam arti lain, baik filsafat maupaun ilmu
pengetahuan memiliki kebenaran yang tidak
absolud. Sehingga metode ilmiah memiliki peran
yang sangat penting.
Kesimpulan
• Metode ilmiah dalam agama tidak memiliki
peran utama, tetapi hanya sebagai ilmu
pembantu, bahkan untuk hal yang sifatnya
sudah Qat’i, maka metode ilmiah tidak
dibutuhkan.
• Sementara dalam filasat dan ilmu
pengetahuan, meotde ilmiah memilki peran
utama.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai