Anda di halaman 1dari 9

Scientific criticism (kritik ilmiah)

Kritik ilmiah atau kritik akademi adalah istilah yang digunakan di Indonesia sebagai
alih bahasa dari scholary criticism sebagaimana disebutkan oleh Feldman. Kritik ilmiah
biasanya melakukan pengkajian nilai seni secara luas, mendalam, dan sistematis, baik dalam
menganalisis maupun dalam melakukan kaji banding kesejarahan critical judgment. Penilaian
kritik ilmiah sesungguhnya tidak bersifat mutlak, sama seperti pengetahuan lmiah lainnya, jenis
kritik ini bersifat terbuka dan siap dikoreksi oleh siapa saja, demi penyempurnaan dan mencari
nilai karya seni yang sebenarnya. Kritik seni ilmiah sama sekali tidak bermaksud
mengilmiahkan seni, jenis kritik ini hanya meminjam sarana ilmiah untuk melakukan penilaian
seni yang lebih akurat. Misalnya, menggunakan prosedur penelitian untuk mengumpulkan data
yang lengkap, sebagai bukti konkret untuk melakukan penilaian yang logis, sehingga
kesimpulan kritik yang dihasilkan dapat mengungkap makna seni berdasarkan bukti-bukti yang
dikemukakan.

Kritik ilmiah tidak terutama berkaitan dengan nilai-nilai moral, tetapi lebih banyak
dengan nilai-nilai kuantitatif atau kategoris. Ini berfokus pada apakah suatu gagasan dapat
dibuktikan benar atau salah, atau apa batas penerapannya yang valid, terlepas dari apakah orang
suka itu atau tidak, atau apa implikasi moralnya. Untuk tujuan ini, ilmuwan menggunakan
logika dan bukti relevan yang ditawarkan oleh pengalaman, serta eksperimen, dan memberikan
perhatian pada maksud dan tujuan dari kegiatan yang relevan.

Jelas seorang ilmuwan juga makhluk bermoral dengan bias moral, tetapi sains bertujuan untuk
memastikan bahwa bias moral tidak mengurangi temuan ilmiah (persyaratan obyektivitas). Jika
para ilmuwan akan mengabaikan bukti relevan yang berkaitan dengan suatu kasus, misalnya
karena beberapa bias pribadi, mereka dapat dikritik untuk itu.

Para ilmuwan juga dapat mengkritik moralitas tertentu atas dasar ilmiah, tetapi dalam kapasitas
ilmiah mereka tidak melakukannya dengan alasan bahwa moralitas itu sendiri secara intrinsik
tidak dapat diterima, tetapi lebih karena itu tidak dapat direkonsiliasi dengan fakta-fakta, yaitu
melibatkan asumsi atau penilaian bertentangan dengan bukti logis dan faktual yang diketahui.

Sains biasanya tidak peduli dengan menilai keinginan tujuan dalam diri mereka sendiri, tetapi
lebih dengan hubungan sarana dan tujuan. Pertanyaan dalam kegiatan ilmiah biasanya untuk
memastikan - dengan alasan, studi dan eksperimen - apakah cara yang dipilih dapat atau tidak,
sebagai fakta objektif, menghasilkan hasil yang dibayangkan, dan mengapa demikian. Jadi
seorang ilmuwan terutama bertujuan untuk membuktikan dengan bukti dan alasan, bahwa jika
seseorang ingin mencapai X, maka seseorang harus melakukan Y, atau tidak melakukan Z.
Tetapi apakah seseorang ingin mencapai X atau tidak, mungkin merupakan pertanyaan terpisah,
di mana ilmuwan tidak dapat mengadili, karena memberi tahu orang-orang apa yang harus
mereka lakukan dengan diri mereka sendiri berada di luar bidang penyelidikan ilmiah. Paling-
paling seorang ilmuwan mungkin mengatakan bahwa, jika X tercapai, ia akan memiliki manfaat
spesifik, dan jika tidak tercapai, ia akan memiliki efek atau biaya berbahaya tertentu bagi orang
yang bersangkutan (atau sebaliknya).

Ketika para ilmuwan mengkritik ilmuwan lain, kritik itu bisa sangat khusus dan teknis, sehingga
mungkin tidak mudah untuk memahami maknanya - kecuali jika seseorang akrab dengan
disiplin ilmu tertentu. Ada beberapa aturan umum untuk kritik ilmiah, tetapi paling sering
masing-masing cabang penelitian ilmiah memiliki aturan dan format sendiri untuk mengkritik.
Ilmu pengetahuan terutama adalah pencarian kebenaran, dan oleh karena itu jika para ilmuwan
tidak jujur (misalnya, dengan memalsukan bukti), mereka tidak menjadi "ilmiah",
ketidakjujuran kemudian menjadi target yang jelas untuk kritik. Lainnya, lebih umum, kritik
berhubungan dengan asumsi, bias pengambilan sampel, kesalahan metodologi, masalah
statistik atau kesimpulan yang tidak valid.

METODE ILMIAH DAN PERANANNYA TERHADAP TEORI KEILMUAN

Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975)
berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh
sesuatu interelasi.”

Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang
sistematis, teratur dan terkontrol. Menurut A. Nashrudin, S.IP, M,Si
(dossuwanda.wordpress.com ), Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut
metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Berdasarkan fakta

2. Bebas dari prasangka


3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa

4. Menggunakan hipolesa

5. Menggunakan ukuran objektif

6. Menggunakan teknik kuantifikas

1. Pengertian Metode Berfikir Ilmiah Dalam Bidang Keilmuan

Pengertian Metode Berpikir IlmiahSecara etimologi, metode berasal dari bahasa yunani yaitu
kata meta (sesudahatau dibalik sesuatu) dan hodos (jalan yang harus ditempuh). jadi metode
adalahlangkah-langkah (cara dan teknis) yang diambil, menurut urutan atau sistematikatertentu
untuk mencapai pengetahuan tertentu, Metode menurut Senn,merupakan suatu prosedur atau
cara mengetahui sesuatu yang mempunyailangkah-langkah yang sistematis. Metodologi
merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.
jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam
metode ilmiah.Metode berpikir ilmiah merupakan prosedur, cara atau teknik
dalammendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, jadi ilmu merupakan pengetahuanyang
didapatkan lewat metode ilmiah atau dengan kata lain bahwa suatupengetahuan baru dapat
disebut suatu ilmu apabila diperoleh melalui kerangkakerja ilmiah, syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan
metode ilmiah. Pendapat lainmengatakan bahwa metode ilmiah adalah sebuah prosedur yang
digunakanilmuwan dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukan dengan cara kerjasistematis
terhadap pengetahuan baru dan melakukan peninjauan kembalikepada pengetahuan yang telah
ada.

2. Tujuan Penggunaan Metode Ilmiah Dalam Bidang Keilmuan

Tujuan dari penggunaan metode ilmiah adalah tuntutan supaya ilmu pengetahuan bisa terus
berkembang seiring perkembangan zaman dan menjawab tantangan yang dihadapi. Dengan
berbagai riset yang dilakukan oleh para ilmuwan guna mengembangkan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan (sains) yang akan mempermudah dari persoalan-persoalan manusia.
Metode ilmiah merupakan sebuah konsep dimana para ilmuwan mencoba untuk meneliti
disetiap masing-masing ilmu pengetahuan yang akan mengembangkan ilmu-ilmu tersebut
dengan menggunakan metode-metode ilmiah.

3. Manfaat Metode Berpikir Ilmiah Dalam bidang Keilmuan

Seperti diketahui bahwa berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan.
Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran,dengan menggunakan
metode berpikir ilmiah manusia bisa terus meng Update pengetahuan menggali dan
mengembangkannya. Sifat ingin tahu pada diri manusia mendorong manusia mengungkapkan
pengetahuan, meski dengan cara dan pendekatan yang berbeda.M. Solly Lubis menjelaskan
bahwa manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena dua hal: pertama, manusia
mempunyai bahasa yangdapat dijadikan media untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan
pikirannya;dan kedua, manusia memiliki kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur
dankerangka berpikir tertentu, dengan kata lain, bahasa yang komunikatif dan
nalar memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya, dan nalar sebagaibagian dari
kegiatan berpikir memiliki dua ciri utama yaitu logis dan analitisSecara historis, terdapat empat
cara manusia memperoleh pengetahuan yang tadi disebut sebagai pelekat dasar kemajuan
manusia, keempat cara tersebutadalah:

1) berpegang pada sesuatu yang sudah ada (metode keteguhan);

2)merujuk kepada pendapat ahli (metode otoritas);

3) berpegang pada intuisi(metode intuisi);

4) menggunakan metode ilmiah.

Cara pertama Sampai cara ketiga, disebut sebagai cara kebanyakan orang, atau orang awam dan
cenderung tidak efisien, dan kurang produktif bahkan terkadang tidak objektif dan tidak
rasional. Sedangkan cara terakhir, yaitu metode ilmiah adalah cara ilmiah yang dipandang lebih
rasional, objektif, efektif dan efisien. Cara yang keempat ini adalah cara bagaimana para
ilmuwan memperoleh ilmu yang dalamprakteknya metode ilmiah untuk mengungkapkan dan
mengembangkan ilmudikerjakan melalui cara kerja penelitian.Bahwa manusia disadari atau
tidak akan selalu menghadapi masalah, manusiaselalu dituntut untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapinya bagaimanaseorang nelayan agar bisa mendapatkan ikan yang banyak, petani
agar tanamannya tidak diserang hama dengan hasil yang memuaskan, termasukbagaimana cara
mendidik anak tentu semua itu ada metode penyelesaiannyaterlepas dari apakah permasalahan
itu modusnya sama dengan yang pernahterjadi dulu sekalipun dengan tantangan baru maka
metode penyelesaiannyapun harus baru pula. Karena itulah tuhan memberikan manusia akal
pikiran, agar manusia mengoptimalkan fasilitas yang suduh diberikan oleh tuhannya agar
bisamenjawab tantangan zaman dan permasalahan yang muncul dengan setingsosial dan modus
yang berbeda pula. Masalahnya bisakah manusia bercocoktanam, menangkap ikan, mendidik
anak dengan baik tanpa adanya metodetertentu dalam melahirkan pengetahuan. Dan
pengetahuan diperoleh melaluisebuah sistem tata fikir yang dilakukan manusia, oleh karena itu
hal inimenunjukan bahwa penelitian ilmiah dengan metode ilmiah memiliki perananpenting
dan memberikan manfaat yang banyak dalam membantu manusia dalammemecahkan
permasalahannya. Pengetahuan mempunyai sistem dan ilmuadalah pengetahuan yang
sistematis, pengetahuan yang dengan sadar menuntutkebenaran, dan melalui metode tertentu.

4. Prosedur Berpikir Ilmiah Penalaran rasional dan empiris

Prosedur berfikir ilmiah penalaran rasional dan empiris merupakan dua model yang selalu
menjadi sumber sekaligus metodologis dalam menghasilkan ilmu pengetahuan, ilmu
yangdihasilkan dari sumber tadi, selalu menuntut dilakukan observasi danpenjelajahan baru
terhadap masalah yang dihadapi dari pra anggapan(hipiotesis/dedukasi), pengujian dilakukan
melalui studi lapangan(empiris/induksi). Jadi metode ilmiah adalah penggabungan antara cara
berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun pengetahuan.Secara
rasioanal maka ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dankumulatif, sedangkan
secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yangsesuai dengan fakta dan yang tidak.
Dengan demikian bahwa semua teori ilmiahharus memenuhi dua syarat utama yakni:

a) harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya


kontradiksi dalam teorikeilmuan secara keseluruhan; dan

b) harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang sekiranya tidak didukung oleh
pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika induktif dimana
rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem.Teori apapun
konsistennya jika tidak didukung pengujian empiris maka tidak dapat diterima kebenarannya
secara ilmiah. begitupun sebaliknya seberapa pun faktualitasnya fakta-fakta yang ada, tanpa
didukung asumsi rasional maka iahanya akan menjadi fakta yang mati yang tidak memberikan
pengetahuan kepada manusia.Oleh karena itu, sebelum teruji kebenarannya secara empiris
semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, yang
biasanyadisebut hipotesis. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang kita hadapi, hipotesis berfungsi sebagai penunjuk jalan yang
memungkinkan kita untuk memperoleh jawaban. Hipotesis disusun berdasarkancara kerja
deduktif, dengan mengambil premis-premis dari penetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya. Penyususnan hipotesis berguna untukmenunjang terjadinya konsistensi
pengembangan ilmu secara keseluruhan danmenimbulkan efek kumulatif dalam kemajuan
ilmu. Hipotesis dapat menjadi jembatan pemanduan antara cara kerja deduksi dan
induksi.Langkah selanjutnya setelah penyusunan hipotesis adalah menguji hipotesistersebut
dengan mengkonfrontasikannya, mengkomunikasikannya dengan duniafisik yang nyata, dalam
proses pengujian ini merupakan pengumpulan fakta yangrelevan dengan hipotesis yang
diajukan. fakta-fakta ini bisa bersifat sederhanayang bisa langsung ditangkap oleh panca indra
ada juga yang harusmenggunakan alat seperti teleskop dan mikroskop.Dengan adanya jembatan
berupa penyusunan hipotesis, metode ilmiah seringdikenal sebagai proses logico-hypofhetico-
verifikafio (logic, hipotetik, sekaligusverifikatif). Perkawinan berkesinambungan antara
deduksi dan induksi disebutdengan prosedur berpikir ilmiah. proses induksi diperlukan untuk
melakukanverifikasi atau pengujian hipotesis di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris
untukmenilai apakah sebuah hipotesis didukung oleh fakta atau tidak.”Alur berpikir yang
tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalambeberapa langkah yang mencerminkan
tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses Logico-
hypofhefico-verifikafio inipada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empirisyang jelas batas-
batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkaitdi dalamnya.

2. Pernyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakanargumentasi yang


menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antaraberbagai faktor yang saling mengkait dan
membentuk konstelasi permasalahan.Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan
premis-premis ilmiahyang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor
empirisyang relevan dengan permasalahan

3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaanterhadap pertanyaan


yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan darikerangka berpikir yang
dikembangkan

4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevandengan hipotesis


yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis
tersebut atau tidak

5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup dan
mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima.Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian
tidak terdapat fakta yang cukup.

5. Sifat Ilmu Pengetahuan dan Metode Ilmiah:

Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam
cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Definisi, aturan, inferensi induktif, probabilitas,
kalkulus, dll. merupakan bentuk logika yang menjadi landasan ilmu pengetahuan. Logika dalam
ilmu pengetahuan adalah definitif. Obyektif atau sesuai dengan fakta. Fakta adalah informasi
yang diperoleh dari pengamatan atau penalaran fenomena.

Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada suasana
hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa
kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan
penalaran fenomena.

Sistematis yaitu adanya konsistensi dan keteraturan internal. Kedewasaan ilmu pengetahuan
dicerminkan oleh adanya keteraturan internal dalam teori, hukum, prinsip dan metodenya.
Konsistensi internal dapat berubah dengan adanya penemuan-penemuan baru. Sifat dinamis ini
tidak boleh menghasilkan kontradiksi pada azas teori ilmu pengetahuan.
Andal yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan
hasil yang dapat diandalkan. Ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan universal.

Dirancang. Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan


dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah. Rancangan ini akan
menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.

Akumulatif. Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang terkumpul
sedikit demi sedikit. Apabila ada kaedah yang salah, maka kaedah itu akan diganti dengan
kaedah yang benar. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final,
sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.

Dari keterangan ilmiah diatas, kritik ilmiah harus didasi oleh berdasarkan premis-premis ilmiah
yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empirisyang relevan
dengan permasalahan.

Tipe kritik ilmiah :

Tipe kritik ini sangat bersifat akademis membutuhkan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi
suatu karya seni. Tipe ini digunakan biasanya sebagai panduan atau acuan terhadap suatu
penelitian atau referensi para kolektor, kurator, mseum, dan galeri. Dibutuhkan pengalaman
dan keahlian yang sangat tinggi dalam kritik seni untuk daoat melakukan kritik ini. Biasanya
kritik tipe ini dilakukan oleh parak pakar yang kemampuan intelektualnya sudah tidak
diragukan lagi oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

pakdosen. 2020. Kritik seni. [online].diakses pada 18 Februari 2020 di pakdosen.co.id:


https://pakdosen.co.id/kritik-seni/

burhanuddin,afid. 2013.ilmu sebagai aktivitas penelitian dan metode ilmiah 2. [Online].


Diakses pada 19 Februari 2020 di wordpress.com:
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/ilmu-sebagai-aktivitas-penelitian-dan-
metode-ilmiah-2/

Wikipedia. 2019. Varieties of criticism. [Online].Diakses pada 16 Februari 2020 di


Wikipedia.com : https://en.wikipedia.org/wiki/Varieties_of_criticism#Speculative_criticism

Anda mungkin juga menyukai