Anda di halaman 1dari 8

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan rahasia ilmu secara objektif
dengan dibantengi bukti-bukti yang lengkap dan kokoh. Banyak faktor yang mempengaruhi
kegiatan penelitian untuk melaksanakan suatu penelitian, terutama yang objeknya manusia. Ilmu
yang objeknya dipengaruhi manusia atau beberapa diantaranya yang objeknya manusia itu
disebut dengan penelitian sosial. Diantaranya adalah penelitian di bidang ilmu ekonomi, hukum,
sosiologi, psikologi, politik, pendidikan, dan lain-lain.
Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas pendekatan/desain
penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut dapat benarbenar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut metodologi penelitian, disamping
pemahaman hasil penelitian yang akan lebih proporsional apabila pembaca mengetahui
pendekatan yang diterapkan.
Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan mengenai
pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan diterapkan. Tidak semua obyek dan
masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan tunggal, sehingga diperlukan pemahaman
pendekatan lain yang berbeda agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti tidak pas atau
kurang sempurna dengan satu pendekatan maka pendekatan lain dapat digunakan, atau bahkan
mungkin menggabungkannya.
Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang cukup
dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dari segi peristilahan
para ahli nampak menggunakan istilah atau penamaan yang berbeda-beda meskipun mengacu
pada hal yang sama.

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN


Penelitian pada dasarnya dapat juga diartikan sebagai a method of study by which, trought the
careful and exhausitive of all acertainable vaidance bearing upon a definable problem, we reach
a solution to the problem. Sejalan dengan itu dikemukakan oleh Sutrisno Hadi bahwa, research
dapat didefinisikan sebagai usaha menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, usaha di mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu yang memperbincangkan
tentang metode ilmiah dalam menggali pengetahuan disebut metode penelitian.
Membicarakan metodologi sebagai sistem berpikir pada umumnya sebenarnya sama dengan
membicarakan eksklusivitas potensi ruhaniah manusia sendiri. Oleh karena itu persoalan
metodologi menjadi menarik dan memperoleh status signifikansinya justru terkait dengan

prinsip-prinsip umum regularitas kognisi manusia. Ini berarti dalam konstitusi ruhani manusia
terdapat norma-norma epistemis yang harus ditaati oleh manusia sendiri demi memenuhi
kodratnya sebagai makhluk yang memegang amanah historis.
Tentu tanpa kesukaran sebenarnya memasukkan pembahasan metodologis ke dalam peta kognisi
manusia. Namun, ketika perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia tidak lagi sekedar
memproyeksikan kebutuhan epistemis yang alamiah, persoalan metodologis menjadi tuntutan
baik normatif maupun historisitasnya. Sebab ketika evolusi kesadaran manusia (terutama dengan
bentuk sains-teknologis) telah mencapai status hegemonis baik terhadap alam dan lebih-lebih
terhadap dirinya sendiri, persoalan metodologis menjadi wilayah advokasi (justice area) yang
menentukan ketepatan dan kebenaran suatu pemikiran.
Metodologi, Aspek-Aspek, dan Urgensitasnya
Metodologi secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-metode.
Sedangkan metode sendiri secara umum dapat diartikan sebagai cara bertindak menurut sistem
aturan tertentu. Sehingga dengan menggunakan metode suatu tindakan atau kegiatan dapat
terlaksana secara rasional dan terarah, serta hasilnya dapat tercapai secara optimal. Barangkali
implementasi metode ini terdapat dalam prinsip manajemen klasik model POACE (Planning,
Organizing, Actuating, Controlling, and Evaluation).
Adapun secara teknis istilah metode sering dikaitkan dengan tindakan ilmiah yang berarti sistem
aturan yang menentukan jalan untuk mencapai pengertian baru pada bidang ilmu pengetahuan
tertentu. Dengan demikian metodologi dapat diartikan sebagai analisa dan penyusunan asas-asas
dan jalan-jalan yang mengatur penelitian ilmiah pada umumnya serta pelaksanaanya dalam ilmuilmu khusus.
Sebagai disiplin ilmu yang mandiri, metodologi dalam orientasi kerjanya mengadakan
generalisasi dari fakta-fakta metodis yang terdapat dalam ilmu-ilmu khusus, serta menempatkan
kekhususan metodis suatu ilmu dalam kekhasan obyek atau bidangnya. Dengan demikian
kerangka kerja metodologi tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dari metode-metode
keilmuan yang ada. Kajian terhadap metode-metode dapat dilaksanakan pada tingkat
operasionalitas metodis (aspek metodis) yang dipergunakan dalam ilmu-ilmu khusus. Dari kajian
ini diperoleh manfaat dapat menentukan hubungan di antara ilmu-ilmu yang ada, serta dapat
menguji dan membersihkan metode-metode khusus, atau mungkin dapat menggolongkan secara
tipikal ilmu-ilmu yang ada berdasarkan beberapa metode yang pokok. Kajian terhadap metodemetode ini dapat juga dilaksanakan pada tingkat konseptualitas (aspek logis). Pada tingkat ini
metode-metode dipahami sebagai prosedur penalaran yang mendasari setiap konsep atau teoriteori yang dibangun oleh suatu disiplin ilmu tertentu.
Manfaat dari kajian ini ialah mengetahui ketepatan logis setiap antar konsep dan teori, serta
dapat menentukan penggunaan model logika yang dipergunakan dalam setiap ilmu yang ada.
Dan kajian terhadap metode-metode ini juga dapat dilaksanakan pada tingkat kefilsafatannya

(aspek filosofis). Pada tingkat ini metode-metode dipahami sebagai karakteristik dari hakekat
pengetahuan manusia atau epistemologis. Dalam kajian ini dibahas kategori-kategori umum dari
pengetahuan manusia, mengelompokkan ilmu-ilmu khusus ke dalam jenjang bidang-bidang
pengetahuan manusia, menganalisis setiap istilah teknis dan prosedur kerja metode-metode serta
perkembangan teori-teori ilmu pengetahuan yang ada. Dari kajian ini manfaat yang diperoleh
adalah dapat menentukan karakteristik epistemologis sebagai dasar bagi operasionalisasi metodemetode yang ada. Misalnya, metode matematika yang menggunakan dalil-dalil tautologis sebagai
aksioma-aksioma dasarnya pada dasarnya menggunakan pengetahuan yang diperoleh secara
deduktif-a priori yang bersifat rasional. (pure rational). Sehingga penggunaan analisis untuk
mengkaji metode ilmu matematika dapat didasarkan pada asumsi-asumsi kaum rasionalisme.
Metode ilmu pengetahuan alam menggunakan dasar-dasar induksi-aposteriori dalam metodenya
yang pada dasarnya menggunakan asumsi-asumsi pengetahuan yang bersifat empiristis.
Sehingga penggunaan analisis terhadap metode ilmu ini dapat dilakukan melalui asumsi-asumsi
yang dipergunakan oleh kaum empirisme.
Demikian juga tentang ilmu keagamaan, misalnya yang menggunakan dasar-dasar pengetahuan
deduktif-normatif dapat dianalisis berdasarkan asumsi-asumsi fenomenologis dan lain
sebagainya. Dari aspek ini dapat juga diperoleh manfaat dapat mengetahui penggunaan
istilah/terminologis dari metode yang dipergunakan dari ilmu-ilmu yang ada. Misalnya, dalil
tautologis dari matematika, induktif naif, induktif komplit, observasi, paradigma, postulasi,
verifikasi, falsifikasi dan lain sebagainya dari ilmu pengetahuan alam. Dan manfaat yang besar
dari kajian ini adalah diketahuinya proses perkembangan dari teori-teori atau paradigma
pengetahuan yang ada, baik dalam skala evolusi hingga revolusi. Mengetahui hubungan ilmu dan
ideologi dalam segi penerapannya dan lain sebagainya.
Dengan tinjauan global tentang metodologi tersebut diatas tampaknya disiplin ini sangat perlu
sekali dipelajari dan dihayati terutama dalam kaitannya dengan sikap kita sebagai bagian dari
lingkup akademisi. Hal ini dapat dilacak dari tuntutan normatif metode-metode sendiri yang
sangat terkait dengan operasionalitasnya. Artinya, metode dapat difungsikan secara optimal jika
subyek peneliti memiliki sikap yang senantiasa skeptis, yakni selalu mempertanyakan dan
mengkritisi setiap dimensi dari permasalahan (obyek); bersikap obyektif, yakni lebih
mengedepankan kondisi obyek yang diteliti daripada pertimbangan-pertimbangan subyektifitas;
bersikap rasional, yakni memiliki kesabaran intelektual dalam menyikapi setiap permasalahan
meskipun terkait dengan situasi riil dirinya sendiri; bersikap lugas (transparan), yakni berani
memberikan argumentasi atau pembuktian secara gamblang dan jelas; dan lain sebagainya.
Keseluruhan sikap ini jika dihayati sebagai bagian dari integritas diri tentu saja akan melahirkan
sikap yang profesional dibidangnya (yakni keilmuan yang tengah didalamnya). Sebab
kadangkala obyek yang obtainable dan metode yang compatible terpaksa tidak memberikan
kualitas hasil pengetahuan yang valid dan reliable lebih dikarenakan kualitas subyek peneliti
yang tidak memiliki profesionalitas yang cukup adekuat. Disinilah urgensitas membangun
integritas diri sebagai akademisi dituntut.

Penelitian dengan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif


Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah
jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lainlain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti
dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi
dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara
memuaskan.
Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu
prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang
mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang
dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif
partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah
melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan
analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak
tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996 dalam Basrowi dan Sukidin, 2002: 2).
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan
variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masingmasing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam
menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil
penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis.
Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang
kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan
formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam
hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.
Fry (1981, dalam Ahmad Sonhadji, et al, 1996) membedakan secara lebih rinci perbandingan
antara paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif, seperti dapat dilihat dalam tabel berikut.
Pendekatan Kualitatif
Menganjurkan penggunaan metode
kualitatif
Fenomelogisme dan verstehen dikaitkan
dengan pemahaman perilaku manusia
dari frame of reference aktor itu sendiri
Observasi tidak terkontrol dan

Pendekatan Kuantitatif
Menganjurkan penggunaan metode
kuantitatif
Logika positivisme:Melihat fakta atau
kasual fenomena sosial dengan sedikit
melihat bagi pernyataan subyektif
individu-individu
Pengukuran terkontrol dan menonjol

naturalistik
Subyektif
Obyektif
Dekat dengan data:merupakan perspektif Jauh dari data: data merupakan perspektif
insider
outsider
Grounded, orientasi diskoveri, eksplorasi, Tidak grounded, orientasi verifikasi,
ekspansionis, deskriptif, dan induktif
konfirmatori, reduksionis, inferensial dan
deduktif-hipotetik
Orientasi proses
Orientasi hasil
Valid: data real, rich, dan deep
Reliabel:data dapat direplikasi dan hard
Tidak dapat digeneralisasi:studi kasus
Dapat digeneralisasi:studi multi kasus
tunggal
Holistik
Partikularistik
Asumsi realitas dinamik
Asumsi realitis stabil

Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif


1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali
dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap
turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau
mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut
memposisikan dirinya sendiri.
2. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini
dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau
memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi
menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan
ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data
(subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun
dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang
dikatakan oleh responden.
3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah
individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu
teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan,
bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari

pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada
konteks peristiwa dipelajari.
4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Peneliti
menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi
adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan
pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut
peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan
anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa,
dan interaksi dalam kelompok.
5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan
terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber
informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa
program, peristiwa, aktivitas, atau individu.

Teknik Pengumpulan Data


1. Interview (Wawancara)
Interview (wawancara) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak
digunakan dalam bentuk deskriptif kualitatif dan deskriptif secara kuantitatif. Wawancara
dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka individual atau kelompok. Dalam hal ini
wawancara dibedakan menjadi dua macam, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden. Karena angket
dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden,
maka dalam penyusuna angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir
pertanyaan atau pernyataan ada penngantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir
pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular),

kalimat tidak terlalu panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan
berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut biasa
berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan
pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang rapat, dan sebagainya. Observasi dapat
dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam observasi partisipatif pengamat ikut
serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta
latihan. Dalam observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya
berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
4. Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang
sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dengan demikian metode dokumentasi dapat
dilaksanakan dengan dua cara, yaitu: Pertama, pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis
besar atau kategori yang akan dicari datanya. Dan Kedua, Check-list yaitu daftar variable yang
akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda setiap pemunculan
gejala yang dimaksud.
5. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

KESIMPULAN
Kedua pendekatan tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pendekatan
kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku,
desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada
akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.
Pendekatan kuantitaif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variable-variabel lain yang
dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses penentuan
sample, pengambilan data dan penentuan alat analisanya.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim 2006.Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana
Brannen, Julia. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Terj, Nuktaf Arfawie
Kurde, Imam Safei dan Noorhaidi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Imron Arifin. 1996. Penelitian Kualitatif dalam ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Editor.
Malang: Kalimasahada
Lincoln, Yvonna S & Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. California: Sage
Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
Symon, Gillian & Catherine Cassell.1998. Qualitative Methods and Analysis in Organizational
Research. A Practical Guide. New Delhi: Sage

Anda mungkin juga menyukai