Anda di halaman 1dari 52

EDUKASI K3 UNTUK PEGAWAI

DALAM UPAYA MENCAPAI


ZERO ACCIDENT
23 OKTOBER 2020
PENGENDALI K3L – UID (AVATAR)
LATAR
BELAKANG
PENTINGNYA
EDUKASI &
SOSIALISASI K3L
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik
Mengapa diperlukan adanya Edukasi / Upskilling
keselamatan dan kesehatan kerja?
Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan Manusia cenderung melakukan
kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tindakan tidak aman unsafe 1 Serious Injury
tidak aman (Unsafe Action) sebesar 88%, behavior karena mereka belum
mengalami kecelakaan pada 10 Minor Injury
kondisi lingkungan yang tidak aman
waktu mereka melakukan Eqpmnt Damage
(Unsafe Condition) sebesar 10%, atau kedua 30
pekerjaan dengan cara tidak
hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan. Near Miss
aman. 600
Oleh karena itu, pelaksanaan Edukasi /
Mereka belum menyadari
Upskilling K3 dapat mencegah perilaku yang 5000 Unsafe Acts
keadaan tidak aman tersebut.
tidak aman dan memperbaiki kondisi
“Saya selalu melakukannya
lingkungan yang tidak aman.
begitu, tidak apa- apa!” ini Low risk job
adalah komentar yang umum 1
Edukasi / Upskilling K3 juga berguna agar yang dilontarkan oleh pekerja.
tenaga kerja memiliki pengetahuan dan Hal ini bisa benar, tapi bisa 5
kemampuan mencegah kecelakaan kerja, salah
mengembangkan konsep dan kebiasaan Semakin tinggi risiko pekerjaan 10
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, semakin besar peluang 100
memahami ancaman bahaya yang ada di
tempat kerja dan menggunakan langkah terjadinya kecelakaan kerja 500
pencegahan kecelakaan kerja.
High risk job
www.pln.co.id |
www.pln.co.id |
www.pln.co.id |
DATA KECELAKAAN KERJA
TAHUN 2019 – 2020 per Juni 2020
PENYEBAB KECELAKAAN KERJA
Ketidakpatuhan terhadap
Pedoman Keselamatan Kerja
(Perdir No. 0250.P/DIR/2016)

JUMLAH
KORBAN
KECELAKAAN
KERJA

JUMLAH KECELAKAAN KERJA

JUMLAH KASUS FATALITY

www.pln.co.id
02|
Angka Kecelakaan Kerja UID Jabar 2015 sd. 2020
TAHUN Luka Luka Meninggal Total Data Korban Keterangan
Berat Ringan

2015 1 0 1 2 Petugas Yantek & Petugas Har APD Tidak ada SOP dan APD

2016 2 0 1 3 Petugas Har APD & Siswa OJT Tidak ada Pengawas, APD

2017 3 0 0 3 Petugas Yantek SOP tidak dilaksanakan, APD tidak digunakan

2018 1 0 0 1 Petugas Jaskon APD tidak standard

2019 0 0 1 1 Petugas Jaskon APD tidak Standard

2020 2 0 2 4 Petugas Yantek 3, Petugas Jaskon 1 Anomali Alat, SOP tdk dilaksnakan, APD tdk
dipakai, Pemasangan material tdk lengkap

Rekap Status Korban :


- Pegawai Anak Perusahaan : 5 orang
- Pegawai Vendor : 8 orang
- Pegawai PLN : 1 orang
www.pln.co.id |
www.pln.co.id |
Few Critical Behavior (Fokus 2020)

www.pln.co.id 04|
www.pln.co.id |
Quick Wins Zero Accident
QUICK WINS ZERO ACCIDENT PLN PUSAT
1 2 3 4 5
Pembentukan Penyusunan Revisi Perdir 0219 Penyusunan Pemantauan
Panitia Pembina Edaran Direksi “Penyerahan Metode Progress
Keselamatan Penerapan Sebagian Pemberian Quick Wins
dan Kesehatan Sanksi Pelaksanaan Sanksi Disiplin Zero Accident
Kerja (P2K3) Kecelakaan Kerja Pekerjaan Kepada Pegawai Unit
Kantor Pusat pada Penyedia Perusahaan Lain di terhadap
Barang dan Jasa Lingkungan PT PLN
pelanggaran K3
(Persero)” dengan
menambahkan
ON Klausul K3 dan SLA ON ON
DONE PROGRESS ON PROGRESS PROGRESS PROGRESS

QUICK WINS ZERO ACCIDENT UNIT (Seluruh Unit Telah Menetapkan Program Zero Accident)

1 2 3 4 5 6 7
Melakukan Risk Melakukan Mapping Menerapkan Standarisasi Peningkatan Pengawasan
Assessment Assessment jumlah pekerja sanksi SOP antara Pengawasan dengan sistem
pada tiap jenis K3 Kontraktor dan kecelakaan PLN dan Mitra Kerja pelaporan
pekerjaan kompetensi kerja pada Mitra kerja bahaya dan
Mitra Kerja kerja risiko (Aplikasi
Korporat
Inspekta)

www.pln.co.id 06 |
Prosedur K3 (HIRARC, JSA, WP, DP3, SOP)
Potensi Bahaya, Nearmiss, SWA, CMC, Walk Down, Edukasi Mitra Kerja
Pengawas yang berkompetens dan berintegritas tinggi

www.pln.co.id |
K3 MASIH DIPANDANG DENGAN SEBELAH MATA
Melihat dengan satu
mata, membuat orang
mudah menilai hanya
dari permukaan saja,
hanya melihat dari layer
pertama saja, sementara
ada banyak lapis layer
lagi dibawahnya yang
ditutupi untuk
menampilkan sebuah
“figur” sebuah
“kejadian” yang bisa
menipu mata kita sebagai
pemirsa
www.pln.co.id |
DAMPAK APABILA
TERJADI
KECELAKAAN
KERJA
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik
Akibat Kecelakaan Kerja
5 jenis kerugian, yaitu: Kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan,
kelalaian dan cacat, dan kematian BPJS :
Heinrich (1959) dalam ILO (1989:11) • Kerugian Finansial yang a) Penggantian biaya pengangkutan c)  Santunan Kecacatan
menyusun daftar kerugian akibat peserta yang mengalami kecelakaan • Cacat Sebagian Anatomis
kecelakaan sebagai berikut: harus dikeluarkan : kerja/penyakit akibat kerja, ke rumah sebesar = % sesuai tabel x
1. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan - Kerusakan Asset sakit dan/atau kerumahnya, termasuk 80 x upah sebulan.
biaya pertolongan pertama pada
yang luka, - Berhentinya Produksi kWh • Cacat Sebagian Fungsi = %
kecelakaan;.
2. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan - Penggantian Peralatan yang • Angkutan darat/sungai/danau diganti
berkurangnya fungsi x %
lain yang terhenti bekerja karena rasa ingin rusak maksimal Rp1.000.000,- (satu juta sesuai tabel x 80 x upah
tahu, rasa simpati, membantu menolong rupiah). sebulan.
- Material darurat & Pembersihan • Cacat Total Tetap = 70% x
karyawan yang terluka, • Angkutan laut diganti maksimal
3. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para Lokasi Rp1.500.000 (satu setengah juta 80 x upah sebulan.
mandor, penyelia atau para pimpinan lainnya - Biaya Investigasi rupiah).
- Prosedur dan Biaya Hukum • Angkutan udara diganti maksimal d) Santunan kematian dan
karena membantu karyawan yang terluka,
menyelidiki penyebab kecelakaan, mengatur - Denda-denda, kewajiban masa Rp2.500.000 (dua setengah juta biaya pemakaman
agar proses produksi ditempat karyawan rupiah). • Santunan Kematian
depan. sebesar = 60 % x 80 x upah
yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh - moral dan motivasi pekerja dan
karyawan lainnya dengan memilih dan b) Sementara Tidak Mampu Bekerja sebulan, sekurang
melatih ataupun menerima karyawan baru. karyawan baru. (STMB), dengan perincian kurangnya sebesar Jaminan
4. Kerugian akibat pelaksanaan sistem - Kehilangan reputasi, Citra dan penggantian, sebagai berikut: Kematian.
kesejahteraan dan maslahat bagi karyawan, peluang bisnis • 6 (enam) bulan pertama diberikan • Biaya Pemakaman
5. Kerugian akibat keharusan untuk sebesar 100% dari upah. Rp3.000.000,-.
meneruskan pembayaran upah penuh bagi • 6 (enam) bulan kedua diberikan • Santunan berkala selama
karyawan yang dulu terluka setelah mereka Pengurangan nilai kinerja 2,5 sebesar 75% dari upah. 24 bulan yang dapat
• 6 (enam) bulan ketiga dan dibayar sekaligus= 24 x
kembali bekerja, walaupun mereka (mungkin point sehingga UID Jabar
belum penuh sepenuhnya) hanya seterusnya diberikan sebesar 50% Rp200.000,- =
menghasilkan separuh dari kemampuan
masuk ke K2 Pada Semester 2 dari upah. Rp4.800.000,-.
normal tahun 2019

www.pln.co.id |
FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN
KERJA DAN POTENSI BAHAYA
PEKERJAAN BIDANG DISTRIBUSI

Pejabat Pengendali K3L

Bambang Edi Sri Purnama


LIMA KATEGORI BAHAYA DI TEMPAT KERJA
Material, Equipment, People, System ( MEEPS)

 Tiga kategori pertama, Material, Equipment dan Environment, mewakili


kondisi fisik berbahaya yang menurut SAIF Corporation (SAIF adalah
perusahaan non profit yang bergerak dibidang asuransi pekerja di Oregon),
mencakup sekitar 3% dari semua kecelakaan di tempat kerja.

 Kategori keempat, People, menggambarkan perilaku di tempat


kerja yang dapat berkontribusi hingga 95% dari semua
kecelakaan di tempat kerja.

 Kategori bahaya kelima, System, mencakup semua elemen dari sistem manajemen


keselamatan. Bahaya sistem dapat berkontribusi pada kondisi berbahaya dan perilaku yang
tidak aman. Karenanya, pada akhirnya bertanggung jawab atas 98% dari semua
kecelakaan di tempat kerja.

www.pln.co.id |
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN & POTENSI
BAHAYA
JENIS POTENSI BAHAYA YG SERING
Faktor Pribadi Faktor Kerja JADI PENYEBAB KECELAKAAN
o Kurang Pengetahuan o Pengawasan
KERJA DI PLN
a. Struck Against : menabrak/bentur benda diam/ bergerak
o Kurang keahlian o Pengadaan (Purchasing) b. Struck By : terpukul /tabrak oleh benda bergerak
o Kurang Peralatan
c. Fall to : jatuh dari tempat
yang lebih tiggi
d. Fall on : jatuh di tempat yang datar
e. Caught in : tusuk, jeot, cubit benda runcing
Perilaku Tidak Aman Kondisi Tidak Aman f.
g.
Caught on : terjepit, tangkap, jebak diantara obyek besar
Caught between : terpotong, hancur, remuk
o Alat pengaman tidak difungsikan o APD kurang, tidak layak
o Pakai alat rusak
h. Contact with : listrik, kimia,
o Peralatan Rusak
o Pakai APD tidak layak o Sistem peringatan kurang
radiasi, panas, dingin
i. Overstress : terlalu berat, cepat, tinggi, besar
o Terlalu Percaya Diri o Lingkungan tidak aman
o Gagal mengikuti Prosedur
j. Equipment failure :
kegagalan mesin, peralatan
k. Environmental Release : terlepas pada lingkungan

www.pln.co.id |
POTENSI BAHAYA MAL FUNCTION
HEAD BOOM ……!!!!!!

www.pln.co.id |
POTENSI BAHAYA KARENA ANOMALI
ALAT

Seberapa Besar anda


percaya dengan alat ini
saat bekerja ??
Jarum menunjukkan Posisi keluar tetapi
ternyata pisau-pisaunya ada yang closed

www.pln.co.id |
POTENSI BAHAYA KARENA MATERIAL TDK
LENGKAP

Seberapa teliti anda melihat


potensi bahaya ketinggian ??
www.pln.co.id |
UPAYA-UPAYA
UNTUK
MENCEGAH
KECELAKAA
N KERJA
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik
Kepemimpinan dan komitmen (1)
Manajemen puncak harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen berkenaan dengan sistem
manajemen K3 dengan cara:

a) Mengambil tanggung jawab dan pertanggungjawaban secara keseluruhan dalam pencegahan


cedera dan kesehatan yang buruk akibat pekerjaan serta penyediaan tempat kerja dan
kegiatan yang aman dan sehat;

b) memastikan kebijakan K3 dan tujuan K3 yang terkait ditetapkan dan kompatibel dengan arah
strategis organisasi;

c) memastikan integrasi persyaratan sistem manajemen K3 ke dalam proses bisnis organisasi;

d) memastikan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan untuk menetapkan, menerapkan,


memelihara dan meningkatkan sistem manajemen K3;

www.pln.co.id |
Kepemimpinan dan komitmen (2)

e) mengkomunikasikan pentingnya manajemen K3 yang efektif dan sesuai dengan


persyaratan sistem manajemen K3;

f) memastikan sistem manajemen K3 mencapai hasil yang diharapkan;

g) mengarahkan dan mendukung orang-orang agar berkontribusi pada efektivitas sistem


manajemen K3;

h) memastikan dan mempromosikan perbaikan berkesinambungan;

www.pln.co.id |
HIRARKI PENGENDALIAN BAHAYA

www.pln.co.id |
PRINSIP DASAR SAFETY DI ORGANISASI
Safety buat diri sendiri (Self Assessment)
 Selalu bekerja aman dan lingkungan yang sehat
 Selalu waspada dan tidak kompromi akan BAHAYA
Safety buat orang lain (Fungsi Pengawasan)
 Mencegah orang lain dalam keadaan berbahaya
 Selalu mengingatkan ‘Keselamatan Bekerja’ antar sesama
 Mengkomunikasikan keadaan Bahaya dan menghilangkannya
Safety buat Perusahaan & Lingkungan
 Melaporkan setiap ada potensi bahaya, kerugian dan keadaan NYARIS terjadinya
kecelakaan

www.pln.co.id |
5 Elemen Pembentuk Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang Kuat
1. Budaya untuk Mencari Informasi (Informed Culture)
Tetap mendapatkan informasi dapat membantu organisasi untuk mencegah ketidakwaspadaan dalam ketiadaan kecelakaan kerja.
Organisasi dengan budaya K3 yang kuat selalu waspada dan percaya bahwa kondisi yang aman dapat bermasalah.Jika orang-orang tidak
melihat apapun yang bermasalah.
2. Budaya Melaporkan (Reporting Culture)
Organisasi dalam industri yang beresiko tinggi sedang meningkatkan kepemahaman mereka tentang keselamatan kerja
melalui laporan dan investigasi kecelakaan. Keengganan untuk menyelidiki dan berdiskusi tentang kecelakaan dapat
mengakibatkan kehilangan peluang untuk mencegah bencana di masa depan dan dapat diterjemahkan sebagai tanda bahwa
produksi dihargai lebih daripada keselamatan kerja.
3. Budaya Belajar (Learning Culture)
Budaya belajar adalah sebuah perpanjangan alami dari budaya pelaporan karena sebuah laporan
tidak akan bisa efektif kecuali apabila organisasi belajar dari pelaporan yang karyawan buat.

4. Budaya Fleksibel (Flexibility Culture)


Budaya fleksibel dalam sebuah organisasi akan memungkinkan organisasi untuk mempertahankan koordinasi dalam
level yang efektif dan perhatian yang tepat mengingat terdapat perbedaan dalam proses pengambilan keputusan karena
perbedaan tingkat urgensi dan kehandalan dalam orang-orang yang terlibat.

5. Budaya Adil (Just Culture)


Budaya Adil merupakan sarana yang kuat untuk elemen-elemen lain dalam budaya k3. Harapan yang jelas, implementasi yang konsisten terhadap semua peraturan, proses investigasi yang
adil serta respons yang adil terhadap mereka yang melanggar peraturan akan menjadi pesan yang kuat bagi seluruh karyawan tentang hak dan kewajiban mereka yang benar

www.pln.co.id |
Prinsip Menegur Dalam Inspeksi Safety
1. Sapa namanya terlebih dahulu
Nama adalah lagu terindah bagi setiap orang. Dengan menyapa namanya, berarti ada niat dari kita untuk mengetahui lebih jauh dirinya

2. Hindari Menyalahkan
Kita adalah professional K3 bukan seorang polisi ataupun hakim yang akan memvonis orang yang bersalah. Tugas kita dalah menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya K3 bagi mereka.Dengan Menyalahkan orang lain, orang tersebut akan akan mengalami penurunan motivasi. Oleh
karena itu, sebisa mungkin kita mengendalikan emosi yang muncul ketika menegur.
3. Berikan pertanyaan yang tepat
Kadang kita menegur dengan alasan yang benar, tapi alasan yang benar ternyata tidak cukup untuk menimbulkan kesadaran. Berikanlah mereka
pertanyaan terbuka tentang risiko yang bisa terjadi akibat perilaku yang mereka lakukan. Biarkan mereka menyimpulkan sendiri sehingga
mereka bisa lebih menemukan alasan logis dari mereka sendiri untuk mereka berlaku aman.

4. Berikan fakta.
Bawalah data berupa grafik, tabel, gambar, cerita atau bahkan video yang menunjukkan kecelakaan yang bisa terjadi akibat tindakan tidak
aman yang mereka lakukan. Hal ini akan memberikan mereka gambaran yang lebih jelas mengenai risiko tindakan mereka dan cara untuk
mengendalikan risiko tersebut.
5. Ingatkan tentang keluarga mereka
Setiap pekerja pasti mencintai keluarga mereka. Mereka pasti ingin kembali ke rumah untuk bertemu orang yang mereka cintai. Ingatkanlah
mereka bahwa ada orang-orang yang selalu menunggu mereka pulang dari tempat kerja. Orang-orang itu mencintai dia dan berharap ia dapat
pulang dengan selamat. Prinsip ini bisa kita pakai jika pekerja tersebut tetap keras kepala dan tidak mau menerima nasihat kita. Coba saja
bilang kepada pekerja tersebut “Berapa nomor hp istri atau anak Anda? Saya ingin mencatat sehingga apabila Anda kecelakaaan, saya tidak
kesulitan lagi menghubungi keluarga Anda”

www.pln.co.id |
Kenapa Perlu menerapkan SMK3 / ISO 45001 ?

 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bagaimana dengan OHSAS 18001 ?


adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga Rilis pada tanggal 12 Maret 2018, ISO 45001 akan menggantikan
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan OHSAS 18001. Organisasi yang sudah memiliki sertifikasi
kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) OHSAS 18001 akan mendapatkan waktu 3 tahun untuk berganti
 Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian menjadi ISO 45001.
dari sistem manajemen perusahaan secara Periksa masa berlaku sertifikat OHSAS 18001:2007 yang Anda miliki :
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna  Apabila expired atau akan resertifikasi pada tahun 2018 atau awal tahun
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien 2019, maka ada baiknya Anda menghubungi konsultan dan badan
dan produktif. sertifikasi terkait untuk memandu proses upgrading atau transisi dari
OHSAS 18001:2007 menjadi ISO 45001:2018
Lima Prinsip Penerapan SMK3
 Apabila expired atau akan resertifikasi pada akhir tahun 2019 atau
 Penetapan kebijakan K3 diatasnya, maka Anda tidak perlu terburu-buru melakukan upgrading
 Perencanaan K3 atau transisi. Karena masa transisi adalah 3 tahun, sehingga sertifikat
 Pelaksanaan rencana K3 OHSAS masih berlaku hingga 12 Maret 2021. Terkecuali ada tender
 Pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
atau customer yang sudah mensyaratkan Anda untuk segera melakukan
 Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
transisi.

www.pln.co.id |
TAHAP
PELAKSANAAN PEKERJAAN
BERDASARKAN ASPEK K3
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik
Bagaimana Tahap Pelaksanaan Pekerjaan yang
berdasarkan Aspek K3 ?

1. Apakah dilakukan Safety Breafing ?


2. Apakah SOP/IK ada, Update dan dipatuhi ?
3. Apakah HIRARC & Job Safety Analysis sdh dibuat dan
dilaksanakan ?
4. Apakah WP (Working Permit) sdh dibuat dan sesuai dengan
kondisi Pekerjaan yang akan dilaksanakan ?
5. Apakah DP3 sdh dibuat ?

www.pln.co.id |
Apa yg dilakukan pada saat Safety breafing

1. Pastikan kesiapan dan kesehatan personil


2. Pastikan kesiapan kendaraan, peralatan kerja dan APD layak dan standar.
3. Pastikan kesiapan rambu-rambu K3
4. Pastikan kesiapan LOTO
5. Pastikan SOP/IK ada dan dipahami dan dibacakan
6. Pastikan HiRARC & JSA dibuat sesuai dengan kondisi dan tahapan-tahapan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan
7. Working Permit dan Dokumen Pengamanan Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) ada,
sesuai kondisi dan dipatuhi oleh Pelaksana Pekerjaan.

www.pln.co.id |
HIRARC & JSA
JSA
suatu dokumen yang memberikan pedoman dalam “Documen JSA tidak akan membuat KITA selamat dari kecelakaan kerja tapi
mengidentifikasi secara jelas bahaya-bahaya dan pelaksanaan dan pengawasan selama proses pekerjaan tersebut yang
insiden potensial berkaitan dengan setiap langkah menentukan KITA selamat.”
tugas/pekerjaan, dan mengembangkan solusi untuk
menghilangkan, mengurangi dan mengontrol
bahaya/risiko dan insiden
- JSA yang dinilai adalah langkah langkah setiap
pekerjaan yang akan dilakukan dari mulai sampai
selesai.
- Langkah tersebut digunakan untuk pengendalian
yang sifatnya ke personal yang melakukan
Pekerjaan.
- Karena pengendalian lebih ke personalnya maka
rata rata JSA fokusnya pada pengendalian bahaya
lebih ke APD dan alat keselamatan.
- Titik permasalahan atau fokus pada JSA adalah
untuk mengurangi dampak dari Unsafe Act.
“Keefektifan dari sebuah JSA adalah pada
penentuan dari langkah kerja tersebut JIKA kita
salah dalam menentukan atau ada yang kurang
dalam membuat langkah kerja maka akan
beresiko terhadap kegagalan JSA ketika
diterapkan dilapangan”.

www.pln.co.id |
HIRARC / IBPPR
merupakan proses mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam aktifitas rutin ataupun non rutin dalam
perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan penilaian risiko dari bahaya tersebut.

 Yang dinilai adalah Bahaya atau Risk dari suatu pekerjaan.


 Faktor yang dinilai adalah kekerapannya (probability) dan Dampak dari bahaya tersebut (consequence/severity).
 Yang dinilai untuk diturunkan bukan ke personalnya tapi lebih ke bahaya yang ditimbulkan sampai batas yang bisa diterima oleh
perusahaan tersebut.
 Metode pengendalian lebih menyeluruh termasuk Hirarki control, Mitigasi, prosedur kerja,
PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN
  SISTEM MANAJEMEN K3  
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RESIKO - PEMELIHARAAN TRAFO 3 PHASA
Tgl Berlaku : :     Revisi :    
No. Dokumen :     Halaman :    
Jenis Pekerjaan : Pemeliharaan Trafo 3 Phasa  
Bagian / Seksi : Jaringan / Pemeliharaan  
                             
Penilaian Risiko
No Kegiatan Bahaya Resiko Bahaya Tindakan Pengendalian
Akibat Peluang Tingkat Resiko
Petugas teknik rayon mempersiapkan peralatan kerja, APD dan 1. Tangan terjepit 2 e L Penggunaan APD : Pakaian kerja, helm, sepatu safety, sarung tangan
1 Luka ringan/memar
sarana kendaraan 2. Kaki kejatuhan peralatan
               
Petugas teknik perjalanan menuju lokasi trafo 3 phasa Kecelakaan lalu lintas Meninggal 5 e H 1. Kompetensi pengemudi (SIM A / SIM C)
2
2. SOP Pengemudi
               
3 Pemadaman JTM untuk pemeliharaan trafo 3 phasa 1. Petugas kejatuhan komponen FCO trafo 3 phasa Luka Berat / Meninggal 5 e H 1. Kompetensi Petugas (Pengoperasian Peralatan jar Dist)
(akibat salah pengoperasian peralatan untuk 2. SOP Pengoperasian Peralatan Jaringan Distribusi
manuver) 3. Penggunaan APD : Pakaian kerja, helm, sepatu safety, sarung tangan
           
2. Petugas tersengat aliran listrik (akibat salah Luka Berat / Meninggal 5 e H 1. Kompetensi Petugas (Pengoperasian Peralatan jar Dist)
melakukan grounding pada JTM bertegangan) 2. SOP Pemeliharaan Peralatan JTM
3. Menggunakan peralatan kerja yang setandar
4. Penggunaan APD : Pakaian kerja, helm, sepatu safety, sarung tangan
               
4 Petugas teknik melaksanakan pemeliharaan trafo 3 phasa 1. Petugas jatuh dari ketinggian pada saat Luka Berat / Meninggal 5 e H 1. Kompetensi Petugas (Pemeliharaan Peralatan JTM)
pemeliharaan trafo 3 phasa / pelepasan grounding 2. SOP Pemeliharaan Peralatan JTM
3. Menggunakan peralatan kerja yang setandar
4. Penggunaan APD : Pakaian kerja, helm, sepatu safety, sarung tangan
           
2. Petugas tersengat aliran listrik dari JTM 3 Phasa Luka Bakar / Meninggal 5 e H 1. Kompetensi Petugas (Pemeliharaan Peralatan JTM)
yang berada di atasnya karena tidak dipadamkan 2. SOP Pemeliharaan Peralatan JTM
3. Menggunakan peralatan kerja yang setandar
4. Penggunaan APD : Pakaian kerja, helm, sepatu safety, sarung tangan
               
5 Penormalan / Pemberian tegangan Trafo 3 Phasa setelah pekerjaan Petugas kejatuhan komponen peralatan (akibat salah Luka Berat / Meninggal 5 e H 1. Kompetensi Petugas (Pengoperasian Peralatan jar Dist)
selesai pengoperasian peralatan untuk manuver) 2. SOP Pengoperasian Peralatan Jaringan Distribusi
3. Penggunaan APD : Pakaian kerja, helm, sepatu safety, sarung tangan
               

Akibat Penjelasan  
Peluang
1 2 3 4 5 Ket Akibat Ket Peluang Ket Tingkat Resiko  
a H H E E E 1 = tidak ada cedera, kerugian materi kecil a = hampir pasti akan terjadi/almost certain E = Extreme Risk  
b M H H E E 2 = cedera ringan/P3K, kerugian materi sedang b = cenderung untuk terjadi/likely H = High Risk  
c L M H E E 3 = hilang hari kerja, kerugian cukup besar c = mungkin dapat terjadi M = Moderate Risk  
d L L M H E 4 = cacat, kerugian materi besar d = kecil kemungkinan terjadi/unlikely L = Low Risk  
e L L M H H 5 = kematian, kerugian materi sangat besar e = jarang terjadi/rare    
Bandung, 31 Desember 2013
DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH
TIM SET UP SMK3 DM DALSISOP MB DISTRIBUSI
PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT    
     
      MUHAMMAD FIRMANSYAH AGUS KUSWARDOYO
www.pln.co.id |
WORKING PERMIT
Izin kerja (working permit) untuk pekerjaan yang berisiko moderat, tinggi dan ekstrem. Izin kerja dibuat
oleh pelaksana pekerjaan, diverifikasi oleh Ahli K3 dan disetujui oleh pejabat yang berwenang (risk
owner).
Izin kerja (working permit) minimal memuat
informasi tentang:
a. Jenis pekerjaan
b. Lokasi pekerjaan
c. Jangka waktu pekerjaan
d. Surat Perintah Kerja (SPK)
e. Nama pengawas K3 pekerjaan

Usulan permohonan izin kerja (working permit)


wajib melampirkan:

a. Prosedur/instruksi kerja
b. JSA pekerjaan yang sudah diverifikasi oleh pengawas
K3 PLN
c. Daftar APD sesuai JSA
d. Daftar peralatan yang digunakan
e. Daftar pelaksana pekerjaan dan kompetensi sesuai
jenis pekerjaan.

www.pln.co.id |
DOKUMEN PENGAMANAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (DP3)
Formulir Dokumen Pengamanan Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dipersiapkan sebelum
pelaksanaan pekerjaan, yang terdiri dari:
PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA
BARAT
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

 Rencana pengamanan pada lokasi pekerjaan Pekerjaan


RENCANA PENGAMANAN PADA LOKASI PEKERJAAN
: PEMELIHARAAN KUBIKEL
Lokasi : P. BUNGA

 Pemeriksaan kesiapan Personil (Pelaksana Unit


Waktu
: RAYON BOGOR TIMUR
: 21/12/2016
FK3-04-70 FORM 1
Urutan Pengamanan
No Jenis Pengaman Keterangan
Pekerjaan) 1.
2.
Pembebasan Tegangan
Pemeriksaan Tegangan TM & TR
1
B
 
2
 
B
3
 
 
4
 
 
5
 
 
6
 
 
7
 
 
8
 
 
Lihat Form 4
sda
3. Pemasangan grounding lokal TM & TR     D C         sda

 Pembagian tugas dan penggunaan APD 4. Pemasangan tanda-tanda peringatan


·         Rantai pengaman
 
 
 
 
 
 
 
  E
   
A
 
 
 
 
 

·         Rambu-rambu peringatan         E A    


·         Bendera merah & hijau         E A    
 Manuver pembebasan tegangan 5.
 
Alat Pelindung Diri yang dibutuhkan :
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
·         Helm pengaman               √
·         Kaca mata tahan silau               x
 Pernyataan bebas tegangan ·         Pakaian Kerja
·         Sabuk pengaman / Safety Belt / Body
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

x
Harnest
·         Sarung tangan kulit               √
 Pernyataan pekerjaan selesai/kondisi terakhir ·         Sarung tangan tahan tegangan
·         Sepatu panjat
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

x
·         Sepatu tahan benturan               √

 Serah terima pekerjaan
·         Sepatu tahan tegangan              
·         Tongkat (Stock) pentanahan               √
·         Grounding Lokal (Portable)               √
·         Tester tegangan               √

 Manuver pemberian tegangan  


Tanda Peringatan:
 

·         A. Aman tidak ada tegangan


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bogor, 21 Desember 2016
·         B. Awas berbahaya ada tegangan Pengawas Pekerjaan / Pengawas K2-K3

 Catatan kejadian penting ·         C. Awas ada tegangan balik


·         D. Awas pemisah tanah masuk
·         E. Jangan dimasukkan sedang dikerjakan

Beri tanda pada kolom-kolom matrik FAUZI ADNAN NASUTION


( V ) Jika diperlukan
( x ) Jika tidak diperlukan

www.pln.co.id |
Contoh DP3

PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI


BARAT JAWA BARAT
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3)
RENCANA PENGAMANAN PADA LOKASI PEKERJAAN
Pekerjaan : PEMELIHARAAN KUBIKEL PEMERIKSAAN KESIAPAN PERSONIL (PELAKSANA PEKERJAAN)
Lokasi : P. BUNGA SEBELUM MELAKSANAKAN PEKERJAAN
Unit : RAYON BOGOR TIMUR Pekerjaan : PEMELIHARAAN KUBIKEL
Waktu : 21/12/2016
Lokasi : P. BUNGA
FK3-04-70 FORM 1
: RAYON BOGOR
Urutan Pengamanan Unit TIMUR
No Jenis Pengaman Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8
:
1. Pembebasan Tegangan B               Lihat Form 4
21/12/201
2. Pemeriksaan Tegangan TM & TR   B             sda Waktu 6 FK3-04-70 FORM 2
3. Pemasangan grounding lokal TM & TR     D C         sda
4. Pemasangan tanda-tanda peringatan                   TANDA TANGAN
·         Rantai pengaman         E A    
Memahami penjelasan
·         Rambu-rambu peringatan         E A     Kondisi Kondisi Penguasaan
No. Nama Pelaksana ***) Jasmani *) Rohani **) Disiplin Kompetensi tentang pekerjaan yang akan
·         Bendera merah & hijau         E A     dilaksanakan dan
                  kemungkinan bahayanya
5. Alat Pelindung Diri yang dibutuhkan :                  
 
·         Helm pengaman               √ 1 MAHPUDIN Sehat Siap B V
·         Kaca mata tahan silau               x  
·         Pakaian Kerja               √ 2 WAGIONO Sehat Siap B V
·         Sabuk pengaman / Safety Belt / Body               x  
3 HERMAN Sehat Siap B V
Harnest
·         Sarung tangan kulit               √  
4 SURYANA Sehat Siap B V
·         Sarung tangan tahan tegangan               √
·         Sepatu panjat               x  
5 KUSMAYADI Sehat Siap B V
·         Sepatu tahan benturan               √
√  
·         Sepatu tahan tegangan                          
·         Tongkat (Stock) pentanahan               √
√  
·         Grounding Lokal (Portable)              
√ Keterangan :
·         Tester tegangan              
*) Diisi : Sehat atau Kurang Sehat Disiplin : BS,B,C,K  
                     
**) Diisi : Siap atau kurang siap Penguasaan Kompetensi : V (Kompeten) X (Tidak Kompeten)
Tanda Peringatan:                  
***) Pelaksana PLN dan Pelaksana Non PLN
·         A. Aman tidak ada tegangan Bogor, 21 Desember 2016
       
·         B. Awas berbahaya ada tegangan Pengawas Pekerjaan / Pengawas K2-K3
·         C. Awas ada tegangan balik
·         D. Awas pemisah tanah masuk Pengawas Pekerjaan / Pengawas K2-K3
·         E. Jangan dimasukkan sedang dikerjakan

Beri tanda pada kolom-kolom matrik FAUZI ADNAN NASUTION


( V ) Jika diperlukan
( x ) Jika tidak diperlukan FAUZI ADNAN NASUTION

www.pln.co.id |
Contoh DP3

PT PLN (PERSERO) UNIT INDUK DISTRIBUSI JAWA BARAT


SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

PEMBAGIAN TUGAS DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI BAGI PELAKSANA PEKERJAAN
Pekerjaan : PEMELIHARAAN KUBIKEL
Lokasi : P. BUNGA
Unit : RAYON BOGOR TIMUR
Waktu : 21/12/2016
FK3-04-70 FORM 3
ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIGUNAKAN

Tongkat (Shock) Pentanahan *)


Sarung Tangan Tahan Teg.*)

Sepatu Tahan Tegangan *)


Sepatu Tahan Benturan *)
Kaca Mata Tahan Silau *)

Sarung Tangan Kulit *)


Sabuk Pengaman *)
Helm Pengaman *)

Tester Tegangan *)
Grounding Lokal
Sepatu Panjat *)
Pakaian Kerja
Tugas Pokok yang harus

Jas Hujan
No. Nama Pelaksana
dilaksanakan

1 MAHPUDIN √ x √ x x √ x x √ √ √ √ √ PEMBEBASAN TEGANGAN


2 WAGIONO √ x √ x x x x x √ x x x x PEMELIHARAAN SUTM
3 HERMAN √ x √ x x x x x √ x x x x PEMELIHARAAN SUTM
4 SURYANA √ x √ x x x x x √ x x x x PEMELIHARAAN SUTM
5 KUSMAYADI √ x √ x x x x x √ x x x x PEMELIHARAAN SUTM
                               
Keterangan : Bogor, 21 Desember 2016
*) beri tanda V, jika menggunakan Pengawas Pekerjaan / Pengawas K2-K3
*) Beri tanda X, jika tidak menggunakan
www.pln.co.id |
TUGAS DAN
TANGGUNG JAWAB
PERSONIL DALAM
PEKERJAAN
Pelaksana dan Pengawas

Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik


Tugas & Tanggung Jawab Pelaksana Tugas & Tanggung Jawab Pengawas
Pekerjaan Pekerjaan
Pelaksana pekerjaan bertugas melakukan pekerjaan Pengawas pekerjaan bertugas mengawasi pelaksanaan
sesuai prosedur, instruksi kerja, dan dokumen K3 (JSA, pekerjaan untuk menjamin mutu bahwa setiap pekerjaan
IBPPR, WP, DP3) yang telah ditetapkan, meliputi: dilaksanakan sesuai prosedur dan instruksi kerja yang telah
- Mengikuti kegiatan Safety Briefing dan Berdoa ditetapkan, meliputi:
bersama
- Menggunakan APD yang sesuai jenis pekerjaan dan  Melakukan survey pra-pekerjaan untuk menentukan
standar peralatan kerja, peralatan K3 dan kebutuhan pekerjaan
- Melakukan pengamanan / melokalisir area kerja  Memimpin koordinasi rencana pelaksanaan pekerjaan
- Melaksanakan koordinasi dengan pengawas pekerjaan  Berada dilokasi pekerjaan selama pekerjaan berlangsung
dan pengawas K3  Memimpin briefing rencana pelaksanaan pekerjaan dan
- Melaporkan penggunaan material pembagian tugas
- Menjaga kebersihan lingkungan  Menjelaskan metode pekerjaan sesuai JSA
 Menunjuk personil pelaksana pekerjaan
 Melakukan komunikasi dengan piket pelaksana dispatcher
atau operator
 Memimpin evaluasi pelaksanaan pekerjaan
 dll

www.pln.co.id |
Tugas & Tanggung Jawab Pengawas Tugas & Tanggung Jawab
K3 PLN Pengawas K3 Mitra Kerja
Pengawas K3 dari Mitra Kerja bertugas memastikan
Pengawas K3 dari Pegawai PLN bertugas memastikan
pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur K3 dan
pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur K3 dan mengendalikan
mengendalikan keselamatan pekerjaan yang diantaranya keselamatan pekerjaan dari awal sampai pekerjaan selesai,
meliputi: meliputi:
 Memeriksa penerapan prosedur/instruksi kerja - Memastikan ketersediaan prosedur/instruksi kerja
 Memeriksa pelaksanaan pengendalian IBPPR - Menyusun informasi terdokumentasi dari IBPPR
 Memeriksa ketersediaan JSA - Menyusun JSA
 Memeriksa ketersediaan, kualitas dan kuantitas APD - Memastikan ketersediaan APD dan peralatan kerja sesuai
dan peralatan kerja
 Memeriksa ketersediaan Izin Kerja (Working Permit)
standar berdasarkan JSA
 Memastikan kondisi kesehatan personil (pelaksana - Mengurus Izin Kerja (Working Permit)
pekerjaan) - Memeriksa kondisi kesehatan personil (pelaksana
 Memastikan kondisi/tempat pelaksanaan pekerjaan pekerjaan)
sudah aman (safe condition) - Memeriksa/mengawasi kondisi/tempat pelaksaan pekerjaan
 Memastikan personil melaksanakan pekerjaan dengan yang berpotensi bahaya (unsafe condition)
aman (safe action) - Memeriksa/mengawasi tingkah laku/sikap personil
 Memastikan penggunaan perlengkapan keselamatan
(pelaksana pekerjaan) yang berpotensi bahaya (unsafe
kerja sudah aman
 Menghentikan pekerjaan apabila tidak memenuhi action)
ketentuan/prosedur K3 dengan mengisi formulir SWA - Memeriksa/mengawasi penggunaan perlengkapan
(Stop Work Authority) keselamatan kerja

www.pln.co.id |
REGULASI
DAN ATURAN
K3

Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik


REGULASI DAN ATURAN K3

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan.

3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenaga Listrikan


4. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3
5. Peraturan Direksi PLN No. 250 Tahun 2016 tentang Pedoman Keselamatan Kerja di Lingkungan PT. PLN (Persero).
6. Peraturan Direksi PLN No. 252 Tahun 2016 tentang Pedoman Keselamatan Umum di Lingkungan PT. PLN
(Persero).
7. Peraturan Direksi Nomor 0219.P/DIR/2019, Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
Nomor 500.K/DIR/2013 Tentang Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain di
Lingkungan PT PLN (Persero).
8. Peraturan Direksi Nomor 022.P/DIR/2020, Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero)

www.pln.co.id |
Undang-Undang No.1 tahun 1970
Pasal 9 ayat (1) :
Pasal 11 ayat (1) :
Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada
tiap tenaga kerja baru tentang : Pengurus wajib melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja
a. kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga kerja
timbul dalam tempat kerjanya.
b. semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang Pasal 12 : Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja
diharuskan dalam tempat kerjanya. a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang keselamatan dan kesehatan kerja.
bersangkutan. b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam c. Memenuhi dan mentaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
melaksanakan pekerjaannya. diwajibkan.
d. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat-
Pasal 9 ayat (3) : syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan, diragukan olehnya,
Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi
semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan oleh pegawai
dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan dipertanggungjawabkan.
kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada e. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan
kecelakaan. dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu


tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

www.pln.co.id |
Undang-Undang No.1 tahun 1970
Undang-Undang No.13
Pasal 13 :
tahun 2003
Pasal 86
Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja, (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
diwajibkan mentaati semua petunjuk Keselamatan perlindungan atas:
dan Kesehatan Kerja dan memakai alat-alat a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
perlindungan yang diwajibkan. c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
Pasal 14 ayat (2) : serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
(c) Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang (3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai petunjuk- (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas undangan yang berlaku.
atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 87
Pasal 15 ayat (2) : Sangsi dan Pidana
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
Peraturan Perundangan tersebut pada ayat (1) dapat manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
memberikan ancaman pidana. terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
a. Hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan, atau keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
b. Denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
rupiah).

www.pln.co.id |
SANGSI UNDANG-2 NO. 13
TAHUN 2013 KEWAJIBAN
PENERAPAN SMK3
Pasal 190
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan • UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan- khususnya pada pasal 87 yaitu bahwa setiap perusahaan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal wajib menerapkan SMK3.
6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45
• Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang
ayat (1), Pasal 47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Penerapan SMK3 pada pasal 5 yaitu :
Pasal 106, Pasal 126 ayat (3), dan Pasal 160 ayat
(1) dan ayat (2) undang-undang ini serta peraturan a. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus)
orang: atau
pelaksanaannya.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi
ayat (1) berupa:
a. teguran; • Pada saat Peraturan Pemerintah telah berlaku,
b. peringatan tertulis; perusahaan yang telah menerapkan SMK3, wajib
c. pembatasan kegiatan usaha; menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah
d. pembekuan kegiatan usaha; ini paling lama 1 (satu) tahun
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh
alat produksi;
h. pencabutan ijin.

www.pln.co.id |
STANDAR PT PLN (PERSERO)
SPLN U1.006: 2015
Lampiran Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No.
0254.P/DIR/2016 TUJUAN CSMS :
Tentang Contractor Safety Management System  Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja di
(CSMS) lingkungan perusahaan telah memenuhi standar
Kerangka kerja CSMS meliputi 6 tahapan sebagai berikut: dan kriteria K3 yang ditetapkan perusahaan.
1. Penilaian risiko;  Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan
2. Assesmen K3 Kontraktor; kinerja Keselamatan di lingkungan kontraktor.
3. Proses pelelangan;  Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian
4. Kegiatan pra-kerja; yang timbul akibat aktivitas kerja kontraktor
5. Pekerjaan sedang berlangsung;
6. Evaluasi akhir dari penyelesaian pekerjaan
MANFAAT CSMS : Kewajiban penerapan SMK3
 CSMS menjembatani SMK3 Perusahaan dengan
SMK3 Kontraktor – Perusahaan memberikan
adalah amanat Undang-undang
persyaratan yang harus dipenuhi oleh SMK3 dan dilanjutkan dengan Perdir
Kontraktor.
 Pendekatan melalui OHSAS 18001 dan ISO 45001
PLN mitra kerja harus siap dari
dimana CSMS adalah bagian dari elemen 4.4.6. sekarang juga
Operational Control.
 Operational Control memiliki korelasi dengan
keseluruhan elemen dalam OHSAS 18001, tidak
berdiri sendiri. www.pln.co.id |
CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM
Tahapan CSMS

www.pln.co.id | 07
PENERAPAN ASPEK K3
Peraturan Sub Kontrak
Peraturan Direksi Nomor 022.P/DIR/2020
Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa PT PLN (Persero)

Peraturan Direksi Nomor 0219.P/DIR/2019


Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Direksi PT
PLN (Persero) Nomor 500.K/DIR/2013 Tentang
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada
Perusahaan Lain di Lingkungan PT PLN (Persero)
Pasal 5

www.pln.co.id |
Undang-Undang No. 30 tahun 2009
Pasal 44 : Ketehnikan Pasal 51 : Ketentuan Pidana
(1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi (1) Setiap orang yang tidak memenuhi keselamatan
ketentuan keselamatan ketenagalistrikan. ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat
(4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki (1) sehingga mempengaruhi kelangsungan penyediaan
sertifikat laik operasi. tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ketentuan standar nasional Indonesia. (6) Setiap tenaga teknik ratus juta rupiah).
dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat
kompetensi. (2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terputusnya aliran listrik sehingga
Pasal 50 : Ketentuan Pidana merugikan masyarakat, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
(1) Setiap orang yang tidak memenuhi keselamatan ketenagalistrikan Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) yang mengakibatkan
matinya seseorang karena tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Sudah siapkah temen2
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik atau pemegang izin
operasi dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun semua dengan sangsi di
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(3) Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemegang izin usaha atas ???
penyediaan tenaga listrik atau pemegang izin operasi juga diwajibkan
untuk memberi ganti rugi kepada korban. .

www.pln.co.id |
SAFETY QUOTE
Keselamatan dimulai dari :

PEDULI pada keselamatan diri sendiri, rekan kerja, dan pekerja yang kita awasi...

TAAT terhadap SOP pekerjaan dan aspek K3...

TANGGAP dalam mencegah Unsafe Act dan Unsafe Condition...

#safetyfirstpriority
#pedulitaattanggap
#lovefamilydosafety
www.pln.co.id |
TERIMA KASIH
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai