Anda di halaman 1dari 11

Orientasi kewirausahaan dan bias

emosional dalam pembiayaan dan kinerja


UMKM

KELOMPOK 7
Nama Anggota Kelompok 7 :
Syeh Sangbani 2102010149
Dany Nofrizal Petra 2102010150
Bagas Pangestu 2102010156
Davit Aditiya Pradana 2102010169
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor penentu orientasi
kewirausahaan dan informasi asimetris yang mempengaruhi bias emosi
pengusaha, serta hubungan variabel-variabel tersebut dengan pembiayaan dan
kinerja UKM. penelitian ini adalah UMKM yang terkenal di empat kelurahan di
Kota Salatiga - Jawa Tengah yang bergerak dalam berbagai sektor, seperti sektor
makanan dan minuman, industri jasa, perdagangan, dan hortikultura. Data yang
diperoleh diolah dengan menggunakan perangkat lunak Partial Least Square
(PLS). Secara umum, hasil penelitian ini menyarankan pentingnya menjelaskan
aspek perilaku (bias emosi) dalam kinerja UMKM melalui dampak tidak
langsungnya ke kinerja melalui pembiayaan.
Pendahuluan
Banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menderita karena manajemen
keuangan yang tidak efektif. Banyak faktor yang menjelaskan masalah ini. Misalnya,
pengelola-pemilik UMKM seringkali kurang profesional dalam membuat keputusan
Keuangan. UMKM di Kota Salatiga juga mengalami masalah ini. Faktor yang diduga
terkait pembiayaan suboptimal adalah aspek kewirausahaan pengusaha UMKM. Bias
emosional mereka mungkin mengurangi keakuratan informasi, termasuk
memperkirakan risiko bisnis lebih rendah dari yang sebenarnya, memprediksi
periode pengembalian investasi awal yang lebih pendek, dan melebih-lebihkan
probabilitas keberhasilan pasar perusahaan kecil. Mereka membuat masalah seperti
itu karena aspek emosional yang mendominasi proses pengambilan keputusan
mereka, termasuk meremehkan risiko dan pengeluaran, melebih-lebihkan prospek
bisnis dan penjualan, dan memperkirakan periode pengembalian investasi dengan
sangat percaya diri.
Studi Literatur

Artikel ini menyarankan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi determinan


dan konsekuensi pembiayaan UMKM dengan mengkolaborasikan perspektif.
Dalam konteks Kota Salatiga, pemangku kepentingan perlu memitigasi
permasalahan keuangan UMKM dengan meningkatkan akses pembiayaan
eksternal mereka. Temuan ini menunjukkan bahwa keputusan pembiayaan
UMKM cenderung lebih mengandalkan emosi daripada pemikiran logis,
meningkatkan relevansi penelitian ini yang berfokus pada pembiayaan eksternal,
bukan internal. Pembiayaan eksternal menunjukkan risiko dan kompleksitas yang
jauh lebih besar dan akibatnya lebih rentan terhadap bias emosional.
Hipotesis Mediasi
Dalam konteks pembiayaan UMKM, bias emosional dapat berdampak
positif. Calon investor lebih cenderung berinvestasi pada perusahaan yang
dimiliki oleh pengusaha yang lebih percaya diri, optimis, dan lebih mampu
merencanakan bisnis mereka. Sifat berani mengambil risiko, mandiri,
proaktif, dan tegas bisa dibilang menghasilkan bias emosi positif karena
perilaku oportunistik wirausahawan untuk menciptakan peluang dan
penciptaan nilai. Individu yang memiliki bias emosional yang kuat
cenderung memilih pendanaan eksternal dalam bentuk hutang atau modal
ventura. Dengan demikian, bias emosional akan mengoptimalkan pengaruh
asimetri informasi terhadap pembiayaan UMKM. Dalam hal ini, aktivitas
pembiayaan mengoptimalkan pengaruh bias emosional pengusaha
terhadap kinerja.
Metode Penelitian
Penelitian ini memperoleh 77 UKM yang bergerak di berbagai sektor usaha dari
empat kelurahan di Kota Salatiga berdasarkan kriteria sampel ini. Studi ini
menghasilkan data kuantitatif primer dengan menggunakan metode survei dan
data sekunder dari literatur dari berbagai sumber, antara lain Dinas UKM dan
Koperasi. Penelitian ini melibatkan variabel laten eksogen dan endogen.
Penelitian ini memiliki lima variabel laten yaitu kinerja UMKM, pembiayaan, dan
bias emosional sebagai variabel endogen, serta orientasi kewirausahaan dan
asimetri informasi sebagai variabel eksogen. Kinerja UMKM memiliki dimensi
keuangan berupa peningkatan laba dan aset usaha (dua dimensi). Orientasi
kewirausahaan terdiri dari emosi kewirausahaan dan kognisi kewirausahaan
dengan lima indikator, sedangkan dimensi asimetri informasi terdiri dari seleksi
yang merugikan dan moral hazard dan dua indikator. Selanjutnya, bias
emosional dicerminkan dengan tiga dimensi: overoptimism, overconfidence,
dan planning fallacy dengan enam indikator.
Hasil & Pembahasan
Studi ini bertumpu pada persepsi 77 pengusaha UMKM di Kota Salatiga yang terletak
di Kelurahan Blotongan, Kauman Kidul, Salatiga, dan Sidorejo Lor. Rentang usia yang
luas menunjukkan bahwa penelitian ini dapat menangkap heterogenitas responden
pengusaha yang mungkin memiliki kesenjangan generasi dalam mengelola perusahaan
mereka. Secara spesifik, orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap
biasemosional dengan nilai koefisien jalur 0,579 dan p-value < 0,01. Untuk hipotesis 2,
variabel asimetri informasi berpengaruh positif terhadap bias emosional (nilai
koefisien jalur = 0,21 dan p-value < 0,01). Selanjutnya variabel bias emosional
berpengaruh positif terhadap pembiayaan (nilai koefisien jalur = 0,76 dan p-value <
0,01). Terakhir, variabel pembiayaan berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM (nilai
koefisien jalur = 0,14 dan p-value < 0,05).
Tes Mediasi
Temuan menunjukkan asimetri informasi di antara UMKM, dan asimetri informasi
yang lebih besar menyebabkan bias emosional pengusaha UMKM ketika memilih
sumber pembiayaan. bahwa pengusaha UMKM dengan asimetri informasi
menunjukkan bias emosional yang lebih besar. Studi ini juga mendokumentasikan
bahwa pengusaha UMKM menunjukkan optimisme berlebihan, terlalu percaya diri,
dan kesalahan perencanaan untuk menarik calon investor untuk berinvestasi
diperusahaan mereka. mengamati bias emosional dan kognitif pengusaha UMKM
saat memilih sumber pembiayaan. Peningkatan akses pembiayaan memungkinkan
UMKM untuk berinovasi, mempromosikan, dan memperluas dan pada akhirnya
meningkatkan kinerja mereka.
Kesimpulan
Studi ini menguji determinan model pembiayaan UMKM dengan memasukkan
komponen perilaku wirausaha dan kondisi asimetri informasi serta konsekuensinya
terhadap kinerja bisnis. Pengusaha dengan semangat yang kuat untuk memulai
bisnis dan keterbukaan informasi dengan investornya kemungkinan besar akan
menunjukkan bias emosional. Hasil pengujian hipotesis mediasi menunjukkan
bahwa bias emosional memediasi pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap
pembiayaan. Penelitian ini juga mengamati bahwa asimetri informasi meningkatkan
bias emosional, dan kemudian bias emosional meningkatkan pembiayaan UMKM.
Hasil menunjukkan bahwa pembiayaan memediasi pengaruh bias emosional
terhadap kinerja UMKM. Menariknya, bias emosional meningkatkan pembiayaan
eksternal UMKM dan meningkatkan kinerja keuangan (pertumbuhan aset dan
laba). Maka terbukti bahwa sumber daya sangat penting untuk pertumbuhan
UMKM.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai