Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN TN.

K DENGAN
POST TRACHESOTOMY & BIOPSI E.I
OBSTRUKSI JALAN NAFAS ATAS E.C MASSA
NASSOFARING

DISUSUN OLEH :

JUANDA
JULHAJI HUTAGALUNG
KUSNAENI
MARTINA MONALISA
OUTLINE

• Pernafasan, sitem respirasi bagian atas


• Sekilas teori obstruksi jalan nafas atas
• Sekilas teori tracheostomy
• Asuhan keperawatan
Pernafasan

• Pernapasan(respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung


oksigen(O2) kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
CO2(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh
• Mengambil O2 (oksigen) yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-
selnya) untuk mengadakan pembakaran.
• Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran,kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak
berguna lagioleh tubuh).
• Obstruksi jalan nafas merupakan keadaan emergency yang harus segera
ditatalakasana. -
• Obstruksi jalan nafas bagian atas dapat terjadi karena sebab eksogen maupun
endogen.
• Obstruksi saluran napas atas ini sering menyebabkan gagal napas. -
• Obstruksi jalan nafas atas dapat terjadi di sepanjang hidung hingga laring.
nafas atas
• Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian
-
Obstruksi jalan
atas .
Tanda sumbatan
jalan napas atas

• Sesak napas
• Gelisah, muka pucat atau sianosis karena hipoksia
• Stridor (napas berbunyi) saat inspirasi
• Cekungan (retraksi) suprasternal, supraklavikula, interkostal dan
epigastrial
KLASIFIKASI

Dibagi menjadi 4 stadium


I. Penderita tenang, stridor inspirasi (+), retraksi suprasternal (+)
II. Px mulai gelisah, stridor insp (+) retraksi suprasternal (+),
epigastrial (+)
III. Px sangat gelisah, dyspneu, stridor insp(+), retraksi suprasternal,
epigastrial, supraklavikula, intercostal
IV. Px sangat gelisah, takut , dyspneu, lemah & lemas, cyanosis
hyperkapnea; akhirnya meninggal karena asfiksia
ETIOLOGI
PENATALAKSANAAN

Penanganan tergantung penyebabnya:

Konservatif: infeksi/alergi

Operatif: insersi intubasi, trakeostomi, cricotirotomi


Web Of
Caution
Trachostomy
• Trakeostomi: upaya pembebasan jalan napas atas dengan cara membuat lubang di
trakea.
• Dalam perjalanannya trakeotomi diperlukan untuk:
• Membebaskan jalan napas untuk pencegahan atas sumbatan
• Mengeluarkan sekret trakeobronkial
• Pemberian napas buatan
• Pencegahan aspirasi atau mengeluarkan benda asing
• Pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
KONTRAINDIKASI
Obstruksijalannafasatas INDIKASI TRAKEOSTOMI TRAKEOSTOMI
ObstruksiFaring, faring
Kontraindikasi yang palingumum adalah sumbatanjalannapaskarena karsinoma
laring,Infeksipadatempatpemasangan,dangangguanpembekuandarahyangtidakterkontrol,sepertihemof
ili
Gagalnafas

Penimbunan Sekret di Saluran Pernapasan

Perlindungantrakeobronkialtreedariaspirasi

Cideraparahpadawajahdanleher
Menurut letak insisinya Menurut waktu dilakukannya tindakan Menurut lamanya pemasangan

• Trakeostomi • trakeostomi • Tracheal stoma


letak atas darurat
(emergency)
postlaryngectom Klasifikasi
• Trakeostomi y
• trakeostomi • Tracheal stoma
letak bawah berencana
without
(persiapan sarana
cukup) laryngectomy
JENIS PIPA TRAKEOSTOMI

1. CUFFED TUBES 2. UNCUFFED TUBES


3. TRAKEOSTOMI DUA CABANG
(DENGAN KANUL DALAM)
KANULA DALAM (INNER
KANULA LUAR (OUTER CANULA) CANNULA)
4. SILVER NEGUS TUBES 5. FENESTRATED TUBES
TEKNIK TRAKEOSTOMI

1. Trakeostomi dilakukan
dengan pasien dalam posisi
tidur telentang (supinasi),
bahu diganjal
2. Kulit daerah leher dibersihkan
secara aseptik dan antiseptik
dan ditutup dengan kain steril
3. Anestesi lokal infiltrasi kulit
(dipertengahan cricoid dengan
fosa suprasternal)
TEKNIK TRAKEOSTOMI

4. Insisi kulit dapat


vertical digaris tengah
leher mulai di bawah
cricoid sampai fosa
suprasternal . Sayatan
jangan terlalu sempit,
dibuat kira-kira 5 cm
TEKNIK TRAKEOSTOMI

5. Dengan gunting panjang tumpul kulit


serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral
dengan pengait tumpul.

6. Pembuluh darah vena jugularis anterior


yang tampak ditarik ke laterl. Istmus
thyroid yang ditemukan ditarik ke atas
supaya cincin trakea jelas terlihat
TEKNIK TRAKEOSTOMI

7. Dengan gunting panjang tumpul kulit


serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral
dengan pengait tumpul.
LETAK KANUL
PERAWATAN TRAKEOSTOMI

• Humidifikasi.
• Fiksasi harus aman dan ganti setiap hari.
• Bersihkan luka setiap 6 jam atau sesering yang diperlukan.
• Penghisapan trakeobronkial dilakukan dengan mengindahkan kaidah antisepsis.
• Gunakan kateter dan sarung tangan steril.
• Pipa dipertahankan selama 7 hari setelah itu ganti setiap 4 hari. Bila digunakan pipa metal,
pipa bagian dalam dapat sering diganti tanpa mengganti pipa utama.
• Kultur luka dan sputum harus diperiksa.
DEKANULASI

Pipa trakeostomi jangan dibiarkan lebih lama dari waktu yang


diperlukan, terutama pada anak. Harus diangkat secepat mungkin untuk
menghindari terjadinya trakeobronkitis, ulserasi trakea, stenosis trakea,
trakeomalasia dan fistula trakeokutan menetap.

Kemudian pipa ditutup dan dinilai apakah jalan napas adekuat,


kemampuan menelan dan mengeluarkan sekret. Jika pipa dapat ditutup
selama 8 sampai 12 jam.
Komplikasi trakeostomi

Keterangan Gambar :
A. Trakea tertekuk ke depan
B. Tukak dinding depan trakea karena ukuran
kanul terlalu besar
C. Emfisema subkutis karena dislokasi kanul
D. Tukak karina karena kateter isap
E. Manset ditiup terlalu kuat sehingga
menyebabkan penutupan kanul
F. Manset kanul terlepas di trakea
G. Nekrosis cincin trakea karena manset ditiup
terlalu kuat
H. Cedera dinding belakang (hati – hati fistel
trakeo-esofagus)
Kerugian
Keuntungan
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TRAKEOSTOMI

• Mengurangi terjadinya dead space pada • Filtrasi udara tidak sempurna


cabang trakeobronkial • Humidifikasi kurang sempurna
• Cabang bronkial lebih mudah diaspirasi
• Sering menimbulkan jaringan parut di
• Penderita lebih bebas bernapas leher
SUCTION PADA TRAKEOSTOMI
MENCUCI CANUL
TRAKEOSTOMI
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn. S

Umur : 20 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan :

Pekerjaan :

Agama :

Pendidikan terakhir :

Alamat : Banten

No . Reg : 466-25-17

Diagnosa Medis : Post Trakeostomi a.i impendingobstruksi jalan nafas atas e.c massa nasofaring

Pasien dirawat selama 2 hari di ICU IGD dan saat masuk ICU IGD tidak terpasang ventilator dan tidak terpasang sedasi
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Alasan masuk RS
• Pasien merasakan ada yang mengganjal ditenggorokan sejak 1 bulan lalu, terasa semakin sakit
saat makan/minum. Saat keluhan muncul dibawa kepuskesmas dikatakan radang, setelah 2 hari
tidak membaik dibawa ke klinik namun belum ada perubahan. Pasien semakin merasa sesak dan
kembali ke puskesmas dirujuk ke rumah sakit tipe C lalu dirujuk ke rumah sakit Fatamawati, di
Fatmawati sudah rawat inap dan di diagnosda obstruksi jalan nafas atas e.c massa nasofaring dan
direncanakan trakesotomi namun karena ICU penuh pasien dirujuk ke RSCM
Keluhan utama
• Tn. K merasa sesak bernafas saat banyak secret diselang trakeostomi
• Tn. K tidak bisa bicara dan susah berkomunikasi hanya menulis dikertas yang diberi perawat
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran composmetis
TD : 118/ 874 mmHg, MAP 84 mmHg
N : 78x/menit
S : 36,70C
RR : 17x/menit
TB : 170 cm
BB : 61 kg
HEAD TO TOE
Kepala

Simetris, tidak ada nyeri tekan, distribusi rambut merata, rambut hitam agak panjang

Mata

Simetris, tidak ada keluhan pada mata, sclera anikterik, konjungtiva ananemis, pergerakan bola mata baik bisa
mengikuti pergerakan, fungsi penglihatan baik, lapang pandang baik, pupil miosis ukuran 3mm/3mm, reflek
cahaya baik

Hidung

Simetris, fungsi penciuman baik, ada sedikit lesi dihidung, terpasang NGT ukuran 16 di hidung sebelah kanan

Mulut

Mukosa bibir agak kering, simetris, tidak ada lesi, gigi lengkap, lidah terlihat kotor
Telinga
Simetris, daun telinga lentur, tidak ada lesi, lubang telinga sedikkit kotor, fungsi pendengaran
baik
Leher
Terpasang Trakeostomi, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, terdapat sputum kental,
putih dan kemerahan di trakeostomi
Thorax
Tidak ada nyeri tekan, suara napas ronchi, pengembangan dada tidak maksimal, frekuensi
17x/menit, perkusi suara timpani. suara jantung S1, S2 terdengar, suara tambahan (-), perkusi
suara dullness
Abdomen
Simetris, lentur, kulit coklat, turgor baik tidak ada tanda dehidrasi, tidak ada nyeri
tekan, bising usus 8x/menit, pembesaran hati/limpe tidak ada,
Genital
Tidak ada keluhan, tidak ada lesi, genital bersih dan terpasang kateter urin
Ekstremitas atas
Tangan simetris, tidak ada nyeri, turgor baik, warna sawo matang, CRT < 3 detik
Ekstremitas bawah
Kaki simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri, tidak ada keluhan
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Trakeostomi Bersihan jalan nafas
 Tn. K tidak bisa mengeluarkan suaranya saat   tidak efektif
bicara Akumulasi secret pada jalan nafas
yang di daerah insisi trakeostomi
 
DO : Tn. K tampak sesak Jalan nafas terganggu
 Tn. K terpasang trakeostomi dan ada  
keluhan pada pernapasan Bersihan jalan nafas tidak efektif
 Adanya secret putih kemerahan pada selang
trakeostomi
 
DS : Trakeostomi Resiko Gangguan
 Tn. K tidak bisa mengeluarkan suaranya saat   citra tubuh
bicara Gangguan komunikasi dengan
orang lain
DO :  
 Usia pasien terbilang masih muda yaitu 36 Merasa berbeda dengan orang
tahun lain
 Pasien terpasang trakeostomi
 Tn. K tidak dapat berkomunikasi dengan Resiko Rendah diri
bicara hanya menggunakan kertas dan pulpen  
yang disediakan perawat Resiko Gangguan citra tubuh
DS : Trakeostomi Imobilisasi
 Tn. K tidak bisa mengeluarkan suaranya saat  
bicara Post op trakeostomi hari
pertama
DO :  
 Pasien terpasang trakeostomi Resiko trakeostomi terlepas /
 Post op trakeostomi hari pertama reposisi
 Trakeosyomi Tn. K tidak dijahit
Imobilisasi
 
DS : Trakeostomi Gangguan komunikasi
 Tn. K tidak bisa mengeluarkan suaranya saat bicara   verbal
Daerah insisi trakeostomy
DO :  
 Suara Tn. K tidak terdengar. Hanya terdengar suara. Membuka saluran baru yang dilalui
 Tn. K tidak dapat berkomunikasi dengan bicara udara sebelum pita suara
hanya menggunakan kertas dan pulpen yang  
disediakan perawat Suara yang dihasilkan tidak sampai
  menggetarkan pita suara
 
Suara tidak keluar
 
Gangguan komunikasi verbal
DS : Trakeostomi Resiko Infeksi
 Tn. K tidak bisa mengeluarkan suaranya saat  
bicara Insisi trakeostomi
 
DO : Kondisi daerah insisi yang tidak
 Tn. K terpasang trakeostomi bersih
 Adanya secret pada selang trakeostomi
 Daerah sekitar selang terdapat bnyak secret Kuman dan bakteri
 TD : 117/ 78 mmHg berkembang
 N : 975x/menit  
 S : 36,60C Resiko infeksi
 RR : 17x/menit
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret


• Resiko infeksi berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan di daerah insisi
• Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya trakeostomi
PERENCANAAN
DIAGNOSA TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
1. Tinggikan kepala tempat tidur 30 - 45 derajat. 1. Posisi ini memudahkan pernafasan
Bersihan jalan Tidak ada secret pada
optimal dengan meningkatkan drainase
nafas tidak jalan nafas sekresi.
2. Anjurkan klien untuk bernafas dalam dan 2. Nafas dalam mengurangi penumpukan
efektif
batuk secara teratur. sekresi, batuk membantu mengeluarkan
berhubungan sekresi.
3. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada 3. Untuk membantu pasien mengeluarkan
dengan
kontraindikasi secret dengan batuk.
akumulasi 4. Suction 5 – 10 detik sesuai kebutuhan, dengan 4. Suction membuang sekresi dan mencegah
mempertahankan teknik steril sesuai indikasi stasis. Suksion berlebihan dapat
secret
dengan auskultasi paru. menimbulkan hipoksia dan atau iritasi
  pada mukosa trakeal
5. Secara teratur inspeksi dan bersihkan selang 5. Sekresi kering dapat menghambat jalan
trakeostomi. nafas atau menjadi sumber infeksi
6. Pertahankan status hidrasi optimal. 6. Status hidrasi mempengaruhi jumlah dan
karakter sekresi, klien dehidrasi beresiko
terhadap pembentukan sumbatan oleh
lendir.
IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Memposisikan Tn. K dengan meninggikan S:
kepala tempat tidur 45 derajat. -  
2. Menganjurkan Tn. K untuk bernafas dalam O: Tn. K terlihat nyaman dengan posisi tidurnya dan dapat bernafas
dan batuk secara teratur secara optimal
3. Melakukan suction selama 10 detik sesuai Tn. K tampak sudah tidak sesak
dengan bnyaknya penumpukan secret dan Tidak adanya penumpukan secret
auskultasi paru Daerah sekitar tampak bersih
4. Membersihkan selang trakeostomi
A: Masalah tertasi
Resiko masalah muncul kembali
P: intervensi tetap dilakukan
-  
PERENCANAAN
DIAGNOSA TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
1. Suksion selang trakeostomi sesuai kebutuhan 1. Penghisapan teratur menghilangkan sekresi yang
Resiko infeksi Klien bebas dari
tertumpuk, yang memberikan media baik untuk
berhubungan infeksi pada pertumbuhan mikroorganisme.
2. Pertahankan teknik steril. 2. Memberi perlindungan infeksi.
dengan tempat
3. Gunakan kateter yang sesuai ukuran 3. Kateter yang terlalu besar dapat menghambat jalan
penumpukan trakeostomi nafas, kateter yang tidak dilumasi dapat mengetuk
selang trakeostomi
sekresi
4. Kaji batas stoma terhadap edema yang tak biasanya, tanda 4. Drainase abnormal dapat menunjukkan infeksi (purulen,
berlebihan di kerusakan kulit, drainase, pendarahan, bau, eritema, lesi, dan bau) atau kebocoran duktus torakal (seperti susu).
krepitus udara.
daerah insisi
5. Ganti balutan trakeostomi setiap shift atau sesuai kebutuhan. 5. Penggantian balutan teratur membantu mempertahankan
  batas stoma tetap kering dan bebas mukus.
6. Ikatan harus cukup aman untuk mencegah gerakan turun
6. Hindari iritasi jaringan di sekitarnya dengan mengendurkan ruang naik selang trakeostomi dalam trakea tetapi tidak terlalu
satu jari di antara pengikat dan leher. kencang karen dapat menekan vena jugularis eksterna.
 
IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Melakukan tindakan suction saat secret Tn. K menumpuk S:
dan membuat kesulitan bernafas.  
2. Melakukan suction dengan tehnik steril O: Tn. K tampak tidak sesak
3. Menggunakan kateter sesuai ukuran Balutan trakeostomi sudah kering dan bersih
4. Mengganti balutan trakeostomi A: Masalah teratasi
5. Mengendurkan tali pengikat di leher Resiko masalah muncul kembali
P:intervensi 1,2,3,4,5 tetap dilakukan
 
PERENCANAAN
DIAGNOSA TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
1. Berdasarkan hasil pengkajian, lakukan 1. Klien mungkin memerlukan intervensi intensif,
Gangguan Klien akan
konsultasi yang tepat (misal patologis khusus unutk memastikan komunikasi yang
komunikasi mengkomunik wicara ,optalmologist, atau otorhi- efektif.
nolaringologist).
verbal asikan
2. Jelaskan fisiologi normal penghasilan
berhubungan kebutuhan bicara dan bagaimana trakeostomi 2. Pengertian klien bahwa trakeostomi normalnya
mengganggu mekanisme ini tidak mengganggu struktur anatomi yang
dengan dasar dengan
bertanggung jawab terhadap penghasilan bunyi,
terpasangnya menggunakan 3. Setelah mengidentifikasi metode dan bahwa kerusakan bunyi mungkin sementara
komunikasi pengganti yang tepat, 3. Dapat membantu klien mengatasi kerusakan
trakeostomi bentuk
instruksikan klien untuk mempraktikkan bicara dan dapat mendorong penggunaan metode
  komunikasi 4. Anjurkan tenaga kesehatan dan para komunikasi pengganti
keluarga untuk mempraktikkan juga 4. Penggunaan bentuk komunikasi pengganti dapat
pengganti.
komunikasi pengganti. membantu menurunkan ansietas dan perasaan
terisolasi dan meningkatkan control terhadap
situasi.
IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Melakukan pengkajian memilih S: Klien memberi isyarat mengenai kebutuhannya dengan
komunikasi yang efektif menulis dikertas
2. Menjelaskan kepada Tn. K mengenai O: Klien mampu berkomunikasi mengenai kebutuhannyadengan
komunikasi yang akan dilakukan menggunakan komunikasi pengganti yaitu menulis dikertas yang
3. Menganjurkan keluarga dan tenaga ada
kesehatan yang lainnya untuk A: Masalah tertasi
berkomunikasi Resiko masalah muncul kembali
P: intervensi tetap dilakukan
Kesimpulan
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan
nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas.

Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat
dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan
tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke
dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi

Dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien trakeostomi kita harus memperhatikan posisi kanul trakeostomi
agar tidak berubah posisi dan tetap memberikan asuhann keperawatan dengan bio psiko social dan spiritual
Daftar Pustaka
 Parker, Laura. (2014). Tracheostomy Care : Keep the Stoma Clean and Dry. Nursing Critical Care: November 2014-
Volume 9- Issue 6-p 38-41. http://doi.org/ 10.1097/01.CCN.0000453466.57833.dd
 Tanpauline, CJ. (2010). Nursing Clinical Practice Guidelines : Nursing management of Adult Patients With
Tracheostomy. Ministry of Helath, Singapore
 Higgins D (2009) Tracheostomy care 1: using suction to remove respiratory secretions via a tracheostomy
tube. Nursing Times; 105: 4, 16-17.
 Intensive Care Society. (2014). Standards for the Care of Adult Patients with a Temporary Tracheostomy.
 Costa. E. C., Rodrigues. C. F., Matias. C. G. (2019). Care For The Prvention of Complications in Tracheostomy
Patients. Journal Of Nursing UFPE On Line. https:// doi.org/10.5205/1981-8963-v01i01a238545p169-178-2019
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai