Anda di halaman 1dari 58

HENDI WARLIKA SEDO PUTRA, ST., M.

Sc
RICKY RAVSYAN ALHAFEZ, ST., M.Sc
Drs. SUDARMADJI, S.T., M.T.
SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR
Sebelum melanjutkan pada materi sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung, ada beberapa
istilah yang perlu diketahui, diantaranya adalah :

Limbah : adalah bahan buangan (bahan yang sudah Air hujan : adalah air yang jatuh dari atas (langit).
tidak terpakai). Limbah terdiri
dari limbah padat dan limbah cair. Riol (riool) : adalah pipa yang digunakan untuk
menyalurkan air limbah. Sistem yang
Limbah padat : adalah bahan buangan yang digunakan di indonesia adalah sistem terpisah, oleh
berbentuk padat, biasanya disebut karena itu riol (riool) hanya
sampah. digunakan untuk mengalirkan air kotor.

Limbah cair : adalah bahan buangan yang berbentuk Riol Gedung : adalah bagian dari sistem pembuangan
cair. Termasuk dalam limbah air kotor yang membentang dari ujung saluran pembuangan
cair diantaranya adalah : air kotoran, air bekas, dan air gedung dan menyalurkan buangannya ke saluran
hujan. pembuangan kota, pribadi, atau tempat pembuangan
lainnya yang dibenarkan.
Air kotoran : adalah air buangan yang mengandung
kotoran manusia. Riol (riool) kota : adalah jaringan saluran pembuangan
air kotor di kota, yang
Air bekas : adalah air buangan yang berasal dari alat- menghubungkan saluran riol gedung dengan unit
alat plambing lainnya, seperti pengolahan air kotor kota. Karena di
bak mandi (termasuk bath tub), bak cuci tangan, bak Indonesia sistem pengaliran air kotor dengan sistem
cuci dapur, dan lain-lainnya pengaliran air hujan terpisah.
yang tidak mengandung kotoran manusia. Oleh karena itu fungsi dari riol kota hanya untuk
mengalirkan air kotor, lebih spesifik
Air kotor : adalah air buangan yang terdiri dari air lagi air kotor rumah tangga atau limbah cair rumah
kotoran dan air bekas. tangga.
Air kotor dari bangunan gedung disebut juga air limbah domestik atau air limbah
rumah tangga.

Seperti telah dijelaskan diatas, air kotor adalah air bekas atau air buangan yang berasal dari kegiatan
sehari-hari rumah tangga, yaitu semua jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari : mandi, dapur,
mencuci, kakus, dan lain sebagainya. Jadi air kotor juga mengandung kotoran manusia (excreta, faeces).

Faeses mengandung zat organik, anorganik, bakteri (baik yang pathogen, maupun yang tidak pathogen,
seperti bakteri coli) dan kadang-kadang juga cacing atau telur cacing. Disamping itu, proses pembusukan
faeses, terutama didalam air terus berlangsung, sehingga akan menimbulkan bau yang kurang baik. Oleh
karena itu faeses, perlu dikelola dengan baik dan benar, agar tidak menimbulkan bau yang kurang baik,
dan penyebaran penyakit. Karena air kotor mengandung faeses, maka air kotor pun perlu dikelola secara
baik dan benar.
SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR

Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan :

• Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan untuk air buangan yang berasal dari
kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing
lainnya (black water).

• Sistem pembuangan air bekas adalah sistem pembuangan untuk air buangan yang berasal dari
bathtub, wastafel, sink dapur dan lainnya (grey water).  Untuk suatu daerah yang tidak tersedia
riol umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor
terlebih dahulu.

• Sistem pembuangan air hujan. Sistem pembuangan air hujan harus merupakan sistem terpisah
dari sistem pembuangan air kotor maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi
penyumbatan pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat plambing yang
terendah.

• Sistem air buangan khusus adalah sistem pembuangan air yang mengandung gas, racun,
lemak, limbah pabrik, limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus.
SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR

Klasifikasi berdasarkan cara pengaliran :

1. Sistem gravitasi
2. Sistem tekanan

Sistem gravitasi.
Air buangan mengalir dari tempat yang lebih
tinggi ke tempat yang lebih rendah secara
gravitasi ke saluran umum yang letaknya
lebih rendah
SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR

Klasifikasi berdasarkan cara


pengaliran :

Sistem bertekanan.
Sistem yang menggunakan alat
(pompa) karena saluran umum
letaknya lebih tinggi dari letak
alat plambing, sehingga air
buangan di kumpulkan terlebih
dahulu dalam suatu bak
penampungan, kemudian di
pompakan keluar ke roil umum. 
Sistem ini mahal, tetapi biasa di
gunakan pada bangunan yang
mempunyai alat-alat plambing
di basement pada bangunan
tinggi/bertingkat banyak.
SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR

Klasifikasi berdasarkan Letaknya :

Sistem pembuangan air kotor pada bangunan gedung ada 2 (dua) cara yaitu :

1. Sistem individu (on site)


2. Sistem terpusat (off site)

1. Sistem individu atau disebut juga “on site system” adalah sistem pembuangan air kotor
rumah tangga dari tiap-tiap rumah tangga/bangunan gedung atau beberapa rumah/bangunan
gedung.

2. Sistem terpusat atau disebut juga “off site system” adalah sistem pembuangan air kotor
dari tiap-tiap rumah/bangunan gedung, dialirkan/dibuang bersama-sama dengan menggunakan
sistem perpipaan (disebut sistem rioolering) ke unit pengolahan air kotor untuk suatu kawasan
atau kota.
SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR
Sistem pembuangan air kotor di dalam bangunan gedung

ONE PIPE SYSTEM

• Semua sistem pembuangan (air


tinja dan air sabun atau air kotor
tainnya) pada One Pipe System
dialirkan melalui satu pipa.

• Pada ujung pipa bagian atas


selalu terbuka dan disebut vent
stack.

• Manfaat vent stack adatah untuk


menghindari terjadinya cyclone
effect karena sifat pipa
merupakan bejana berhubungan.
Sistem pembuangan air kotor di dalam bangunan gedung

TWO PIPE SYSTEM

• Pada Two Pipe System air


tinja dan air kotor/air sabun
dipisahkan pembuangan
dengan dua jenis pipa.

•Soil pipe mengalirkan air tinja,


waste pipe mengalirkan air
kotor selain air tinja.
Sistem pembuangan air kotor di dalam bangunan gedung
SINGLE STACK SYSTEM

Pada Single Stack System, air tinja


dan air kotor / air sabun dipisahkan
pembuangan dengan dua jenis pipa
pada aliran mendatar, sedangkan pipa
vertikal menjadi satu.

•Pada ujung pipa bagian atas selalu


terbuka dan sering disebut sebagai
vent stack.

•Keuntungan sistem ini adalah


memudahkannya pengontrolan pipa
mendatar bila terjadi
gangguan/kebuntuan dalam saluran.
Selain itu, pipa tegak yang berupa vent
stack cukup satu buah saja, biasa
dianggap menguntungkan.

• Sistem ini banyak digunakan di


Indonesia.
SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR

Bagian-bagian yang penting dalam sistem plambing air kotor diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perpipaan (sistem perpipaan)


2. Perangkap
3. Pipa ven
4. Lubang pembersih
5. Bak penampung dan pompa

1. Perpipaan (Sistem perpipaan)

Sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung dapat dijelaskan sebagai berikut :
“Air kotor yang dibuang malalui alat-alat saniter, dialirkan melalui pipa
pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic tank atau unit
pengolahan air kotor melalui riool kota)”.

Pada umumnya air kotor mengalir secara gravitasi, penggunaan pompa hanya untuk memompa air kotor dari bak
penampung air kotor yang berlokasi di bagian bawah bangunan (basement) ke unit pengolahan air kotor. Sarana
pengaliran air kotor pada umumnya berupa perpipaan.
Bahan pipa yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Tidak mudah bocor
• Tahan terhadap asam
• Tahan terhadap cuaca, untuk pipa yang diletakan di luar bangunan gedung
Fungsi dari pipa-pipa tersebut adalah :

Pipa cabang mendatar : adalah pipa pembuangan mendatar


yang menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa
tegak air buangan. Berfungsi untuk mengalirkan air kotor dari alat
plambing ke pipa tegak air kotor.
Dalam sistem plambing air kotor, sistem pembuangan harus
mampu mengalirkan air buangan dengan cepat, dan biasanya air
buangan mengandung bagian-bagian padat. Oleh karena itu pipa
pembuangan cabang mendatar harus mempunyai ukuran dan
kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air
buangan yang harus dialirkan. Pada umumnya kemiringan pipa
pembuangan cabang mendatar sebesar 2 %.

Pipa tegak : adalah pipa pembuangan air kotor yang


menghubungkan pipa cabang mendatar dengan pipa saluran
pembuangan gedung.

Saluran pembuangan gedung : adalah bagian jaringan pipa


terendah dari sistem pembuangan air kotor yang menerima air kotor
dari seluruh jaringan pipa air kotor, dan menyalurkannya ke tempat
pengolahan air kotor. Kemiringan saluran pembuangan gedung
sebesar (0,50 – 4) %.

Pipa ven : adalah pipa yang dipasang untuk sirkulasi udara ke


seluruh bagian sistem pembuangan air kotor, dan mencegah
terjadinya kerja sifon dan tekanan balik pada perangkap.
2. Perangkap

Tujuan utama dari sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung adalah mengalirkan air kotor dari
dalam bangunan gedung keluar, ke dalam unit pengolahan air kotor (septic tank) atau riol kota, tanpa
menimbulkan pencemaran kepada lingkungannya maupun dalam bangunan gedung itu sendiri.
Pipa pembuangan air kotor didalam bangunan gedung tidak terus menerus mengalirkan air kotor, jadi tidak
selamanya pipa tersebut terisi dengan air, hal ini akan menyebabkan masuknya gas yang berbau atau beracun
dari septic tank atau dari riol, disamping gas juga ada kemungkinan serangga bisa masuk.
Untuk mencegah hal tersebut diatas, maka pada sistem pembuangan air kotor didalam bangunan gedung
perlu dipasang suatu alat yang disebut “perangkap”atau “trap”, biasanya berbentuk leher angsa atau “U”, yang
akan menahan bagian terakhir dari air penggelontor, sehingga merupakan suatu “penyekat” atau penutup air yang
mencegah masuknya gas.
Fungsi perangkap adalah, untuk mencegah bau busuk (gas) dari septic-tank atau riol masuk ke dalam
ruangan dimana alat-alat plambing air kotor (alat-alat saniter) berada.
Agar perangkap dapat berfungsi dengan baik, maka
perangkap tersebut harus memenuhi beberapa
persyaratan diantaranya adalah sebagi berikut :

(a). Kedalaman air penutup.


Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50
mm sampai 100 mm.

(b). Konstruksinya harus sedemikian rupa agar dapat


selalu bersih dan tidak menyebabkan kotoran tertahan
atau mengendap. Aliran air buangan harus menimbulkan
efek “membersihkan diri”, jadi perangkap tersebut dan
permukaan dalamnya harus cukup licin agar kotoran tidak
tersangkut atau menempel pada permukaannya.

(c). Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa sehingga


fungsi air sebagai “penutup” tetap dapat dipenuhi.

(d). Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar


mudah membersihkannya karena endapan kotoran lama
kelamaan tetap akan terjadi.
JENIS PERANGKAP
Jenis perangkap dapat di kelompokkan
menjadi :
A. Perangkap yang di pasang pada alat
plambing dan pipa pembuangan.
B. Perangkap yang menjadi satu dengan alat plambing.

Contoh dari mangkuk Contoh bak peturasan pria


kloset jenis sifon bagi (digantung di dinding)
orang barat
C. Perangkap yang di pasang di luar gedung
3. Pipa ven

Didalam sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung, terutama untuk bangunan gedung dengan
jumlah lantai sebanyak 2 (dua) lantai atau lebih, perlu dipasang pipa ven.

Tujuan pemasangan pipa ven dalam plambing air kotor adalah sebagai berikut :

• Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan


• Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan
• Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan

Pipa ven dipasang pada ujung pipa tegak sebelah atas, dan sedekat mungkin dengan unit “perangkap”. Pipa
ven dipasang sampai keluar bangunan gedung, baik diatas atap maupun pada dinding bagian atas bangunan
gedung tersebut.
EFEK SIFON DAN PERANAN PIPA VEN PADA SISTEM SAMBUNGAN
4. Lubang pembersih (cleanout) dan bak kontrol

Kotoran dan kerak akan mengendap pada dasar dan dinding pipa pembuangan setelah digunakan untuk jangka
waktu yang lama. Disamping itu kadang-kadang ada juga benda- benda kecil yang sengaja atau tidak jatuh dan masuk
kedalam pipa. Semua itu akan menyebabkan tersumbatnya pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan pengamanan.

Oleh karena itu di dalam sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung perlu dipasang lubang pembersih
(cleanout), biasa titulis “ CO “, untuk diluar bangunan gedung (pada riol gedung) dipasang “bak kontrol”. Baik lubang
pembersih maupun bak kontrol harus dipasang pada tempat yang mudah dicapai, dan sekelilingnya cukup luas untuk
orang membersihkan pipa. Untuk pipa ukuran sampai 65 mm jarak bebas sekeliling lubang pembersih sekurang
kurangnya 30 cm, dan untuk ukuran pipa 75 mm atau lebih besar jarak tersebut sekurang-kurangnya 45 cm.
Lubang pembersih (cleanout) harus dipasang pada
lokasi sebagai berikut :

Awal dari cabang mendatar atau pipa pembuangan


gedung Pada pipa mendatar yang panjang
Pada tempat di mana pipa pembuangan membengkok
(belok) dengan sudut lebih dari 45’ Bagian bawah dari
pipa tegak atau di dekatnya.
Untuk bangunan yang bertingkat, maka lubang
pembersih sebaiknya dipasang pada setiap 2 (dua) atau
3 (tiga) lantai pada pipa tegak gedung Dekat sambungan
antara pipa pembuangan gedung dengan riol gedung

Ukuran lubang pembersih adalah sebagai berikut :


Untuk ukuran pipa sampai dengan 100 mm, ukuran
lubang pembersihnya sama dengan ukuran pipa. Untuk
pipa yang lebih besar dari 100 mm, ukuran lubang
pembersihnya minimal 100 mm
Bak kontrol

Bak kontrol dipasang pada pipa yang ada dibawah


tanah. Oleh karena air yang mengalir didalam pipa
yang melewati bak kontrol ini mengandung kotoran
manusia (faeses), maka dasar bak kontrol harus
sedemikian rupa sehingga jalannya faeses tidak
terganggu, untuk itu pipa yang melintasi bak kontrol
harus menerus.

Ukuran bak kontrol pada umumnya 30 cm x 30 cm


(lebar x panjang) Bak kontrol harus dipasang pada
lokasi sebagai berikut :

• Pada pertemuan saluran


• Pada perubahan arah (belokan) saluran
• Pada saluran yang lurus, setiap jarak 5.00 meter
• Pada perubahan ketinggian
• Pada tempat sebelum masuk septic tank atau
sebelum masuk riol kota
5. Bak penampung dan pompa

Air kotor yang letaknya lebih rendah dari pada riol gedung atau riol kota dimasukan terlebih dahulu ke dalam
penampungan (bak penampung) dan kemudian dialirlan ke luar dengan pompa atau alat lainnya.

Bak penampung ini harus dibuat dengan konstruksi kedap air, tidak membocorkan gas dan bau, serta harus
dilengkapi dengan pipa ven. Bak penampung ini tidak boleh dibuat sehingga salah satu dindingnya merupakan
dinding pemisah dengan bak penampung air minum.
SEPTIC-TANK DAN RESAPAN
Septic-tank

Septic-tank atau tangki septic disebut juga tangki pembusuk, karena pada tangki ini timbul proses pembusukan
faeses oleh bakteri pembusuk dengan bantuan oxygen menjadi lumpur dan gas (H2S dan NH4).

Tangki septic sebenarnya serupa saja dengan bak penampungan air kotor, tetapi lebih ditujukan penggunannya
untuk menampung air kotor buangan dari bangunan ditempat yang tidak terjangkau oleh riol umum/kota.
Prinsip kerja dari tangki septik adalah mengolah dan memisahkan antara air dengan kotoran dengan cara
pengendapan. Pengolahan dilakukan oleh bakteri anaerobic yang merubah kotoran baku menjadi Lumpur. Air
hasil pemisahan (70% lebih bersih) dialirkan keluar secara gravitasi dan diresapkan ketanah, sedangkan hasil
endapan (Lumpur) harus dibuang secara berkala dengan bantuan layanan mobil tangki air kotor pemerintah
setempat. Dengan demikian tangki septic biasanya terletak diluar bangunnan (mudah dicapai mobil tangki) dan
tidak ada peralatan pompa yang dipasangkan.
Sistem pembuangan dengan tangki septik
Sistem pembuangan dengan sumur resapan
Sistem pembuangan dengan sumur resapan
PEMELIHARAAN SEPTIC TANK

• Tangki septik hanya menerima buangan kakus / tinja saja, tidak untuk air bekas (mandi dan cuci)

• Pengurasan tangki septic dilakukan secara berkala setiap 3 tahun sekali

• Tidak membuang bahan-bahan kimia berbahaya kedalam tangki septik, seperti insektisida, karbol
pembersih lantai, pemutih pakaian.

• Lumpur tinja hasil pengurasan tangki septik masih berbahaya bagi manusia dan lingkungan,
pengurasan sebaiknya dilakukan oleh orang / petugas yang mempunyai peralatan penguras yang
memenuhi syarat.

• Lumpur hasil pengurasan tidak boleh dibuang ke sungai, atau ketempat terbuka akan tetapi harus
dibuang ketempat yang telah direncanakan untuk menampung lumpur tinja (misal Instalasi
Pengolah Lumpur Tinja /IPLT).
Dasar-dasar perencanaan septic-tank adalah sebagai berikut :

1. Waktu tinggal (detention time) air kotor didalam septic-tank ditetapkan selama 24 jam (satu hari penuh).
2. Pemakaian air setiap orang setiap hari sebesar 100 liter. (pada seminar on sewage disposal W.H.O di kandy-
ceylon telah ditetapkan, bahwa agar septic-tank dapat bekerja dengan baik, diperlukan suatu persediaan air sedikit-
dikitnya 20 imperial gallons atau 91 liter untuk setiap orang seharinya).
3. Volume septic-tank yang paling kecil ditetapkan untuk pemakaian oleh 10 orang sesuai dengan anjuran W.H.O.
4. Untuk ruang penyimpanan Lumpur disediakan 30 liter untuk setiap pemakai setiap tahunnya. (menurut W.H.O
besar ruang lumpur sekurang-kurangnya 1 cb ft atau sebesar 28,8 liter per capita per tahun).
5. Frekwensi pembuangan lumpur menurut W.H.O antara 1 tahun sampai 4 tahun.
6. Untuk ruang gas dan busa disediakan tempat yang tinginya sekurangkurangnya 30 cm diatas permukaan air
(menurut W.H.O, seminar di Ceylon ruang antara permukaan air di septic-tank dan tutupnya harus antara 6 inch
samapai 1 ft atau antar 15 cm sampai 30 cm).
7. Kedalaman air pada septic-tank sekurang-kurangnya 1,00 meter.
8. Panjang septic-tank sekurang-kurangnya 1,25 meter. Untuk septic-tank yang berbentuk bulat, diameter (garis
tengah) septic tank sekurangkurangnya 1,25meter.
9. Lebar septic-tank sekurang-kurangnya 0,80 meter.
10. Untuk septic-tank yang besar, perbandingan antara panjang : lebar sebesar 2 : 1 sampai 3 : 1
11. Beda tinggi antara pipa inlet dan permukaan air di dalam septic-tank sebesar 7 cm
12. Septic-tank harus dilengkapi dengan : pipa ven, dan lubang pemeriksa yang berfungsi juga sebagai lubang
penyedot lumpur tinja.
RESAPAN septic tank

Air yang keluar dari septic-tank kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) nya masih cukup
tinggi, dan ada kemungkinan masih mengandung bakteri-bakteri pathogen atau telur cacing, dan masih
berbau. Oleh karena itu bila air yang keluar dari septic-tank dibuang keperairan terbuka (badan air terbuka)
maka akan menyebabkan pencemaran terhadap perairan terbuka tersebut. Melihat hal-hal seperti tersebut
diatas, maka air yang keluar dari septic-tank (efluen) tidak boleh dibuang langsung ke badan-badan air,
tanpa pengolahan terlebih
dahulu.
Untuk mencegah pencemaran badan air terbuka , maka air yang keluar dari septictank perlu diolah terlebih
dahulu sampai memenuhi persyaratan kualitas air kotor yang diizinkan oleh peraturan setempat sebelum
dibuang ke perairan terbuka. Pengolahan ini sangat sulit untuk dilakukan, karena kapasitas air yang keluar
dari septic-tank sangat sedikit dan tidak terus menerus.
Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk mengolah air yang keluar dari septictank, yaitu dengan cara,
air yang keluar dari septick-tank diresapkan kedalam tanah dengan cara meresapkan melalui sumur
resapan atau bidang resapan.
Agar supaya baik sumur resapan, bidang resapan, maupun septic-tank tidak
mengganggu lingkungan sekitarnya maka lokasi dari sumur resapan, bidang resapan, dan
septic-tank ada persyaratan jarak tertentu. Persyaratan jarak minimum dari septic-tank,
dan peresapan untuk kondisi tanah biasa dapat dibaca pada Tabel

Panjang bidang resapan minimal


10,00 meter, dan maksimal 15,00
meter. Bila dari
hasil penelitian diperlukan panjang
bidang resapan lebih dari 15,00 mater,
maka bidang
resapan harus dibuat beberapa dengan
panjang masing-masing maksimal
15,00 meter, dan
jarak antara bidang resapan dari as ke
as sebesar 2,50 meter. Kemiringan
bidang resapan
sebesar 0,20 %.
SYARAT JARAK KOMPONEN SISTEM TANGKI SEPTIK
Komponen sistem pembuangan
SISTEM PEMBUANGAN AIR HUJAN

Prinsip Dasar Sistem Penyaluran Air Hujan

Bangunan yang dilengkapi dengan system plambing harus dilengkapi degan system drainase untuk pembuangan air
hujan yang berasal dari atap maupun jalur terbuka yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawa dalam system plambing
ini harus disalurkan ke dalam lokasi pembuangan untuk air hujan. Hal ini karena tidak boleh air hujan disalurkan ke
dalam system plambing air buangan yang hanya bertujuan untuk menyalurkan air buangan saja atau disalurkan ke suatu
tempat sehingga air hujan tersebut akan mengalir ke jalan umum, menyebabkan erosi atau genangan air. Bila terdapat
system plambing air buangan dan air hujan dalam satu gedung maka tidak dianjurkan untuk digabungkan kecuali hanya
pada lantai paling bawah saja. Sistem plambing air hujan yang digabung dengan air buangan pada lantai terbawah harus
dilengkapi dengan perangkap untuk mencegah keluarnya gas dan bau tidak enak dari system tersebut.

Perangkap yang terpasang harus berukuran minimal sama dengan pipa mendatar yang terpasang bersama. Dan
harus dilengkapi dengan pembersih di tiap ujungnya yang terletak di dalam gedung. Pada ujung dimana air masuk, harus
dilengkapi dengan penahan kotoran agar system plambing air hujan tidak terganggu.

Gutter (talang atap) dan leader (talang tegak) air hujan digunakan untuk menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap
atau bidang tangkap lainnya di atas tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke titik-titik pengeluaran, umumnya ke
permukaan tanah atau system drainase bawah tanah (underground drain). Tidak diperkenankan menghubungkannya
dengan system saluran saniter. Talang tegak dapat ditempatkan di dalam ruangan (conductor) maupun di luar bangunan
(leader).
UKURAN GUTTER & LEADER
Berdasarkan rekomendasi dari Copper & Brass Research Association beberapa prinsip
berkenaan dengan penentuan ukuran gutter & leader adalah :

•Ukuran leader dibuat sama dengan outletnya, untuk menghindari kemacetan aliran yang
ditimbulkan oleh daun dan kotoran lainnya.

•Jarak maksimum antar leader adalah 75 ft (22,86 m). Aturan yang paling aman adalah untuk
150 ft2 (13,94 m2) luas atap dibutuhkan 1 inci luas leader. Angka-angka tersebut dapat berubah
akibat kondisi-kondisi local.

•Ukuran outlet tergantung pada jumlah & jarak antar outlet, kemiringan atap dan bentuk gutter.

•Jenis gutter terbaik adalah jika punya kedalaman minimal sama dengan setengah kali
lebarnya dan tidak lebih dari ¾ lebarnya.

•Gutter berbentuk setengah lingkaran merupakan bentuk yang paling ekonomis dalam
kebutuhan materialnya dan menjamin adanya proporsi yang tepat antara kedalaman dan lebar
gutter. Ukuran gutter tidak boleh lebih kecil dari leadernya dan tidak boleh lebih kecil dari 4 inci.
Tabel beban maksimum yang diijinkan untuk talang atap (untuk m2 luas atap).
Diameter Pipa datar pembuangan air hujan Talang atap datar terbuka
Pipa tegak air
pipa Kemiringan (%) Kemiringan (%)
hujan
inch mm 1 2 4 0,5 1 2 4
2 50 63
2 1/2 65 120
3 80 200 75 105 150 15 20 30 40
4 100 425 170 245 345 30 45 65 90
5 125 800 310 435 620 55 80 115 160
6 150 1290 490 700 990 85 125 175 250
8 200 2690 1065 1510 2135 180 260 365 520
10 250 1920 2710 3845 330 330 665 945
12 300 3090 4365 6185
15 375 5525 7800 11055

Catatan :
Tabel ini berdasarkan curah hujan 100 mm/jam. Bila curah hujan lebih besar, nilai luas pada tabel tersebut
di atas harus disesuaikan dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10 lalu dibagi kelebihan curah
hujan dalam mm/jam.
Pipa tegak air hujan yang tidak berbentuk pipa (silinder), maka dapat berbentuk lain asalkan pipa tersebut
dapat mesuk ke dalam penampang bentuk lain tersebut. Talang atap yang tidak berbentuk setengah
lingkaran harus mempunyai penampang luas yang sama.
Sumber : Pedoman Plambing Indonesia 1979
PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR HUJAN

• Pembuangan air hujan gedung dan cabang-cabang mendatar Ukuran saluran pembuangan
air hujan gedung dan setiap pipa cabang datarnya dengan kemiringan 4 % atau lebih kecil
harus didasarkan atas jumlah daerah drainase yang dilayaninya sesuai table di atas.
Direncanakan pipa pembuangan air hujan dan cabang-cabang mendatarnya memiliki
kemiringan 2 %.

• Drainase bawah tanah


Ukuran pipa drainase bawah tanah yang dipasang di bawah lantai atau di sekeliling tembok
luar gedung harus ≥ 4 inci.

• Talang tegak air hujan


Ukuran talang tegak didasarkan pada luas atap yang dilayaninya dan sesuai table di atas.
Bila atap tersebut dapat tambahan air hujan harus ditambah dengan perhitungan 50% luas
dinding terluas yang dianggap sebagai atap.
DRAINASE AIR HUJAN GEDUNG
Setiap gedung yang direncanakan harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan
air hujan dari atap dan halaman (dengan pengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan
campuran kota.

Pengaliran Air Hujan Dengan 2 Cara :

•Sistem Gravitasi
Melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota

• Sistem Bertekanan (Storm Water)


Air hujan yang masuk ke lantai basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari
cuci mobil dan sebagainya dalam bak penampungan sementara (sump pit) di lantai basement
terendah untuk kemudian dipompakan keluar menuju saluran kota.
Peralatan Sistem Drainase dan Air Hujan

•Pompa Drainase (Storm Water Pump)


Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan sementara menuju saluran utama bangunan. Pompa yang
digunakan adalah jenis submersible pump (pompa terendam) dengan system operasi umumnya automatic dengan bantuan level control
yang ada di pompa dan system parallel alternate.
•Pipa Air Hujan
Pipa air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju riol bangunan. Bahan yang dipakai adalah PVC klas 10 bar.
•Roof Drain
Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya penempatannya di atap bangunan dan air yang dialirkan adalah air hujan. Bahan
yang dipakai adalah cast iron dengan diberi saringan berbentuk kubah di atasnya
•Balcony Drain
Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon
Contoh soal perhitungan talang

Diketahui : Luas atap setelah dihitung : 169,92 m2 ˜ 170 m2

Curah hujan : 5 – 8 liter/menit


Tentukan berapa jumlah talang yang harus disediakan untuk mengalirkan air
selama 0,5 detik
Perhatikan Tabel
Penyelesaian :
1. Volume air = 170 m2 x (5 – 8 liter/menit) = 850 – 1360 liter/menit

2. Diambil 1360 liter/menit, dan memakai pipa dengan diameter 3 inci


Air hujan akan mengalir ke bawah pada waktu 1 menit → 255 liter / menit
1360 : 255 = 5,33 ˜ 5 pipa
Air hujan akan mengalir ke bawah pada waktu 1/2 menit :
5,33 x 2 = 10,7 ˜ 11 pipa

3.Jadi, pipa 3 inci yang dibutuhkan untuk mempercepat pembuangan air hujan
diatas atap dalam waktu 1/2 menit adalah 11 pipa yang tersebar letaknya.
SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tersebut, sebagian akan mengalir di permukaan
(surface runoff) dimana kelak akan terkumpul di sungai-sungai, rawa rawa, danau-danau, dan
laut. Sebagian lagi akan segera menguap kembali, dan selebihnya akan meresap masuk
kedalam tanah, dan menjadi air tanah.

Melihat dari terjadinya air hujan, maka air hujan pada umumnya mempunyai kualitas
yang cukup baik, terutama pada daerah dimana kondisi udaranya belum tercemar oleh gas gas
lain.
Namun yang perlu diperhatikan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi (tanah),
yang biasa disebut aliran permukaan (run off atau surface runof). Kalau run off tidak
ditanggulangi secara baik dan benar, terutama di daerah permukiman, maka akan
menimbulkan hal-hal yang kurang baik, diantaranya akan timbul genangan-genangan air, bila
genangan itu besar disebut banjir.
SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Besarnya genangan air tergantung dari besarnya


ron off atau yang disebut debit run off, dan
besarnya debit run off tergantung dari hal-hal
sebagai berikut : Kalau melihat rumus Rational, besaran atau nilai Intensitas
hujan ( I ), dan luas daerah pengaliran ( A ), pada umumnya
• Intensitas hujan konstan (tetap), akan tetapi besaran atau nilai Coefisien
• Luas daerah pengaliran pengaliran ( C ) bisa berubah-rubah, tergantung dari bahan
• Coefisien pengaliran lapisan penutup permukaan tanah. Bila lapisan penutup
permukaan tanah terdiri dari bahan yang mudah meresapkan
Besarnya debit aliran permukaan dapat dihitung air hujan, maka besaran atau nilai coefisien pengaliran ( C )
dengan menggunakan beberapa rumus, akan kecil, artinya air hujan lebih banyak yang masuk
diantaranya rumus RATIONAL kedalam tanah dari pada yang menjadi aliran permukaan,
akan tetapi kalau lapisan penutup permukaan tanah terdiri
dari bahan yang sulit meresapkan air hujan, maka besaran
atau nilai coefisien pengaliran ( C ) akan besar, artinya air
hujan lebih sedikit yang masuk kedalam tanah dari pada yang
menjadi aliran permukaan. Dengan kata lain makin besar nilai
coefisien pengaliaran ( C ), maka akan makin besar debit ( Q )
aliran permukaan, makin kecil nilai coefisien pengaliran makin
kecil debit ( Q ) aliran permukaan.

Oleh karena itu untuk memperkecil besarnya debit aliran permukaan ( run off), maka
nilai coefisien pengaliran harus kecil, jadi lapisan penutup permukan tanah harus terbuat
dari bahan yang mudah meluluskan air hujan kedalam tanah.
SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

DARI BANGUNAN GEDUNG AIR HUJAN BISA DALIRKAN DENGAN 3 (TIGA) CARA,
YAITU :

1) Air hujan dari atap bangunan dijatuhkan langsung ke tanah, tidak melalui talang
atap.
2) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang tegak,
lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke saluran
drainase kota.
3) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang tegak,
lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke sumur
resapan.

Kalau memungkinkan sistem yang baik adalah sistem no 1, dan no 3, hal ini
dikarenakan air hujan akan lebih banyak meresap kedalam tanah, sehingga
ketersediaan air tanah cukup terjamin dan jumlah aliran permukaan akan sangat
sedikit sekali, sehingga akan mengurangi genangan air (banjir akibat air hujan).
SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa
sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan
yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.

Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah.
Sasaran  lokasi adalah daerah peresapan air  di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana
dan prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya.

Manfaat sumur resapan adalah:


•Mengurangi aliran permukaan  sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya banjir dan genangan air.
•Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.
•Mengurangi erosi dan sedimentasi
•Mengurangi / menahan intrusi air laut  bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan pantai
•Mencegah penurunan  tanah (land subsidance)
•Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air yang dibuat
segiempat atau silinderdengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di atas permukaan air tanah.
Berbagai jenis konstruksi sumur resapan adalah:
•Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun ijuk (kosong)
•Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk.
•Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu
belah dan ijuk atau kosong.
•Sumur menggunakan buis beton di dinding sumur
•Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur).
SISTEM SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
DETAIL SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai