Anda di halaman 1dari 34

SEDIMENTOLOGI - 2

Mekanisme Sedimentasi - 1
Oleh: Yuniarti Yuskar, ST.MT
 Sedimentologi merupakan ilmu yang mempelajari klasifikasi, asal, dan
interpretasi sedimen dan batuan sedimen serta proses terbentuknya suatu
formasi atau lapisan batuan berdasarkan mekanisme sedimentasi yang
meliputi pelapukan, transportasi dan pengendapan suatu material yang
kemudian terakumulasi sebagai sedimen di lingkungan pengendapannya
baik di lingkungan benua maupun samudera.
 Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di
permukaan pada tekanan dan temperatur yang rendah,
dihasilkan dari akumulasi dan litifikasi sedimen,
ditransportasi melalui air udara atau es.
Tiga kategori utama material yang menjadikan variasi tipe
batuan sedimen yaitu :
1. Fragmen silikat dan asosiasi butirannya
2. Presipitasi kimia dan biokimia, terutama material
karbonat
3. Allochems, fragmen yang berasal dari presipitasi yang
terjadi sebelumnya
Siklus dan Proses Sedimentasi

Sedimentary Rocks : product of provenance and process

Proses : Weathering Erosion Transportation Deposition

Diagenesis &
Uplift Lithification
Siklus

Sedimentary
P >> T>> Rocks
Solid
Igneous Metamorphic State
Rocks Rocks

P >> T>>
Melting

Siklus dan Proses Sedimentasi (Modifikasi dari Selley, 1988)


Pelapukan, Erosi dan Tanah

 Proses disintegrasi yang terjadi karena batuan bereaksi terhadap


kondisi atau lingkungan fisik dan kimiawi yang baru dan
mentransfernya pada kondisi kesetimbangan yang baru.
 Hasil dari proses pelapukan termasuk butiran-butiran padat yang
tererosi, tertransportasi dan terendapkan menjadi batuan sedimen
atau terubah ditempat menjadi tanah, larutan garam dan ion-ion
dalam larutan
Weathering / Pelapukan
 Pelapukan Fisika / Physical Weathering
 Pelapukan Kimia / Chemical Weathering
 Pelapukan Biologi / Biological Weathering

Product Of Weathering : - Solute


- Residual
 The Solutes (Larutan) : Soluble fraction of rock which are carried In
water.
 The Residual (Residu) : Insoluble products of weathering (boulders
to colloidal clay particles)
Weathering / Pelapukan

Pelapukan Fisika / Physical Weathering : Fraksi Kasar


a. Freeze weathering : perkolasi air melalui rekahan, butiran dan kristal
batuan : polar climate.
b. Ekspansi Thermal / Insolation weathering : typical of hot arid climate :
sahara. Kontras perubahan temperatur harian dingin mencapai 25o C
(malam dan siang) yang menyebabkan batuan pecah – pecah.
c. Hydration and Dehydration weathering :proses perubahan kejenuhan
dan kekurangan air memperngaruhi terutama pada butiran lempung
yang mengalami pengkerutan (shrinkage) membentuk rekahan (cracks).
Daerah Tropis / Tropical Climate
d. Stress release weathering : Terjadi pada batuan bersifat brittle yang
mengalami penimbunan sehingga batuan di bawahnya mengalami
tekanan (Overburdan Pressure). Pada saat overburdan tererosi, maka
akan terjadi pengurangan tekanan dan timbul release yang
menyebabkan terjadinya frakturasi.
Eksfoliasi Aktif di Virginia, AS Eksfoliasi di Stone Mountain
membentuk gunung yang membundar

Proses Pelapukan Fisika, Talus Slope,


Lost River, West Virginia
Pelapukan Kimia / Chemical Weathering
 Disolusi  alterasi batuan dengan mengubah dan memindahkan mineral yang mudah larut yang
mudah larut di air khususnya air yang komposisinya asam.
Contohnya : halit, gipsum, atau kalsit, tipe mineral ini terbentuk melalui proses evaporasi dari air laut
yang disebut sebagai evaporit
 Hidrolisis  proses mineral feldspar dan beberapa mineral yang mengandung alumunium-silikat
terlapukkan menjadi mineral lempung.
Contohnya, potasium-feldspar membentuk mineral kaolinit.

KAlSi3O8 +H2O  HAlSi3O8 + K+ + OH-

2 HAlSi3O8 + 9 H2O  Al2Si2O5(OH)4 + 4 H4SiO4

 Oksidasi, merupakan proses mineral yang mengandung besi terlapukkan menghasilkan besi oksida.
Mineral silikat yang mengandung besi yang juga memiliki kandungan alumunium (seperti piroksen,
amfibol dan biotit) mengalami oksidasi dan hidrolisis, membentuk oksida besi dan lempung. Mineral
alumino-silikat yang mengandung besi terlapukkan menjadi tanah merah lempungan
Mineral dan Pelapukan Kimia
Pelapukan Biologi / Biological Weathering

 Merupakan pemisahan dan pemecahan batuan dikarenakan aktivitas


organisme hidup, termasuk tanaman, hewan dan lumut. Contohnya pada lumut
yang merupakan kombinasi dari jamur dan alga. Lumut dapat hidup pada batuan
dan memecahkan batuan tersebut oleh zat sekresi kimia yang dimilikinya.
PELAPUKAN, EROSI DAN TANAH
PROFIL TANAH
 Laterite : Berasal dari kata ‘later’(latin) = brick (bata).
Pertama kali diajukan oleh Buchanan (1807 dalam Selley,
1988) untuk ‘red soils’ di Deccan Plateau (Basalt Plateau)
India, hasil dari pelapukan kimia pada basalt.
 China Clay / Kaolin : Pelapukan Kimia yang
menghasilkan hydrate aluminisilicate clay mineral
(Al2O3.2SiO2.2H2O) yang dikenal sebagai kaolinite.
 Bauxie : suatu residual weathering terdiri atas aluminium
hydroksida. Nama Bauxite berasal dari suatu tempat di
Perancis : Les Baux. Mineral bauxite terbentuk dari hasil
hydrolysis mineral lempung terutama kaolinite.
H2O + Al2O3.2SiO2.2H2O  Al2O3.nH2O.2SiO2.2H2O
Laterite

Bauxie (Bijih Al)


EROSI
 Pengikisan dan pemindahan lapisan permukaan oleh media erosi (air, angin dan es).
 Merupakan proses pelepasan dan pengangkutan partikel dengan jarak tertentu dan
membentuk suatu alur, contohnya sungai

Faktor Erosi Tipe Erosi


1. Air (water) • Erosi percikan (raindrop splash)
• Erosi Lembaran (shat erosion)
• Erosi alur (rilling)
• Erosi selokan (gullying)
• Erosi kanal (stream channel)
• Erosi pipa (piping)

2. Es • Erosi gletser

3. Angin • Erosi Angin


4. Gaya berat (gravity) • Longsoran
• Runtuhan
Transportation
 Pengangkutan suatu material (partikel) dari suatu tempat ke
tempat lain oleh suatu gerakan media (aliran arus) hingga media
dan material (partikel) berhenti.
 Mekanisme gerakan ; oleh aliran arus fluida atau angin.
 Fluida sifat-sifatnya ditentukan oleh densitas dan viskositas.
Hukum Stokes membahas hubungan settling velocity dengan
densitas dan viskositas :

Dimana W = settling velocity.


 ( P1  P ) g  2 ( P1  P ) = perbedaan densitas
W  d partikel dan fluida
 18   = viskositas fluida
d = diameter partikel
g = percepatan gravitasi
 Jenis Aliran / Flow
Terdapat dua jenis aliran :
 Laminar  semua molekul pada fluida bergerak pararel satu sama lain pada arah
transportasinya. Pada fluida yang heterogen hampir tidak ada pencampuran selama mengalir.
 Turbulen  molekul pada fluida bergerak ke segala arah namun dengan pergerakan relatif ke
arah tertentu. Fluida yang heterogen hampir seluruhnya bercampur.
Kedua jenis aliran ini dapat ditentukan dengan nilai Reynolds (Reynolds Number)

Keterangan : Dimana :
Udp
Re < 500, laminar R R = Reynolds Number
Re > 2000: turbulent  U = kecepatan partikel
Re > 150,000: rough turbulent d = diameter partikel
500< Re < 2000, transitional p = densitas partikel
Particles: laminar/turb at Re < 2  = viskositas fluida
Aliran Laminar (Laminar Flow) R = rendah (<) sedangkan aliran
turbulen (turbulen flow) R = tinggi (>).
Laminar vs turbulent flow in BBL
Smooth turbulent flow
At low flow velocities with a smooth bed,
laminar conditions can be present in a
very thin layer along the bed called the
viscous sublayer, of order 0.1 mm thick
=f(shear stress and viscosity)

rough-turbulent flow
At high flow velocities and/or with a
rough bed (such as sand grains),
turbulence comes in direct contact with
the bed.

This is important with respect to fluid and


solid exchange between the bed and
flow

Reynolds numbers help determine if flow


should be rough or smooth turbulent
Dalam Laminar terbentuk : tractive current sedangkan Turbulent
(Density) : Low and High Density turbidity current
Stokes’ Law
Limited by Particle Reynolds Number
2 (r s - r f ) gr 2
v=
(r s - r f ) vs r 9h
Re p = £1
h
Stokes Law, Valid in water from 0.5-125 microns
vs fall velocity Particle Diameter, Phi units
11 10 9 8 7 6 5 4 3
s particle density 100

f fluid density

Fall Velocity, cm/sec


10-1

 Molecular viscosity
10-2
g gravity
10-3
r particle radius
For larger Re, flow becomes 10-4

turbulent
10-5
1 10 100

Particle Diameter, Microns

Values for 20C, quartz spheres


Froude number

q3 U
Fr = 3
= 1/ 2
gh ( gh)
 

(non-dimensional): where q=discharge per unit width of flow (m3 m-1 s-1), g is
the gravitational constant (9.8 m s-2), U =mean velocity of the flow, and h
=flow depth.
balance between inertial and gravitational force
Fr < 1: subcritical flow, gravity dominates
Fr > 1: supercritical flow, inertia dominates (standing waves in a river)
 Bed forms and Sedimentary structure for different flow
regimes.
Proses – Proses Sedimentasi

a. Traction Current :
 Unidirection of traction current : fluvial
 Bidirection traction current : shallow marine
b. Turbidity / Density Current : Low and High Density Turbidity Currents
c. Gravitation
 Debris Flow
 Grain Flow
 Fluidized Flow
Arus Turbidit
 Arus turbidit merupakan campuran sedimen dan air, namun memiliki densitas (masa jenis)
yang lebih rendah dibandingkan dengan aliran debris dan memiliki angka Reynolds yang lebih
tinggi.
 Arus turbidit bergerak pada kemiringan tertentu sehingga terdapat energi potensial yang
mendukung pergerakan fluida.
 Suatu arus turbidit dapat kehilangan densitasnya ketika mulai terjadi pengendapan pada proses
pengalirannya (Allen,1997).
 Pemilahan yang terjadi pada arus turbidit dapat membagi antara material kasar yang lebih dulu
terendapkan dengan material yang lebih halus yang tetap terbawa arus turbulen sampai
beberapa saat sampai akhirnya juga ikut terendapkan. Ciri endapan seperti ini disebut sebagai
endapan turbidit, dan umumnya menunjukkan lapisan yang bergradasi (Middleton, 1966).
 Secara detil, karakteristik internal dari endapan turbidit menunjukkan pola gradasi yang tidak
sederhana, pola tekstur serta struktur sedimen yang terdapat pada endapan turbidit pertamakali
ditulis oleh (Bouma, 1962)
 Divisi ‘a’ (Ta)

Sekuen Bouma
• Pada bagian terbawah dari sekuen Bouma
• batupasir yang terpilah buruk , tidak berstruktur.
• Terbentuk pada aliran yang semakin melemah dan pada zona yang lapisannya hampir
terendapkan seluruhnya, konsentrasi tinggi dan turbulensi berkurang. Pemilahannya
sedikit dan tidak terdapat struktur sedimen pada divisi ini.
 Divisi ‘b’ (Tb)
• Pada lapisan ini terdapat laminasi dari batupasir
• Ukuran butir lebih halus daripada lapisan di divisi ‘a’ dan material sedimennya terpilah
lebih baik.
• Struktur sedimen pararel laminasi yang ada terbentuk melalui pemisahan butiran pada
proses transportasi rezim aliran atas.
 Divisi ‘c’ (Tc)
Terdapat lapisan batupasir silang-siur, terdapat juga laminasi ripple
berbutir sedang sampai halus.
Struktur sedimen ripple yang berbutir halus-sedang
terbentuk pada kecepatan menengah dan mewakili penurunan kecepatan aliran jika
dibandingkan dengan divisi ‘b’ dibawahnya.
 Divisi ‘d’ (Td)
• Batupasir halus dan lanau pada lapisan ini merupakan hasil dari arus turbidit yang
semakin melambat.
• Laminasi horizontal terbentuk ketika terjadi pemisahan butiran halus, namun laminasi
pada divisi ini lebih sulit ditentukan dibandingkan laminasi di divisi ‘b
 Divisi ‘e’ (Te)
• Bagian teratas dari endapan turbidit sekuen Bouma
• Terdiri dari sedimen berbutir halus baik lanau maupun lempung.
• Material tersebut terendapkan melalui proses suspensi material seiring dengan
berhentinya arus turbidit.
Gravity Flow (Mass Flow)
 Debris Flow
• Jenis aliran yang terdiri dari campuran material sedimen dan air yang bermasa jenis dan
kekentalan yang cukup tinggi, dimana volume dan masa sedimen yang ada melebihi
kandungan air (Leeder, 1982).
• Air <10% dari massa aliran dan Nilai Reynold Number rendah
• Tidak ada aliran turbulen dan tidak ada dinamika pemilahan butiran
• Pemilahan yang terbentuk karena adanya proses aliran yang perlahan ini dapat
menyebabkan lapisan mengalami gradasi yang terbalik (semakin kasar kebagian atas dari
lapisan) atau menyebabkan keterdapatan butiran yang beragam mulai berukuran lempung
sampai bongkah dalam lapisan tersebut.
• Debris flow terdapat pada daratan, di lingkungan yang beriklim arid (pasokan air sangat
sedikit) serta berkembang pada lingkungan bawah laut.
Gravity Flow (Mass Flow)
 Grain Flow
• Proses terjunnya material ke bagian bawah dari suatu lereng yang curam (Leeder, 1982).
• Produk dari grain flow berciri khas mengalami reverse graded atau mengalami pembalikan
gradasi.
• Dapat terbentuk pada sedimen berbutir kasar yang bercampur dengan proses aliran lainnya
pada suatu kemiringan seperti pada kipas delta atau lingkungan transisi lainnya (Nichols,
1999).

 Liquified Flow / Fluidized Flow


• Aliran ini terjadi ketika campuran sedimen dan air menjadi subjek getaran yang berenergi
tinggi seperti getaran seismik dari gempabumi, atau singkatnya ketika terjadi proses
liquifaksi
• Membentuk struktur sedimen pillar akibat proses lolosnya fluida secara vertikal pada lapisan
sedimen serta keterbentukan struktur sedimen dishes diantara lapisan sedimen. Jika sedimen
dapat mencapai permukaan lapisan akan membentuk struktur sedimen sand volcanoe
Transportasi Sedimen Pada Fluida
 Menggelinding (rolling) pada dasar aliran air atau udara tanpa kehilangan kontak dengan permukaan
lapisan.
 Saltasi (saltation/bounching), pergerakannya berupa rentetan lompatan secara periodik meninggalkan
permukaan lapisan dan terbawa pada jarak yang pendek pada tubuh aliran sebelum akhirnya kembali ke
permukaan lapisan.
 Suspensi, turbulensi pada aliran dapat menghasilkan pergerakan keatas untuk mempertahankan partikel
pada fluida yang bergerak tetap berlanjut.

Faktor yang mempengaruhi pergerakan


partikel pada Fluida, yaitu:
 Kecepatan
 Energi Turbulensi
 Masa Partikel
 Luas Permukaan Partikel
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai