Anda di halaman 1dari 21

Efek Imobilisasi

(sindroma dekondisi) pada Muskuloskeletal, Fisiologi


Metabolik, Elektrolit dan Cairan, serta Sistem Imunitas

Dr. Sudirman P.S, SpKFR


Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya
RS. Royal Prima
RS. Haji Adam Malik Medan
BEBAS BERGERAK
 Salah satu fungsi utama yang
mendefinisikan manusia.
 Merupakan kinerja simultan berbagai
sistem otot, saraf, tulang, dan sendi.
 Memerlukan fungsi yang optimal
untuk dapat bekerja baik.
 Kelemahan dan berkurangnya derajat
kebebasan bergerak menyebabkan
gangguan dan penurunan berbagai
fungsi tubuh dan penurunan
kemandirian untuk melakukan
berbagai aktivitas kehidupan.
Perubahan pada Muskuloskeletal
Disuse Atrophy
 Dalam 1 – 2 hari imobilisasi, laju atrofi
lambat, namun bertambah cepat dalam
hari-hari selanjutnya.
 Laju atrofi mencapai puncak dalam 5-10
hari setelah imobilisasi.
 Kira-kira setelah 10 hari massa otot dapat
berkurang hingga 50%.
 Proteolisis meningkat, produksi protein
berkurang dalam 14 hari sejak imobilisasi.
 Sintesis kolagen berkurang,
mempengaruhi sifat kelenturan otot.
 Berkurangnya tonus otot.
Dampak Atrofi Otot
 Berkurangnya kekuatan otot (strength).
◦ Berkurangnya daya (performa) dan efisiensi otot dalam melakukan
aktivitas terutama yang berhubungan dengan beban atau melawan
gravitasi.
 Berkurangnya daya tahan otot (endurance).
◦ Berkurangnya toleransi dan mudah lelah dalam melakukan aktivitas.
 Perubahan metabolisme: pembentukkan lemak meningkat
menggantikan massa otot, resistensi insulin meningkat.
 Nyeri dan kekakuan otot.
Perubahan pada Jaringan Ikat dan Sendi
 Kontraktur terjadi akibat proses patologis pada sendi dan
jaringan sekitarnya akibat proses imobilisasi.
 Berbagai penyebab kontraktur pada imobilisasi antara

lain: nyeri sendi, paralisis, fibrosis jaringan dan/atau


kapsul sendi, kerusakan otot primer.
 Laju pembentukan kontraktur dipengaruhi oleh:
◦ Posisi anggota gerak tubuh.
◦ Durasi imobilisasi.
◦ Perubahan lingkungan otot: edema, iskemia, perdarahan,
gangguan sirkulasi.
◦ Kondisi patologis dan adanya restriksi sendi sebelumnya.
◦ Usia lanjut.
Perubahan pada Tulang
 Disuse osteoporosis terjadi akibat tidak
adanya pembebanan tulang yang cukup dalam
waktu lama.
 Massa tulang berkurang akibat tidak adanya
pengaruh gravitasi dan berkurangnya aktivitas
otot.

 Eliminasi beban tulang (non-weight bearing)


akan menyebabkan berkurangnya mineral
trabekular dan endosteal secara signifikan
hanya dalam beberapa minggu, dan
memerlukan waktu berbulan-bulan untuk
mengembalikannya dengan aktivitas normal.
 Disfungsi otot secara lokal bahkan sudah dapat
menyebabkan perubahan massa tulang secara lokal.
 Imobilisasi terutama menurunkan formasi tulang pada
daerah spogiosa dimana pembentukan matrix tulang paling
tinggi.
 Peningkatan resorpsi tulang dan aktivitas osteoclast terjadi dalam
kira-kira 12 minggu imobilisasi, diikuti penurunan aktivitas
osteoblastik (pembentukan matriks tulang).
 Kehilangan kalsium selama imobilisasi mencapai puncaknya
dalam kira-kira 16 minggu, dan dibuang melalui urine, keringat,
dan feses.
 Kehilangan kalsium umumnya diikuti oleh kehilangan fosfor dan
mineral lainnya.
Perubahan Metabolik – Endokrin pada
Imobilitas dan Inaktivitas

 Produksi energi dalam tubuh


manusia dipengaruhi oleh faktor-
faktor antara lain:
◦ Aktivitas metabolik basal.
◦ Reaksi thermogenesis dari makanan.
◦ Aktivitas kehidupan sehari dan
pergerakan.
 Massa otot berkurang selama tirah
baring dan diganti dengan massa
lemak.
Perubahan Metabolik – Endokrin pada
Imobilitas dan Inaktivitas

ENERGI ⇑ ENERGI 
Katabolisme

Anabolisme

 Kehilangan massa otot berhubungan dengan:


◦ Atrofi otot
◦ Penurunan aktivitas metabolik otot
◦ Berkurangnya konsumsi oksigen dan glukosa
◦ Meningkatnya resistensi insulin
◦ Berkurangnya ambilan oksigen (jaringan) maksimal.
◦ Berkurangnya kapasitas fungsional otot.
Perubahan Hormonal
 Perubahan hormonal dan kinerja
enzimatik sering kali tidak terdeteksi
pada imobilisasi lama, meskipun
sebenarnya terdapat banyak perubahan
yang terjadi.
 Perubahan-perubahan ini terutama
disebabkan karena penurunan tingkat
aktivitas, dan sedikit banyak karena
adanya perubahan postur.
 Ketika perubahan mulai dikenali,
umumnya tubuh sudah berada dalam
jalur katabolik.
 Toleransi karbohidrat (glukosa) berkurang dan resistensi insulin
meningkat secara progresif.
 Peningkatan stress hormone (khususnya kortisol), mengakibatkan:
◦ Resistensi insulin terus meningkat
◦ Proteolisis → mengakibatkan atrofi otot
◦ Peningkatan pembentukan jaringan lemak
 Peningkatan serum hormon paratiroid yang menyebabkan
hiperkalsemia.
Keseimbangan Elektrolit
 Berkurangnya konsentrasi natrium, kalium, sulfur, fosfor.
 Ion natrium dan kalium serum mulai berkurang sejak

awal minggu pertama imobilisasi.


 Imobilisasi tanpa komplikasi lain umumnya jarang

menyebabkan gangguan elektrolit yang serius,


bagaimanapun:
1. Asupan elektrolit dalam jaringan (khususnya otot) akan
terhambat pada imobilisasi.
2. Ketika seseorang memiliki masalah medis yang kompleks,
perubahan elektrolit sedikit saja akan memberi dampak besar.
3. Ketidakseimbangan elektrolit dalam waktu lama
menyebabkan kondisi katabolik.
Distribusi Cairan
 Distribusi volume
darah normal terdiri
dari:
◦ 20% pada sistem arteri
◦ 5% sistem kapiler
◦ 75% sistem vena
Perubahan pada Cairan Tubuh
 Tirah baring lama menyebabkan:
1. Penurunan progresif volume darah (puncak pada hari ke-14)
disertai penurunan curah jantung.
2. Penurunan tekanan hidrostatik darah dan penurunan sekresi
hormon antidiuretik (ADH).
3. Penurunan progresif plasma darah (lebih cepat dibanding sel
darah merah) yang menyebabkan viskositas darah turun.
4. Berkurangnya cairan ekstraselular.
5. Berkurangnya protein plasma.
6. Hipotensi orthostatik
Dampak pada Cairan Tubuh

Thrombogenesi
Bed Rest Hipovolemia
s
Perubahan pada Sistem Imunitas
 Imobilisasi lama terutama
berhubungan dengan berkurangnya
natural-killer cell (NK cell).
 Akibat: kehilangan kemampuan atau

sensitivitas tubuh untuk mengenal


self dan non-self, berupa:
◦ Patogen
◦ Parasit.
◦ Radikal bebas.
◦ Pertumbuhan sel abnormal.
◦ Toksin atau benda asing lainnya.
Perubahan pada Sistem Imunitas
 Respon inflamasi merupakan kinerja berbagai sel
imunitas (cytokin, interleukin (IL), tumor necrosis
factor [TNF], dll.)
 Imobilisasi lama mempengaruhi respon inflamasi

dalam hal:
◦ Mencetuskan reaksi inflamasi jangka panjang (sebagai akibat
respon stress yang lama akibat tirah baring).
◦ Memperpanjang reaksi inflamasi yang sudah ada sebelumnya.
◦ Melemahkan sensitivitas tubuh dalam membentuk respon
inflamasi yang sesuai (hiporeaktif atau hiperreaktif).
Kesimpulan
Tirah baring lama menyebabkan:
 Perubahan metabolisme ke arah katabolik.
 Atrofi otot diikuti meningkatnya resistensi insulin yang

semakin memperburuk gangguan metabolik.


 Perubahan distribusi cairan tubuh, diikuti

berkurangnya volume cairan tubuh dan efisiensi


distribusi darah.
 Melemahnya sistem imun yang semakin tidak sensitif

dan mencetuskan proses inflamasi jangka panjang.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai