Anda di halaman 1dari 19

Ns. Sri Hayulita, M.

Kep
 Adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas, mudah, teratur dan mempunyai
tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
hidup sehat.
 Semua manusia yang normal memerlukan
kemampuan untuk dapat bergerak. Kehilangan
kemampuan untuk bergerak menyebabkan
ketergantungan dan tindakan keperawatan.
 Mobilisasi diperlukan dalam rangka
untuk:kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat penyakit khususnya
penyakit degeneratif, untuk aktualisasi (harga
diri dan bodi image).
1. Gaya hidup

2. Ketidakmampuan
 Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi
seseorang untuk melaksanakan aktifitas kehidupan.
 Ketidakmampuan ada dua macam, ketidakmampuan
primer dan sekunder.
 Ketidakmampuan primer : disebabkan oleh penyakit
atau trauma, contoh : penderita paralisi oleh karena
gangguan pada spinal cord akibat injury.
 Ketidakmampuan sekunder : terjadi dampak akibat
ketidakmampuan secara primer, misal kelemahan otot
dan bedrest.Penyakit-penyakit tertentu dan cidera
berpengaruh terhadap mobilitas.
3. Tingkat energi
 Energi dibutuhkan salah satunya adalah untuk
mobilisasi, tiap individu mempunyai energi yang
bervariasi dan ada kecenderungan seseorang
menghindar dari stressor dalam rangka
mempertahankan kesehatn fisik dan psikologis.
4. Usia
 Usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan
mobilisasi, pada orang tua secara fisiologis ada
penurunan pada aktifitas dan mobilisasi dikaitkan
dengan tingkat tumbuh kembang orang sejak lahir
sampai menjelang usia lanjut.
 
Pengertian
 Pembatasan gerak yang sifatnya untuk

pengobatan atau terapi, seperti pada


penderita tindakan pembedahan, penderita
injury pada tungkai dan lengan..
 Keharusan (tidak dapat dihindari) karena

ketidakmampuan primer, seperti penderita


paralysis.
 Pembatasan secara otomatis sampai dengan

gaya hidup
1. Imobilitas fisik
 Yaitu suatu keadaan dimana seseorang
mengalami pembatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun keadaan orang
tersebut.
2. Imobilitas intelektual
 Dapat disebabkan kurangnya pengetahuan
untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada kasus kerusakan otak.
3. Imobilitas emotional
 Dapat terjadi akibat pembedahan atau
kehilangan seseorang yang dicintai.
4. Imobilitas sosial
 Dapat menyebabkan perubahan interaksi
sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
1. Sistem muskuloskeletal
 Pada sisitem ini dapat terjadi osteoporosis (tulang menjadi rapuh
dan mudah rusak atau fraktur) karena otot tidak dipergunakan
dalam waktu lama menyebabkan atropi otot, kontraktur sering
mengenai jaringan lunak : sendi, tendon dan ligament.
 Selain itu dapat menyebabkan ulkus dekubitus akibat sirkulasi
pada area tertentu tidak baik disertai dengan adanya penekanan
secara terus menerus yang menyebabkan kerusakan pada kulit,
gangguan koordinasi pada ekstrimitas atas dan bawah.
 Upaya pencegahan : membatasi kemampuan klien melaksanakan
aktifitas sehari-hari, membatu keseimbangan dan kemampuan
klien untuk berdiri dan berjalan.
Imobilisasi
 Mengakibatkan penekanan pada daerah yang menonjol
 Tanda yang terlihat : kemerahan, luka pada kulit di ats tulang
prominence
 Penekanan mengakibatkan terhambatnya sirkulasi darah ke
jaringan sehingga menyebabkan iskemic lokal
 Jaringan akan mati dan anoxia selanjutnya menimbulkan
perlukaan.
  
 
 
 
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
2. Eleminasi urine
 Menyebabkan stasis urin karena posisi
berbaring tidak dapat mengosongkan
kandung kemih drcara sempurna,
pembentukan batu akibat stagnasi urin
disertai peningkatan mineral dan
inkontinensia urin akibat kurang aktivitas dan
pengontrolan urinasi menurun, resiko terjadi
renal calculi akibat kenaikan tingkat kalsium
dalam urin
3. Metabolisme gastrointestinal

 Mempengaruhi tiga fungsi sistem


gastrointestinal yaitu pada fungsi ingesti,
digesti dan eleminasi yang meyebabkan
anoreksia, diare atau konstipasi.
 Anoreksia adanya gangguan katabolisme yang

menyebabkan ketidakseimbangan nitrogen.


 Kontipasi akibat kelemahan otot serta

kemunduran reflek defekasi


 Penurunan gerakan pernafasan akibat pembatasan
gerak, kehilangan kordinasi otot atau mungkin akibat
otot kurang digunakn, dapat juga akibat obat-obat
tertentu misal obat sedative dan analgesic.
 Ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida
akibat penurunan gerakan pernafasan sehingga
pemasukan O2 dan pengeluaran CO2 menurun,
sekresi mucus lebih kental dan menempel sepanjang
tractus rerspiratorius, kelemahan otot thorax,
ketidakmampuan inhalasi maksimal, gerakan cilliary
menurun sehingga mekanisme batuk terganggu lalu
mukus menjadi statis dan ini mengakibatkan
berkembangnya bakteri pada tractus respiratori
bagian bawah.
 Dapat terjadi hipotensi orthostatic karena
sistem saraf otonom tidak dapat menjaga
keseimbangan suplai darah ke tubuh sewaktu
seseorang berdiri dari tempat berbaring
dalam waktu yang lama.
 Formasi thrombus (massa padat darah yang
terbentuk di jantung atau pembuluh darah),
hal ini terjadi karena pendorongan darah ke
vena dimana darah tersebut tidak aktif dan
mempunyai vikositas tinggi akibat dehidrai
atau tekanan dari luar pada vena.
 Basa metabolisme rate menjadi turun :
sehingga kebutuhan energi dari tubuh,
motilitas gastrointestinal dan sekresi kelenjar
digestive menjadi menurun,
 ketidakseimbangan proses anabolisme dan
katabolisme sehinggga menyebabkan
nitrogen diekskresikan secara berlebihan dan
selanjutnya terjadi negative nitrogen balance,
anoreksi terjadi akibat intake kalori protein
rendah dalam jangka waktu yang lama dapat
berakibat malnutrisi
 Elastisitas kulit menjadi turun, ischemic dan
nekrosis jaringan superficial : mengakibatkan
ulkus dekubitus yang tersering.
 Ketidakmampuan merubah posisi
menyebabkan hambatan dalam input
sensori , perasaan lelah, irritable, persepsi
tidak realistic dan mudah bingung.
 
 
1. Imobilitas komplit
 Dilakukan pada penderita yang mengalami
gangguan tingkat kesadaran.
2. Imobilitas parsial
 Pada klien dengan gangguan fraktur, misal
fraktur pada ekstrimitas bawah (kaki).
3. Imobilitas alasan pengobatan
 Hal ini dilakukan pada penderita yang dengan
gangguan pernafasan seperti sesak nafas tidak
boleh naik turun tangga, atau pada penderita
penyakit jantung.
 Pada bedrest total : klien tidak boleh
bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh
bergerak ke kamar mandi atau duduk di
kursi, namun apabila bedrest bukan total
klien istirahat ditempat tidur boleh bergerak
dari tempat tidur dan boleh bergerak ke
kamar mandi atau duduk di kursi.
Keuntungan bedrest :
(1) mengurangi kebutuhan sel dalam tubuh
terhadap oksigen, (2) menyalurkan sumber
energi untuk proses penyembuhan dan (3)
dapat mengurangi respon nyeri.
 Ada riwayat imobilitas masa lalu
 Penderita lanjut usia
 Penderita dengan nyeri atau spasme otot.
 Penderita mengalami penurunan sensitivitas

terhadap temperature, nyeri dan tekanan.


 Penderita dengan masalah nutrisi
 Penderita dengan masalah satu sisi tubuh

dalam waktu yang lama.

Anda mungkin juga menyukai