Anda di halaman 1dari 16

IMMOBILITAS

• Pembatasan gerak yang sifatnya untuk


pengobatan atau terapi, seperti pada penderita
tindakan pembedahan, penderita injury pada
tungkai dan lengan.
• Keharusan (tidak dapat dihindari) karena
ketidakmampuan primer, seperti penderita
paralisis.
• Pembatasan secara otomatis sampai dengan
gaya hidup
Jenis immobilitas
1. Imobilitas fisik
Keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan
fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun
keadaan orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual
Disebabkan kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, keterbatasan daya
pikir. Pada kasus kerusakan otak.
3. Imobilitas emosional
Dapat terjadi akibat pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.

4. Imobilitas sosial
Dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang
sering terjadi akibat penyakit.
Dampak atau respon baik fisik maupun psikologis
akibat imobilisasi

1. Sistem musculoskeletal

 Pada sisitem ini dapat terjadi osteoporosis (tulang menjadi rapuh dan
mudah rusak atau fraktur) karena otot tidak dipergunakan dalam waktu
lama menyebabkan atropi otot, kontraktur sering mengenai jaringan lunak
: sendi, tendon dan ligament. Selain itu dapat menyebabkan ulkus
dekubitus akibat sirkulasi pada area tertentu tidak baik disertai dengan
adanya penekanan secara terus menerus yang menyebabkan kerusakan
pada kulit, gangguan koordinasi pada ekstrimitas atas dan bawah.
 Upaya pencegahan : membatasi kemampuan klien melaksanakan aktifitas
sehari-hari, membatu keseimbangan dan kemampuan klien untuk berdiri
dan berjalan.
Proses Ulkus Dekubitus

Imobilisasi : Mengakibatkan penekanan pada daerah yang


menonjol
Tanda yang terlihat : kemerahan, luka pada kulit di ats tulang
prominence
Penekanan mengakibatkan terhambatnya sirkulasi darah ke
jaringan sehingga menyebabkan iskemic lokal
Jaringan akan mati dan anoxia selanjutnya menimbulkan
perlukaan.
  
 
2. Eleminasi urine
• Menyebabkan stasis urin karena posisi
berbaring tidak dapat mengosongkan
kandung kemih secara sempurna,
pembentukan batu akibat stagnasi urin
disertai peningkatan mineral dan
inkontinensia urin akibat kurang aktivitas dan
pengontrolan urinasi menurun, resiko terjadi
renal calculi akibat kenaikan tingkat kalsium
dalam urin.
3. Metabolisme gastrointestinal

• Mempengaruhi tiga fungsi sistem


gastrointestinal yaitu pada fungsi ingesti, digesti
dan eleminasi yang meyebabkan anoreksia,
diare atau konstipasi. Anoreksia adanya
gangguan katabolisme yang meyebabkan
ketidakseimbangan nitrogen, kontipasi akibat
kelemahan otot serta kemunduran reflek
defekasi
4. Respirasi
 Penurunan gerakan pernafasan akibat pembatasan gerak,
kehilangan kordinasi otot atau mungkin akibat otot kurang
digunakn, dapat juga akibat obat-obat tertentu misal obat
sedative dan analgesic. Ketidakseimbangan oksigen dan
karbondioksida akibat penurunan gerakan pernafasan sehingga
pemasukan O2 dan pengeluaran CO2 menurun, sekresi mucus
lebih kental dan menempel sepanjang tractus rerspiratorius,
kelemahn otot thorax, ketidakmampuan inhalasi maksimal,
gerakan cilliary menurun sehingga mekanisme batuk terganggu
lalu mokus menjadi statis dan ini mengakibatkan
berkembangnya bakteri pada tractus respiratori bagian bawah.
5. Kardiovaskuler
 Dapat terjadi hipotensi orthostatic karena sistem
saraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan
suplai darah ke tubuh sewaktu seseorang berdiri
dari tempat berbaring dalam waktu yang lama.
Formasi thrombus (massa padat darah yang
terbentuk di jantung atau pembuluh darah), hal ini
terjadi karena pendorongan darah ke vena dimana
darah tersebut tidak aktif dan mempunyai vikositas
tinggi akibat dehidrai atau tekanan dari luar pada
vena.
6.Metabolisme dan nutrisi
 Basa metabolisme rate menjadi turun : sehingga
kebutuhan energi dari tubuh, motilitas
gastrointestinal dan sekresi kelenjar digestive
menjadi menurun, ketidakseimbangan proses
anabolisme dan katabolisme sehinggga
menyebabkan nitrogen diekskresikan secara
berlebihan dan selanjutnya terjadi negative
nitrogen balance, anoreksi terjadi akibat intake
kalori protein rendah dalam jangka waktu yang
lama dapat berakibat malnutrisi
7.Sistem integumen

• Elastisitas kulit menjadi turun, ischemic dan


nekrosis jaringan superficial : mengakibatkan
ulkus dekubitus yang tersering.
8.Sistem neurosensory

• Ketidakmampuan merubah posisi


menyebabkan hambatan dalam input sensori ,
perasaan lelah, irritabel, persepsi tidak
realistik dan mudah bingung.
 
 
Tingkatan Imobilisasi

1. Imobilitas komplit
 Dilakukan pada penderita yang mengalami gangguan tingkat
kesadaran.
2. Imobilitas parsial
 Pada klien dengan gangguan fraktur, misal fraktur pada
ekstrimitas bawah (kaki).
3. Imobilitas alasan pengobatan
 Hal ini dilakukan pada penderita yang dengan gangguan
pernafasan seperti sesak nafas tidak boleh naik turun
tangga, atau pada penderita penyakit jantung.
 Pada bedrest total : klien tidak boleh bergerak dari
tempat tidur dan tidak boleh bergerak ke kamar
mandi atau duduk di kursi, namun apabila bedrest
bukan total klien istirahat ditempat tidur boleh
bergerak dari tempat tidur dan boleh bergerak ke
kamar mandi atau duduk di kursi.
 Keuntungan bedrest : (1) mengurangi kebutuhan sel
dalam tubuh terhadap oksigen, (2) menyalurkan
sumber energi untuk proses penyembuhan dan (3)
dapat mengurangi respon nyeri.
Pertimbangan klien dilakukan imobilitas

• Ada riwayat imobilitas masa lalu


• Penderita lanjut usia
• Penderita dengan nyeri atau spasme otot.
• Penderita mengalami penurunan sensitivitas terhadap
temperature, nyeri dan tekanan.
• Penderita dengan masalah nutrisi
• Penderita dengan masalah satu sisi tubuh dalam waktu
yang lama.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai