4. Imobilisasi sosial
Keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan
penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam keadaan sosial.
2.3 Penyebab Immobilisasi
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya immobilisasi, yaitu sebagai contoh :
1. Gangguan sendi dan tulang
Penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulangakan menghambat pergerakan.
2. Penyakit Saraf
Adanya stroke, penyakit parkinson dan gangguan saraf tepi juga menimbulkan gangguan
pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.
3. Penyakit Jantung atau Pernafasan
Penyakit jantung atau pernafasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak nafas ketika
beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ- organ tersebut akan mengurangi
mobilitasnya.
4. Gangguan Penglihatan
Rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu bila ada gangguan penglihatan karena ada
kekhawatiran terpeleset, terbentur atau tersandung.
5. Masa Penyembuhan
Pasien yang masih lemah setelah menjalani operasi atau penyakit berat tertentu memerlukan
bantuan untuk berjalan atau banyak istirahat.
Tirah baring atau immobilisasi berkepanjangan dapat membawa akibat- akibat yang
merugikan bagi fisik maupun psikologis. Konsep immobilisasi merupakan hal yang relatif,
dalam arti tidak saja kehilangan pergerakan total tetapi juga terjadi
a. Perubahan Metabolisme
Perubahan metabolisme immobiliasasi dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan
katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat beresiko meningkatkan gangguan metabolisme.
Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen.
Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami imobilitas pada hari kelima dan
keenam. Beberapa dampak perubahan metabolisme, diantaranya adalah pengurangan jumlah
metabolisme, atropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal.
b. Posisi Sims
Posisi sims adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberikan obat supositoria melalui anus.
c. Posisi Trendelenburg
Posisi trendelenburg adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
d. Posisi Dorsal Recumbent
Posisi dorsal recumbent adalah posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
diregangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia
serta proses persalinan.
e. Posisi Lithotomic
Posisi lithotomic adalah posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.