A. Konsep Kebutuhan
1. Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan kemampuan
untuk bergerak mengakibatkan seseorang menjadi ketergantungan dan membutuhkan
tindakan keperawatan. (Kemenkes, 2016)
Imobilisasi adalah ketidakmampuan klien bergerak bebas yang disebabkan kondisi
tertentu atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan Perry 2006). Imobilisasi merupakan
suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu tidak saja kehilangan kemampuan
geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan
normalnya.
Sistem Kardiovaskuler
a. Hipotensi ortostatik: Hipotensi ortostatik terjadi karena sistem saraf otonom tidak
dapat menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh saat klien bangun dari posisi
berbaring yang lama. Darah berkumpul di eksteremitas, dan tekanan darah
menurun drastis dan perfusi diotak mengalami gangguan, akibatnyan klien dapat
mengalami pusing, berkunang-kunang, bahkan pingsan.
b. Pembentukan trambus: Trombus atau massa padat darah di jantung atau
pembuluh darah biasa disebabkan oleh, gangguan aliran balik vena menuju
jantung, hiperkoagulabilitas darah, dan cedera dinding pembuluh darah . Jika
trombus lepas dari dinding pembuluh darah dan masuk ke siskulasi disebut
embolus.
c. Edema dependen: Edema dependen biasa terjadi pada area yang menggantung
seperti kaki dan tungkai bawah, edema akan menghambat aliran balik vena
menuju jantung yang akan meninbulkan lebih banyak edema
Sistem Eleminasi
a. Stasis urine: Stasis urine adalah terhentinya atau terhambatnya aliran urine. Klien
berbaring lama pengosongan ginjal dan kandung urine terlambat, akibat dari
gravitasi yang memainkan peran dalam proses pengosongan urine.
b. Batu ginjal: Imobilisasi bisa terjadi ketidakseimbangan antara kalsium dan asam
sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium, akibatnya urine menjadi lebih basa,
dan garam kalsium mempresipitasi terbentuknya batu ginjal.
c. Retensi urine: Penurunan tonus otot kandung kemih menghambat kemampuan
mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
d. Infeksi perkemihan: Urine yang statis dan juga sifat urine yang basa akibat
hiperkalsiuria merupakan media baik pertumbuhan bakteri. Organisme penyebab
infeksi saluran kemih adalah Escherichia Coli.
Sistem Muskuloskeletal
a. Osteoporosis: Tanpa aktivitas yang memberi beban pada tulang akan mengalami
demineralisasi (osteoporosis), hal ini menyebabkan tulang kehilangan kekuatan
dan kepadatan sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah.
b. Atrofi otot: Otot yang tidak digunakan dalam waktu lama akan kehilangan
sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.
c. Kontraktur dan nyeri sendi: Kondisi imobilisasi jaringan kolagen pada sendi
mengalami ankilosa dan tulang terjadi demineralisasi yang menyebabkan
akumulasi kalsium pada sendi yang berakibat kekakuan dan nyeri pada sendi.
Sistem Pencernaan
Konstipasi: Imobilisasi mempengaruhi pencernaan yaitu konstipasi akibat penurunan
peristaltik dan mobilitas usus. Jika konstipasi berlanjut dan feses sangat keras, maka
perlu upaya kuat untuk mengeluarkannya.
Respirasi
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Tingkat aktivitas klien meliputi :
1) Tingkat 0: klien mampu merawat diri sendiri secara penuh
2) Tingkat 1: klien memerlukan penggunaan alat
3) Tingkat 2: klien perlu bantuan atau pengawasan orang lain
4) Tingkat 3: memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan
5) Tingkat 4: Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan data adanya indikasi rintangan dan
keterbatasan sehingga klien perlu bantuan perawat meliputi :
1) Tingkat kesadaran dan postur/bentuk tubuh
2) Skoliosis, kiposis, lordosis dan cara berjalan
3) Ekstremitas: kelemahan, gangguan sensorik, tonus otot, atropi, tremor,
gerakan tak terkendali, kekuatan otot, kemampuan jalan, kemampuan duduk,
kemampuan berdiri
4) Pergerakan, kemerahan, deformitas, nyeri sendi dan kripitasi, suhu sekitar
sendi.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Mobilitas Fisik
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
Batasan Karakteristik :
- Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
- Kekuatan otot menurun
- ROM menurun
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan
- Merasa cemas saat bergerak
- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
c. Keletihan
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat.
Batasan Karakteristik :
- Merasa energi tidak pulih walaupun sudah tidur
- Merasa kurang tenaga
- Mengeluh lelah
- Tampak lesu
- Kebutuhan istirahat meningkat
- Gangguan tidur
- Gaya hidup monoton
- Kondisi fisiologis (mis. penyakit kronis, penyakit terminal,
anemia. malnutrisi, kehamilan)
- Program perawatan/pengobatan jangka panjang
- Peristiwa hidup negatif
- Stress berlebihan
- Depresi
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan mobilitas fisik NOC NIC
Bulechek, G. (2013). Nursing Intervention Clasification (NIC) 6th edition. Missovri : Elsevier
Saunder
Hartanto. A. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II. Pusat Pendudukan SDM Kesehatan.
Jakarta: Kemenkes.
Moorhead. (2013). Nursing Outcome Clasification (NOC) 3th edition. Missovri : Elsevier
Saunder