Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PRESENTASI JURNAL

HUKUM OBAT DAN MAKANAN


dr. Ayyub Erdiyanto
20220620014

EFEKTIVITAS BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN


TERHADAP PEREDARAN PRODUK PANGAN OLAHAN IMPOR
DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Penulis : Irna Nurhayati, Dosen Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
Tujuan : Laporan Penelitian Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tahun 2008.
Nama Jurnal : MIMBAR HUKUM, Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408
LATAR BELAKANG
• Era Globalisasasi dan Pasca Krisis Ekonomi meningkatkan kebutuhan impor barang dan jasa
• Produk impor yang dianggap memiliki kualitas yang lebih baik, pada kenyataannya terdapat
beberapa produk yang tidak sesuai standarisasi bahkan dapat membahayakan konsumen
• Pasal 21 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyatakan pengamanan
makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan
minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan atau persyaratan kesehatan
• Suatu produk impor yang masuk ke Indonesia seharusnya dipastikan aman, namun produk
dengan kualitas buruk masih saja lolos dan bahkan beredar di Indonesia.
RUMUSAN MASALAH
• Bagaimana efektivitas pengawasan Badan POM terhadap peredaran produk pangan olahan
impor di Indonesia dalam mewujudkan perlindungan konsumen?
• Apakah kendala-kendala dalam pengawasan oleh Badan POM terhadap peredaran produk
pangan olahan impor di Indonesia?
METODE PENELITIAN
• Penelitian hukum empiris
• Penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder : studi dokumen untuk pengkajian
bahan hukum primer dan sekunder
• Untuk menunjang kepustakaan dilakukan juga penelitian lapanagan : untuk mendapatkan
data primer  wawancara berbagai Narasumber
• Hasil penelitian : metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif
PEMBAHASAN
• Pengawasan Badan POM : Pre Market dan Post Market
• Setelah Pre Market selesai  terbit ijin edar berupa kode Makanan Luar (ML) dan Surat Keterangan Impor (SKI)
• Setelah ijin edar (ML) terbit  mengajukan rekomendasi impor kepada Direktur Inspeksi dan sertifikasi Badan POM
RI  hanya berlaku untuk 1x shipment  dokumen yang dikeluarkan Badan POM akan di cek manual dan
komputerisasi melalui Indonesia National Single Window (INSW) oleh Ditjen Bea dan Cukai
• Post Market : pemeriksaan/ inspeksi dilapangan secara berkesinambungan dan berkala (sampling)  dilaporkan 3
bulan sekali
• Laporan juga bisa berasal dari pengaduan (pengaduan di ULPK Badan POM, YLKI, atau informasi media)
• Operasi Inspeksi Gabungan
• Hasil inspeksi jika positif : penarikan produk, perbaikan produk/penggantian produk, pemusnahan produk, PUBLIC
WARNING
• Tugas, fungsi, dan wewenang Badan POM : Pasal 73 Keppres No.166 tahun 2000, SKB Menkes dan Men-PAN
Nomor 264A/Menkes/SKB/VII/2003 dan Nomor 02/SKB/M.PAN/7/2023, PP RI No.28 Tahun 2004 Pasal 37 ayat (2)
• Intansi terkait : Ditjen Bea dan Cukai, Departemen Kesehatan/Dinkes, Departemen Perdagangan/Dinas Perdagangan,
YLKI
• Perbaikan : harus adanya law enforcement, jangan ada keterlambatan informasi dan klarifikasi isu, post market perlu
pengawasan, semua instansi terkait harus berkomitmen, PUBLIC WARNING harus tegas cepat dan tidak
membingungkan, sering melakukan himbaun aktif kepada masyarakat mengenai produk yang aman.
Kendala – kendala :
• Internal : keterbatasan staf Badan POM, inspeksi berkala dan acak menimbulkan celah
kekosongan
• Eksternal : kurang ketatnya pengawasan instansi terkait, importir tidak patuh terhadap
peraturan, konsumen masih enggan mengadu

KESIMPULAN
• Pengawasan Badan POM belum efektif
• Masih banyak produk illegal yang belum mempunyai ijin edar
• Produk illegal sangat membahayakan konsumen
• Law enforcement pada Pre Market dan Post Market harus ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai