Anda di halaman 1dari 23

PERTUSIS

Fitria Dewi Puspita Anggraini


Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro
2020
 Pertusis dapat diderita oleh orang dari
semua kelompok usia, tetapi akan lebih
beresiko pada bayi dan anak.
 Penyakit ini dapat dicegah dengan
imunisasi pada usia dua, empat dan enam
PENDAHULU bulan.

AN  Injeksi booster diperlukan untuk anak


yang berusia 4 tahun serta anak remaja
dan orang dewasa yang sedang tinggal
dan bekerja dengan anak-anak kecil.
 Tersebar diseluruh dunia. Di tempat tempat yang padat
penduduknya dan dapat berupa endemic pada anak.
 Merupakan penyakit paling menular dengan attack rate 80-100
% pada penduduk yang rentan.
 Menyerang semua golongan umur yang terbanyak anak umur 1
EPIDEMIOL tahun, perempuan lebih sering terinfeksi daripada laki laki

OGI  Semakin muda usia terinfeksi akan semakin berbahaya.


 Populasi yang tidak melakukan imunisasi, status malnutrisi dan
riwayat infeksi saluran pernafasan, pertusis akan menjadi
penyebab kematian utama pada dan anak.
 Termasuk dalam kelompok kokobasilus Gram negatif, non
motil dan tidak berspora
 Membutuhkan media darah-gliserin-kentang yang ditambah
penisilin untuk tumbuh tanpa ada hambatan dari organisme
lainnya
 Berukuran 0,5-1 µm dan diameter 0,2-0,3 µm

ETIOLOGI
 Pertusis ditularkan melalui droplet ketika batuk atau bersin.
 Sebagian besar bayi tertular dari saudaranya atau kadang-
kadang orang tuanya.

PENULARAN  Penyakit ini sangat menular dan dapat menyerang dengan rata-
rata serangan mencapai 80-100% pada kelompok yang rentan.
 Masa inkubasinya selama 6-20 hari dengan rata-rata serangan 7
hari.
 Pertusis merupakan toxin mediated disease, yaitu toksinnya
melekat dan melumpuhkan bulu getar saluran nafas (silia),

GEJALA sehingga mengganggu aliran sekret.

KLINIS  Selanjutnya akan terjadi batuk terus-menerus yang diakhiri


dengan whoop (tarikan nafas panjang dan melengking) yang
berlangsung selama 1-10 minggu.
Perjalanan penyakit terbagi dalam 3 fase, yaitu:
 Fase kataralis (1-2 minggu), timbul batuk pada malam hari,
pilek, dan anoreksia.
 Fase spasmodik (2-4 minggu), gejala batuk makin kuat dan
terus-menerus, gelisah, muka merah, diakhiri dengan bunyi
GEJALA whoop (karena glotis menyempit), dapat terberak-berak,

KLINIS terkencing-kencing, bahkan sampai mata menjadi merah atau


mimisan. Aktifitas tertawa atau menangis bisa memicu batuk.
 Fase penyembuhan/konvalesens (1-2 minggu), ditandai
dengan berhentinya bunyi whoop atau muntah. Batuk biasanya
masih menetap kemudian menghilang dalam waktu 2-3
minggu.
PENDERITA
PERTUSIS
Imunisasi anak Anda secara tepat waktu
 Vaksin tidak memberikan perlindungan seumur hidup terhadap
pertusis, dan perlindungan adakalanya tidak lengkap.
 Anak-anak perlu diimunisasi pada usia dua, empat dan enam
bulan.

PENCEGAH  Booster diperlukan pada usia empat tahun dan sekali lagi pada
usia 15 tahun.
AN  Imunisasi dapat diperoleh dari dokter keluarga dan beberapa
institusi kesehatan milik pemerintah setempat.
Jauhkan bayi Anda dari orang yang batuk
 Bayi memerlukan dua atau tiga vaksinasi sebelum terlindung.
Oleh karena itu, penting sekali bayi Anda dijauhkan dari
penderita batuk agar pertusis atau kuman lain tidak ditularkan.
 Penyuluhan kepada masyarakat perlu dilakukan terutama

PENCEGAH orangtua bayi, meliputi edukasi mengenai bahayanya penyakit


ini, serta keuntungan imunisasi pertama pada anak berusia tidak
AN lebih dari dua bulan.
Dapatkan imunisasi jika Anda seorang dewasa yang berada dalam
kontak dekat dengan anak kecil
 Tersedia vaksin untuk orang dewasa. Vaksin ini dianjurkan:
PENCEGAH  Untuk kedua orang tua sewaktu merencanakan kehamilan, atau
AN segera setelah bayi lahir
 Untuk orang dewasa yang bekerja dengan anak kecil, terutama
petugas kesehatan dan petugas penitipan anak.
Jika Anda berada dalam kontak dekat dengan penderita pertusis:
 Perhatikan gejala-gejalanya. Jika gejala timbul segerlah
periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan terdekat.

PENCEGAH  Beberapa kontak dekat yang menghadapi risiko tinggi (mis.


anak di bawah usia satu tahun, anak yang belum divaksinasi
AN secara lengkap dan wania di akhir kehamilannya) dan orang
lain yang hidup atau bekerja dengan orang yang menghadapi
risiko tinggi mungkin perlu menggunakan antibiotik untuk
mencegah infeksi.
Jika Anda menderita pertusis:
 Dapatkan perawatan dini sebelum menularkan penyakit, jauhi
diri dari orang lain dan jauhi dari anak kecil, mis. di pusat
penitipan anak, prasekolah dan sekolah.

PENCEGAH
AN
 Jika seorang dokter merasa bahwa seseorang menderita pertusis,
sekaan dari belakang hidung atau tes darah mungkin dilakukan untuk
membantu mengkonfirmasikan diagnosis.
 Curiga pertusis jika anak batuk berat lebih dari 2 minggu, terutama
jika penyakit diketahui terjadi lokal. Tanda diagnostik yang paling
berguna:

CARA 1. Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi, sering


disertai muntah.

DIAGNOSIS 2. Perdarahan subkonjungtiva


3. Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap pertusis
4. Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, akan tetapi batuk yang
diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau napas berhenti
tanpa batuk
5. Periksa anak untuk tanda pneumonia dan tanyakan riwayat kejang.
 Kasus ringan pada anak-anak umur ≥ 6 bulan dilakukan secara
rawat jalan dengan perawatan penunjang.
 Umur < 6 bulan dirawat di rumah sakit, demikian juga pada

TATA
anak dengan pneumonia, kejang, dehidrasi, gizi buruk, henti
napas lama, atau kebiruan setelah batuk.
LAKSANA  Beri eritromisin oral (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama
10 hari atau jenis makrolid lainnya. Hal ini tidak akan
memperpendek lamanya sakit tetapi akan menurunkan periode
infeksius.
Terapi Oksigen
 Beri oksigen pada anak bila pernah terjadi berhenti napas atau
batuk paroksismal berat.
 Gunakan nasal prongs, jangan kateter nasofaringeal atau
kateter nasal, karena akan memicu batuk. Selalu upayakan agar
TATA lubang hidung bersih dari mukus agar tidak menghambat aliran
oksigen.
LAKSANA  Terapi oksigen dilanjutkan sampai gejala yang disebutkan di
atas tidak ada lagi.
 Perawat memeriksa sedikitnya setiap 3 jam, bahwa nasal
prongs berada pada posisi yang benar dan tidak tertutup oleh
mukus dan bahwa semua sambungan aman.
Tatalaksana jalan napas
 Selama batuk paroksismal, letakkan anak dengan posisi kepala
lebih rendah dalam posisi telungkup, atau miring, untuk
mencegah aspirasi muntahan dan membantu pengeluaran

TATA sekret.

LAKSANA  Bila anak mengalami episode sianotik, isap lendir dari hidung
dan tenggorokan dengan lembut dan hati-hati.
 Bila apnea, segera bersihkan jalan napas, beri bantuan
pernapasan manual atau dengan pompa ventilasi dan berikan
oksigen.
Perawatan penunjang
 Hindarkan sejauh mungkin segala tindakan yang dapat merangsang
terjadinya batuk, seperti pemakaian alat isap lendir, pemeriksaan
tenggorokan dan penggunaan NGT.
 Jangan memberi penekan batuk, obat sedatif, mukolitik atau antihistamin.
 Obat antitusif dapat diberikan bila batuk amat sangat mengganggu.

TATA  Jika anak demam (≥ 39º C) yang dianggap dapat menyebabkan distres,
berikan parasetamol.
LAKSANA  Beri ASI atau cairan per oral. Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa
nasogastrik dan berikan makanan cair porsi kecil tetapi sering untuk
memenuhi kebutuhan harian anak. Jika terdapat distres pernapasan,
berikan cairan rumatan IV untuk menghindari risiko terjadinya aspirasi
dan mengurangi rangsang batuk. Berikan nutrisi yang adekuat dengan
pemberian makanan porsi kecil dan sering. Jika penurunan berat badan
terus terjadi, beri makanan melalui NGT.
 Pemantauan
 Anak harus dinilai oleh perawat setiap 3 jam dan oleh dokter
sekali sehari. Agar dapat dilakukan observasi deteksi dan terapi
TATA dini terhadap serangan apnea, serangan sianotik, atau episode

LAKSANA batuk yang berat, anak harus ditempatkan pada tempat tidur
yang dekat dengan perawat dan dekat dengan oksigen. Juga
ajarkan orang tua untuk mengenali tanda serangan apnea dan
segera memanggil perawat bila ini terjadi.
Pneumonia
KOMPLIKAS Kejang
I Status Gizi Kurang
Perdarahan dan Hernia
 Beri imunisasi DPT pada pasien pertusis dan setiap anak dalam
TINDAKAN keluarga yang imunisasinya belum lengkap.

KESEHATAN  Beri DPT ulang untuk anak yang sebelumnya telah diimunisasi.

MASYARAK  Beri eritromisin suksinat (12.5 mg/kgBB/kali 4 kali sehari)


selama 14 hari untuk setiap bayi yang berusia di bawah 6 bulan
AT yang disertai demam atau tanda lain dari infeksi saluran
pernapasan dalam keluarga.
 Carilah jurnal dengan judul “Laporan kasus berbasis bukti
Perbandingan Efektivitas dan Keamanan Vaksin Pertusis
Aselular dan Whole-cell”
 Informasi apa saja yang anda dapatkan terkait pertusis?
Jelaskan secara rinci dan tuliskan hasilnya dalam sebuah paper
 Kerjakan secara individu

Anda mungkin juga menyukai