Anda di halaman 1dari 10

TINGKAT

BUNGA
KELOMPOK 3
Nama
Anggota
AYUB YOSEPH W. KEDOH
BRYAN RIVANZA D. LEDOH
GRACIA ARIELLA JENICE TANELAB
NATALIA YOLANDA BANUNAEK
REINY IMANUELA KUDJI
STELAMARIS DERAN OLA
YOLANDA IGNASIA WUE
Pokok
1.
Bahasan
Pengertian Tingkat Suku Bunga

2. Teori Tingkat Suku Bunga

3. Jenis Tingkat Suku Bunga

4. Case Methode: Kebijakan BI 7 Day RR di Masa Pandemi


PENGERTIAN TINGKAT SUKU
Menurut Para Ahli
1. Boediono (2014:76), tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga merupakan harga dari
BUNGA BUNGA
adalah harga dari penggunaan dana investasi
(loanable funds). Tingkat suku bunga penggunaan uang yang dinyatakan dalam
merupakan salah satu indikator dalam persen untuk jangka waktu tertentu. Selain
menentukan apakah seseorang akan itu, tingkat suku bunga merupakan harga
melakukan investasi atau menabung. yang didapatkan dari penggunaan dana
2. Sunariyah (2013:80), suku bunga adalah harga investasi dalam periode waktu tertentu,
dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai dan merupakan indikator dalam
persentase uang pokok per unit waktu. Bunga
menentukan apakah seseorang akan
merupakan suatu ukuran harga sumber daya
yang digunakan oleh debitur yang harus melakukan investasi atau menabung.
dibayarkan kepada kreditur.
TEORI TINGKAT SUKU BUNGA
1. Teori Klasik: Loanable Funds : Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah
harga dari penggunaan loanable funds (dana yang siap dipinjamkan), dan bunga
dapat diartikan juga sebagai harga yang terjadi di pasar dana investasi dalam suatu
periode tertentu.
2. Teori Keynesian: Liquidity Preference : Menurut Keynes, tingkat bunga ditentukan
oleh penawaran dan permintaan akan uang. Dimana terdapat 3 (tiga) motif
mengapa orang menghendaki untuk memegang uang, yaitu motif transaksi, motif
berjaga-jaga, dan motif spekulasi.
3. Teori Sintesis Klasik dan Keynesian: IS-LM : Dalam teori klasik dinyatakan bahwa
bunga timbul karena uang adalah “produktif”. Apabila terdapat sebuah dana di
tangan seorang pengusaha, dengan dana tersebut bisa menambah alat produksinya
yang menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Sehingga uang dalam teori
digunakan sebagai dana investasi.
4. Teori Paritas Tingkat Bunga : Teori paritas merupakan teori penentuan tingkat bunga
dalam negeri yang dikaitkan dengan tingkat bunga yang terjadi di luar negeri.
JENIS TINGKAT SUKU
Tingkat Bunga BUNGA Tingkat Bunga Riil
Nominal
Tingkat bunga nominal adalah Tingkat bunga riil adalah suku
tingkat bunga yang harus dibayar bunga yang telah mengalami
disamping pengembalian pinjaman korelasi akibat inflasi dan
pokok pada saat jatuh tempo dan didefinisikan sebagai suku bunga
merupakan penjumlahan dari unsur- nominal dikurangi laju inflasi.
unsur tingkat bunga, yaitu: tingkat
bunga murni, premi resiko, biaya
transaksi,dan laju inflasi..
Case Methode: Kebijakan BI 7 Day RR di Masa
Pandemi
Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan mengimplementasikan
suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang
berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016, menggantikan BI Rate. Penguatan kerangka operasi moneter
ini merupakan hal yang lazim dilakukan di berbagai bank sentral dan merupakan best practice
internasional dalam pelaksanaan operasi moneter. Kerangka operasi moneter senantiasa
disempurnakan untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam mencapai sasaran inflasi yang
ditetapkan. Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru
karena dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil. Instrumen BI 7-Day
(Reverse) Repo Rate sebagai acuan yang baru memiliki hubungan yang lebih kuat ke suku bunga
pasar uang, sifatnya transaksional atau diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman pasar
keuangan, khususnya penggunaan instrumen repo.
Dalam masa pandemi covid-19, Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate
(BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,25%, dan suku bunga Lending Facility
sebesar 25 bps menjadi 4,75%. Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga dan
sebagai langkah lanjutan untuk mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19.
1. Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai nilai fundamental dan mekanisme pasar akan terus dilanjutkan, di tengah masih
berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global.
2. Untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi COVID-19, Bank Indonesia lebih menekankan pada penguatan sinergi
ekspansi moneter dengan akselerasi stimulus fiskal Pemerintah. Dalam hal ini, Bank Indonesia berkomitmen untuk melakukan
pendanaan atas APBN 2020 melalui pembelian SBN dari pasar perdana secara terukur, baik sesuai mekanisme pasar maupun secara
langsung sebagai bagian dari upaya untuk biaya kesehatan, perlindungan sosial, serta sektoral K/L dan Pemerintah Daerah guna
mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional. Di samping itu, Bank Indonesia juga berbagi beban dengan Pemerintah untuk
mempercepat pemulihan UMKM dan korporasi.
3. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi langkah-langkah kebijakan dengan Pemerintah dan KSSK untuk menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan, termasuk penyediaan pendanaan bagi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui mekanisme
repo dan/atau pembelian SBN yang dimiliki LPS sesuai Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2020.
4. Bank Indonesia juga terus mempercepat digitalisasi sistem pembayaran untuk percepatan implementasi ekonomi dan keuangan digital
sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi melalui kolaborasi antara bank dan fintech untuk melebarkan akses UMKM dan
masyarakat kepada layanan ekonomi dan keuangan.
Kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,00% masih di pertahankan hingga bulan Oktober
tahun 2020. Kemudian pada tahun 2021-2022 Bank Indonesia menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR)
sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.
Keputusan tersebut guna menjaga stabilitas dan memperkuat pemulihan setelah pandemic covid-19. Hal tersebut
konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global
terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Bank Indonesia terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi
dan inflasi inti ke depan, serta memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan baik melalui stabilisasi
nilai tukar Rupiah, penguatan operasi moneter, dan suku bunga.
Setelah masa pandemi covid-19 berakhir, saat ini kebijakan Bank Indonesia pada bulan Maret 2023 memutuskan
untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar
5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Keputusan tersebut guna menjaga stabilitas dan mendorong
kemajuan ekonomi. Hal tersebut konsisten dengan stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking
untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai