Anda di halaman 1dari 24

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

DAN PENINGKATAN GIZI


MASYARAKAT

Oleh
UPT PUSKESMAS PANTAI LUNCI

1
DEFINISI :
Pertumbuhan :
- bertambahnya ukuran & jumlah sel/
jaringan interseluler , berarti
bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh
- contoh: BB, TB, LK, dll
KUANTITATIF
PENGERTIAN ILMU GIZI

 Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu


cabang ilmu yang mempelajari proses
pangan setelah dikonsumsi oleh
manusia, masuk ke dalam tubuh,
mengalami pencernaan, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme
serta pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang
sehat serta gigi yang sehat pula.
Fungsi dari Gizi
 Memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan/perkembangan serta
mengganti jaringan tubuh yang rusak
 Memperoleh energi guna melakukan
kegiatan sehari-hari
 Mengatur metabolisme dan mengatur
berbagai keseimbangan air, mineral dan
cairan tubuh yang lain
 Berperan dalam mekanisme pertahanan
tubuh terhadap berbagai penyakit (protein).
Gizi dalam kesehatan
masyarakat
 Terkait erat dengan ”gisi kesehatan masyarakat”
adalah ”kesehatan gizi masyarakat,” yang mengacu
pada cabang populasi terfokus kesehatan
masyarakat yang memantau diet, status gizi dan
kesehatan, dan program pangan dan gizi, dan
memberikan peran kepemimpinan dalam
menerapkan publik kesehatan prinsip-prinsip untuk
kegiatan yang mengarah pada promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit melalui pengembangan
kebijakan dan perubahan lingkungan.
 Definisi Gizi kesehatan masyarakat merupakan
penyulingan kompetensi untuk gizi kesehatan
masyarakat yang disarankan oleh para pemimpin
nasional dan internasional dilapangan.
Indikator Status Gizi
 Indikator status gizi yaitu tanda-tanda
yang dapat memberikan gambaran
tentang keadaan keseimbangan antara
asupan dan kebutuhan zat gizi oleh
tubuh. Indikator status gizi umumnya
secara langsung dapat terlihat dari
kondisi fisik atau kondisi luar seseorang.
 contoh: pertumbuhan fisik → ukuran
tubuh → antropometri (berat badan,
tinggi badan, dan lainnya).
MASALAH GIZI DI INDONESIA
Indonesia mengalami masalah gizi ganda

 Gizi Kurang:

Kurang Energi Protein (KEP)


Anemia Gizi Besi (AGB)
Kurang Vitamin A (KVA)
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)
Gangguan kurang zat gizi mikro lain (Zn)

 Gizi Lebih
7
PERMASALAHAN GIZI

DI INDONESIA
Kategori A
(Kurus/Pendek)
Kategori B
INDONESIA:
• MALAYSIA Kurang Vit A & Zat Besi
• TIMOR
• LOAS  Kurang Energi
• FILIPINA
KAMBOJA
• MYANMAR
• THAILAND Protein (Kurus dan
Pendek)

 Kurang Vitamin A
• INDONESIA  Anemia Gizi Besi
 Gizi Lebih
(Overweight)
• CINA  Kurang Yodium
Kategori C
Overweight 3%

Sumber: World Bank 2006: Reposition Nutrition as Central to Development


Cara-Cara Perbaikan Status
Gizi
 Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut
umur, berat badan, jenis kelamin, dan aktivitas;
 Susunan menu seimbang yang berasal dari beraneka
ragam bahan makanan, vitamin, dan mineral sesuai
dengan kebutuhan
 Menu disesuaikan dengan pola makan;
 Peningkatan kadar Hb dilakukan dengan pemberian
makanan sumber zat besi yang berasal dari bahan
makanan hewani karena lebih banyak diserap oleh
tubuh daripada sumber makanan nabati;
 Selain meningkatkan konsumsi makanan kaya zat
besi, juga perlu menambah makanan yang banyak
mengandung vitamin C, seperti pepaya, jeruk, nanas,
pisang hijau, sawo kecik, sukun, dll.
KEKURANGAN GIZI
Kekurangan Gizi:
1. Masih cukup besar…

<10%
10-19.9%
20-29.9%

30-39.9%
>=40%
Catatan: Susenas 2005, Untuk Prov. NAD, informasi berasal dari Lap. Survei Depkes-UNICEF, 2005
2. dan mengkhawatirkan!
Ibu hamil dan bayi 0-2 tahun kurang gizi: hambatan
perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan belajar dan
rendahnya produktifitas yang bersifat permanen (irreversible).
• Fisik anak kurang gizi dapat diperbaiki:

• Tapi perkembangan otaknya, tidak dapat diperbaiki:

• Kurang gizi pada usia dini meningkatkan resiko berbagai


penyakit degeneratif (jantung, kanker, dll) pada saat
dewasa
ANEMIA GIZI BESI
Prevalensi
Kelompok Umur 1995
2001
• Remaja Putri(15-19 th) 57,1%
26,5%
• Bumil 50,9% 40,1%
• Balita 40,5%
47,0%
• Anak Usia Sekolah 47,2% -
• WUS 39,5% 25,7%
• Usia Produktif 48,9%
26,6%
13
Usia Lanjut
Sumber: Survei• Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 57,9% -
KURANG VITAMIN A

 50% (10 juta) anak balita menderita


Kurang Vit. A Sub-klinis (serum retinol < 20
g/L)
 0,33% (66 ribu) anak balita disertai dengan
gejala Xeropthalmia (bercak bitot’s) yang
terancam kebutaan
 > 0,50% Masalah kesehatan Masyarakat
(WHO)

(Sumber: Survei Vitamin A (Suvita), 1992


14
GANGGUAN AKIBAT KURANG
YODIUM
 45% daerah (kecamatan) endemik:
30% endemik ringan
7 % endemik sedang
8 % endemik berat
 87 juta penduduk tinggal di daerah
endemik (prevalensi 9.8%)
(Sumber: mapping GAKY, 1998)

 Prevalensi GAKY: 11.1 %


(Sumber: Survei GAKY, 2003)

Catatan: data diatas tidak dapat


dibandingkan karena perbedaan sampling 15
MASALAH KURANG GIZI DALAM SIKLUS KEHIDUPAN

IMR, perkemb mental,


risiko penyakit kronis
pada usia dewasa
Tumbuh
USIA LANJUT kembang
KURANG GIZI terhambat

BBLR
BALITA KEP

K EK
S
WU K EK
M IL N B B REMAJA &
BU I K A ) USIA SEKOLAH
E NA DAH
(K EN
R

Sumber : Gangguan Pertumbuhan,


Nutrition Throughout The MMR meningkat prestasi & produktivitas
Life Cycle. 1999
Kurang/ rendah
Penyebab Umum Kurang Gizi
Dampak KURANG GIZI

Penyebab Makan Penyakit Infeksi


Tidak Seimbang
langsung

Pola Asuh Sanitasi, air bersih


Penyebab Persediaan Pangan
Tidak langsung dan pelayanan
kesehatan

Kurang Pendidikan , Pengetahuan dan Keterampilan

Pokok Masalah
di Masyarakat
Pemberdayaan wanita &
Masyarakat

Pengangguran , inflasi , kurang pangan dan kemiskinan

Akar Masalah
nasional Krisis Ekonomi , Politik ,
dan Sosial
Kurang gizi terjadi karena:
1. Akses terhadap pangan rendah
2. Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau
terserang penyakit
3. Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum
4. Bayi sudah diberi MP-ASI sebelum usia 4/6 bulan
5. Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat
6. Anak < 2 tahun diberi makanan kurang atau
densitas energinya kurang
7. Makanan tidak mempunyai kadar zat gizi mikro
cukup
8. Penanganan diare yang tidak benar
9. Makanan kotor/terkontaminasi
Pola Makan dan Aktifitas Fisik

 Peningkatan prevalensi penyakit tidak


menular seperti kardiovaskular, hipertensi,
kanker menunjukkan perubahan pola hidup,
terutama kebiasaan makan yang tidak
sehat dan aktifitas fisik yang kurang.
Upaya mengatasi kurang gizi
 Fokus pada keluarga miskin
 Meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk mengurangi
bayi dengan berat lahir rendah
 Meningkatkan program perbaikan zat gizi mikro
 Meningktaktan program gizi berbasis masyarakat
 Memperbaiki sektor lain yang treakit erat dengan gizi
(pertanian, air dan sanitasi, perlindungan,
pemberdayaan masyarakat dan isu gender)
 Memperkuat upaya jangka pendek dengan tetap
melakukan upaya jangka panjang
Menuju Gizi yang lebih Baik
Jangka Pendek:
• ASI Eksklusif
• MP-ASI
• Penimbangan
• Pelayanan kesehatan dan gizi ibu hamil
• Suplemen zat gizi mikro
• Fortifikasi
• Penyuluhan
• Pendidikan gizi dan higiene
• Perilaku hidup sehat
Menuju Gizi yang lebih Baik
Jangka Panjang:
• Pelayanan kesehatan dasar (termasuk KB dan
Penyakit menular)
• Akses ke air bersih dan sanitasi
• Kebijakan iklan/pemasaran susu formula
• Peningkatan ketahanan pangan
• Perbaikan pendapatan
• Penciptaan lapangan kerja
• Meningkatkan status perempuan
• Pendidikan ibu
• Perlindungan Sosial
Menjadi
Keluarga Sadar Gizi
 Seluruh anggota keluarga berstatus gizi baik
 Tidak ada lagi BBLR
 Keluarga telah menggunakan garam
beryodium
 Semua bayi 0-6 bulan hanya diberi ASI saja
 Semua balita naik berat badannya
 Tidak ada lagi anggota keluarga yg
mengalami gizi lebih

Anda mungkin juga menyukai