Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN KAIMANA

PERCAPATAN PENURUNAN STUNTING DAN


PENGHAPUSAN KEMISKINAN EKSTREM
DI KABUPATEN KAIMANA

Disampaikan oleh :

Bupati Kaimana

Freddy Thie
Dalam rangka Rapat Teknis ROADSHOW
Menko PMK dalam Percepatan Penurunan
Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrim
Tahun 2023
Kondisi Stunting dan Kemiskinan Ekstrem
Angka Stunting
Prevalensi Stuntung
Prevalensi Stuntung Tahun 2022
Tahun 2021
30 29.2
28.5
Series1
21.6
Series1
26.2

24.4

 Pada Tahun 2022 angka stunting Kabupaten Kaimana 29,2 %, kenaikan 0,7% jika
dibandingkan dengan tahun 2021 28,5 %

 Kondisi ini menunjukan Kab. Kaimana berada di atas angka Provinsi dan Nasional pada
tahun 2021 dan tahun 2022 Kab. Kaimana berada di bawah provinsi 29.2%.

 Dengan melihat angka tersebut, implementasi program-program penurunan stunting


belum berjalan maksimal dalam mendukung target capaian nasional.
Angka Kemiskinan

Presentase Penduduk Miskin


Presentase Penduduk Miskin Tahun 2021 Tahun 2022

Kabupaten Provinsi Papua Indonesia


Kaimana Barat

Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat Indonesia

 Presentase Penduduk miskin Tahun 2021 Kabupaten Kaimana berada


Tahun Jumlah Penduduk Miskin
pada angka 16,04% lebih rendah dari Provinsi PB yaitu 21,82 dan
Kabupaten Kaimana
lebih tinggi dari presentasi penduduk miskin di Indonesia yaitu
2020 9.52 9,71%. Demikian halnya pada Tahun 2022, Kabupaten Kaimana turun
menjadi 15,29%, Provinsi PB presentasinya menjadi 21,43 dan 9,57%
2021 10.31 untuk indonesia.
 Pada Tahun 2020, Kabupaten Kaimana berhasil menurungkan angka
2022 10.11 kemiskinan menjadi 9,52 dari tahun sebelumnya. Namun pada Tahun
2021 angka kemiskinan naik lagi menjadi 10.31.
 Dari Data Jumlah penerimaan bantuan di Kabupaten Kaimana ± 2000 sementara data DTKS ±
4.900 jiwa terjadi selisi 2 digit antara Jumlah Penerima BLT dan data DTKS dan selisi 8 digit dari
Jumlah penduduk miskin di Kabupten Kaimana.
Isu Permasalahan Penurunan Stunting

Tata Kelola

PERENCANAAN
 Penurunan Stunting belum tergambarkan secara menyeluruh
dalam perencanaan OPD terkait, baik dalam indikator maupun
anggaran.
 Komitmen yang masih kurang oleh stakeholder terkait dalam
penurunan stunting.

IMPLEMENTASI
Dukungan Dana BOKB,
 Keterbatasan anggaran dlm mendukung pelaksanaan
belum maksimal di gunakan
kegiatan, peningkatan kapasitas tenaga pendmping
hinggapelaksanaan koordinasi di daerah.
 Koondisi geografis, faktor kondisi alam, ketersediaan
fasilitas.
 Belum maksimalnya koordinasi, dan SDM yang terbatas
secara kualias maupun kuantitas dlm implementasi
program.

MONITORING DAN EVALUASI

 Pelaksanaan Monitoring ke Lokasi Lokus masih


rendah, sehingga kualitas Monev Penurunan stunting
juga rendah
Isu Permasalahan Penurunan Stunting
1. Skrining Anemia Bagi Remaja Putri 5. Pemberian PMT bagi Bumil Kurang Energi Kronik (KEK)

• Belum Ada MoU dengan sekolah terkait skrining dan I • Bantuan Makanan tambahan Bagi Bumil masih terbatas
karena bersumber dari 1 pos bantuan
Pemeriksaan Anemia bagi Remaja Putri. N • Distribusi juga masih tidak tepat sasaran.
• Alat Pendukung (HB meter) belum tersedia, sehingga
belum terlaksana T
6. Pemantauan Pertumbuhan
E
2. Konsumsi TTD Bagi Remaja Putri • Rendahnya pertisipasi masyarakat ke posyandu dalam
R memantau pertumbuhan dan perkembangan balita.
 Pemberian TTD sudah dilakukan namun belum
maksimal karena ada sebagian yg belum dapat TTD
V • Masih kurangnya tenaga kesehatan dan kader posyandu.
• Kader posyandu belum semuanya dilatih untuk
 Kewajiban sekolah mengawasan siswa untuk E pemantauan perkembangan balita
mengkonsumsi TTD belum optimal • Mobilisasi masyarakat tinggi
N
S 7. Permebrian ASI Ekslusif
3. Pemeriksaaan Kehamilan
 Rendahnya bumil dalam pemeriksaan kehamilan se dini I • Pengetahuan keluarga yang rendah tentang pentingnya
ASI Eksklusif dan MP-ASI
mungkin
• Sosialisasinya Pemberian Makanan Bayi dan Anak
 Jangkauan ke Cakupan layanan jauh
 Jangkauan tenaga kesehatan terbatas dan sulit S (PMBA) kepada masyarakat belum optimal

menjangkau masyarakat pedalaman P 8. Pemberian PMT bagi Balita Gizi Kurang


 Tidak semua kampung tersedia faskes. • Bantuan Makanan tambahan Bagi Balita masih terbatas
E karena bersumber dari 1 pos bantuan
4. Ibu hamil mengkonsumsi TTD S • PMT tidak dimanfaatkan tepat sasaran.
• PMT menjadi makanan utama
 Jangkauan ibu Hamil ke Faskes jauh utk I
masyarakat di daerah terjauh
 Belum semua ibu hamil dapat mengkonsumsi TTD
F 9. Imunisasi
 Belum semua Balita mendapatkan Imunisasi
(90 tablet) selama kehamilan) I  Akses masyarakat yang sulit ke faskes
 Masih ada Bumil yang tidak mendapatkan TTD
K  Tenaga Kesehatan yang terbatas dan sulit menjangkau
daerah sulit
 Mobilisasi masyarakat yang tinggi
Isu Permasalahan Penurunan Stunting
Cakupan Sanitasi Layak
I • Kemampuan Anggaran yang tidak mencukupi pembiayaan secara keseluruhan
N • Sebagian kampung dengan permukiman berada di daerah dataran rendah dan
rawan tergenang air.
T
Cakupan Air Minum Layak
E
• Anggaran yang tidak mencukupi pembiayaan secara keseluruhan
R • Adanya kampung yang potensi air bersihnya terbatas dan juga sulit di jangkau
V
Cakupan Rumah Layak Huni
E
• Kemampuan Anggaran yang tidak mencukupi pembiayaan pembangunan
N perumahan secara keseluruhan
S • Adanya Permukiman yang rumahnya sulit di mendapatkan pelayanan karena
cakupannya daya jangkau dan faktor georafis.
I
Cakupan KB
S • Akses ke tempat pelayanan daerah terpencil sulit baik transportasi maupun keterbatasan
pembiayaan
E • Terbatasnya Tenaga Penyuluh Lapangan KB
N
Cakupan GIZI
S
• Belum Maksimal Edukasi tentang gizi kepada masyarakat.
I
T Cakupan Bantuan Sosial
I • Kurangnya koordinasi antar stakeholder
• Identitas penduduk yang kurang lengkap
F • Data penerima Bansos masih rendah.
Isu Permasalahan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem
Identifikasi Masalah
Kesehatan Pendidikan
• Prevalensi Balita stunting Masi tinggi • Partisipasi Pendidikan yang masih
• Faskes dan tenaga kesehatan masih rendah
terbatas di kampung-kampung
• Tinggi angka putus sekolah
• Rendahnya sosialisasi prilaku hidup
sehata.
• Distribusi Guru yang belum merata
• Rendahnya kualitas dan terbatasnya
tenaga pengajar
Infrastruktur
• Keterbatasan akses infrastruktur dasar Sosial
(Air minum, jaringan listrik, rumah • Masih banyak Masyarakat yang belum
layak huni) memiliki NIK
• Jumlah Penduduk miskin tinggi ,
Tenaga Kerja distribusi bantuan terbatas.
• Terbatasnya lapangan kerja

Ekonomi
Rendahnya Daya Sang Tenga kerja • Masih minimnya lapangan kerja baru dan
• Daya serap tenaga kerja OAP
terbatasnya pemanfaatan peluang-peluang
Kaimana masih rendah
ekonomi baru di kalangan penduduk miskin.
• Kurangnya pembinaan terhadap usaha dan
kegiatan ekonomi produktif masyarakat miskin,
termasuk ekonomi keluarga, terutama di
kampung-kampung
Harapan dan Usulan kepada Pemerintah Pusat
1. Dinas Kesehatan
a) Peningkatan Status RS dari tipe C ke B
b) Tambah USG sebanyak 5 unit
c) Penguatan Kapasitas tenaga kesehatan
d) Peningkatan SARPRAS Kesehatan
e) Pengangkatan Tenga Kesehatan Kontrak menjadi PNS

2. TIM Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)


a) Pembinaan TPPS oleh Provinsi secara rutin
b) Sport Dana kelanjutan Program
c) Penambahan anggaran dalam peninjauan lapangan
d) Peningkatan Kapasitas melalui bimbingan teknis baik oprator maupun
pengelola program

3. TIM Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)


a) Peningkatan Kapasitas TKPKD dalam penyusunan kebijakan penghapusan
kemiskinan ekstrem
b) Dibutuhkan perhatian khusus berupa pengalokasian anggaran untuk menjawab
program-program pembangunan infrastruktur dasar ( Jalan, Listrik , Air bersih,
sanitasi, jembatan pengumpul
c) Adanya kepastian anggaran untuk keberlanjutan program kebijakan
penghapusan kemiskinan ekstrem
TERIMA KASIH
“It ftag esu It rarum esu”
Satu hati satu tujuan

Anda mungkin juga menyukai