Anda di halaman 1dari 26

Sifat – Sifat Gelombang

• Pemantulan Gelombang (Refleksi Gelombang)


• Pembiasan Gelombang (Refraksi Gelombang)
• Interferensi Gelombang
• Difraksi gelombang
• Polarisasi Gelombang
Pemantulan Gelombang (Refleksi Gelombang)

Pemantulan adalah ketika sebuah


gelombang datang pada suatu bidang
datar maka gelombang tersebut akan
dipantulkan
Menurut Hukum
Snellius,
gelombang
datang,
gelombang
pantul, dan garis
normal berada
pada satu bidang
dan sudut datang
akan sama dengan
sudut pantul,
sudut i = sudut r
Pembiasan Gelombang (Refraksi Gelombang)

pembiasan
adalah
pembelokan
gelombang
yang
disebabkan
perubahan
panjang
gelombang
• Menurut Hukum Snellius tentang pembiasan:
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias,
terletak pada satu hidang datar.
2. Sinar yang datang dari medium dengan indeks
bias kecil ke medium dengan indeks bias yang lebih
besar dibiaskan mendekati garis normal, dan
sebaliknya.
3. Perbandingan nilai sinus sudut datang (sin i)
terhadap sinus sudut bias (sin r) dari satu medium
ke medium lainnya selalu tetap. Perbandingan ini
disebut sehagai indeks bias relatif suatu medium
terhadap medium lain.
Secara matematis Hukum Snellius dapat dirumuskansebagai berikut:
n1 sin i = n2 sin r
atau
n2 /n1 = sin i / sin r
    n1= indeks bias medium pertama
n2 adalah indeks bias medium kedua
i adalah sudut datang
r adalah sudut bias.

Indeks bias mutlak didefinisikan sebagai berikut:


    n= c/v
Dengan :
c = laju cahaya di ruang hampa ( 3 x 108 m/s)
v = laju cahaya dalam suatu medium
Interferensi Gelombang
adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh
gelombang yang berpadu
Difraksi gelombang

adalah lenturan
gelombang
yang
disebabkan
adanya
penghalang
berupa celah
Polarisasi Gelombang
Percobaan Melde
Jika tali yang panjangnya l, dibentangkan dan
diberi beban lewat katrol serta ujung
digetarkan terus menerus, maka pada tali
akan terbentuk gelombang transversal yang
stasioner (diam).
Menurut Meldel, cepat rambat
gelombang pada tali adalah :
berbanding lurus dengan akar kuadrat
tegangan tali (F) berbanding terbalik
dengan akar kuadrat massa (m) per
satuan panjang tali (l) atau (μ)
Sehingga dapat dirumuskan :
v = √F/μ = √Fl/m

Karena ρ=m/V dan V=Al

v=√F/ρA
• Kolom udara dapat beresonansi, artinya dapat
bergetar. Kenyataan ini digunakan pada alat
musik yang dinamakan Organa,  baik organa
dengan pipa tertutup maupun pipa terbuka.
Pipa Organa Terbuka
• Pada gambar di samping terlihat 1 simpul
diantara 2 perut. Ini berarti pipa organa
bergetar dengan nada terendah yang disebut
nada dasar organa. Frekwensi nada dasar
dilambangkan fo, jadi l = λ 1 atau λ 1 = 2l,
sehingga fo= v/2l.
• Pada gambar di bawah memperlihatkan dua
simpul dan satu perut diantara kedua perut,
dikatakan udara dalam pipa organa bergetar
dengan nada atas pertama dan dilambangkan
dengan f1. Pada pola tersebut sepanjang kolom
udara dalam pipa terjadi 1 gelombang.
• Jadi :
• λ1 = l
• f1 . l1 = f1 . l = v
• f1 = 2v/2l = v/l
• Pada gambar memperlihatkan 3 simpul dan
dua perut di antara kedua perut, dan bunyi
yang ditimbulkan merupakan nada atas kedua
dilambangkan f2. Pada pola tersebut dalam
pipa organa terbuka tersebut terjadi
gelombang,
• jadi :
• L =  l2 atau l2  = L
• f 2 . l2 = f2 . L = v
• f2 = 3v/2l
Secara berturut-turut peristiwa di atas dapat kita amati sebagai
berikut :
        
( 2 perut dan 1 simpul )
        
( 3 perut dan 2 simpul )
        
( 4 perut dan 2 simpul )
        
( 5 perut dan 4 simpul )
Pada nada atas ke-n terdapat : ( n+2 ) perut dan ( n+1 ) simpul
sehingga secara umum dapat dirumuskan sebagai :
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa :
fo : f1 : f2 : f3 :  .  .  .   = 1 : 2 : 3 : 4 :  .  .  .
Ungkapan tersebut dinamakan Hukum Bernoulli ke I, yaitu :
Frekwensi nada-nada yang dihasilkan oleh pipa organa
terbuka berbanding sebagai bilangan asli.
Pipa Organa Tertutup
Apabila pada ujung atas pipa organa tertutup,
maka dinamakan pipa organa tertutup,
sehingga gelombang longitudinal stasioner
yang terjadi pada bagian ujung tertutup
merupakan simpul dan pada bagian ujung
terbuka terjadi perut.
Gambar berikut menunjukkan berbagi pola
getaran yang terjadi pada pipa organa tertutup.
• Pada gambar pertama,
diberikan nada dasar
dengan frekwensi fo. Pada
panjang kolom udara l
terjadi 1/4 gelombang,
karena hanya terdapat 1
simpul dan 1 perut.
• Jadi :
• l = λ  o ; λ  o = 4l
• fo . λ 0 = f0. 4l = v
• fo = v/4l
• Pada pola kedua memberikan nada atas
pertama dengan Frekwensi f1. Sepanjang
kolom udara pipa organa tertutup terjadi 2
simpul dan 2 perut, sehingga panjang pipa =
panjang gelombang.
• Jadi :
• L = λ 1    atau   λ 1 = L
• f1 . λ 1 = f1 . l = v
• f1 = 3v/4l
• Pada pola terakhir memberikan nada atas
kedua dengan dengan frekwensi f2 pada
panjang kolom udara pipa organa tertutup
terjadi 3 simpul dan 3 perut, sehinga panjang
pipa = panjang gelombang.
• Jadi : L = λ 2   atau   λ 2  =  L
• f2 . λ 2 = f2 . L = v
• f2 = 5v/4l
• Dari keterangan di atas dapat disimpulkan :
• Pada nada atas ke-n terdapat ( n+1 ) simpul
dan ( n+1 ) perut.
• fo : f1 : f2 : f3 :  .  .  .   = 1 : 3 : 5 : 7 :  .  .  .
• Ungkapan ini dinamakan Hukum Bernoulli ke II
: Frekwensi nada pipa organa tertutup
berbanding sebagai bilangan-bilangan ganjil.
• Secara umum dirumuskan :
• Sehingga untuk panjang gelombangnya :
EFEK DOPPLER
• Perubahan frekuensi gerak gelombang yang
disebabkan gerak relatif antara sumber dan
pengamat disebut sebagai efek Doppler, yang
diusulkan seorang fisikawan Austria, Christian
Johann Doppler (1803 - 1853).
fp = frekuensi bunyi yang terdengar (Hz)
v = cepat rambat (m/s)
vp = kecepatan pendengar (m/s)
vs = kecepatan sumber bunyi (m/s)
fs = frekuensi sumber bunyi (Hz)
tanda (+) untuk pendengar mendekati sumber bunyi atau sumber
bunyi menjauhi pendengar.
tanda (-) untuk pendengar menjauhi sumber bunyi atau sumber
bunyi mendekati pendengar.
P S
• Rumus di atas berlaku jika kecepatan angin
tidak diperhitungkan. Tetapi jika kecepatan
angin diperhitungkan, maka rumus umumnya
menjadi :
• kecepatan angin searah :

• kecepatan angin berlawanan :

Anda mungkin juga menyukai