LANDASAN TEORI
Beberapa teori menunjang yang haurs dipahami dalam penelitian ini yaitu
mengenai, gelombang bunyi, gelombang berdiri pada kolom udara,
7
3.2 GELOMBANG BERDIRI PADA KOLOM UDARA
Gambar dibawah ini menunjukkan tiga mode getaran pertama dari pipa
terbuka di kedua ujungnya. Ketika udara diarahkan ke tepi di sebelah kiri,
gelombang berdiri membujur terbentuk dan pipa bergetar pada frekuensi
alaminya. Perhatikan bahwa, dari ujung ke ujung, polanya adalah A-N-A, pola
yang sama seperti pada string bergetar, kecuali node dan antinode telah bertukar
posisi. Seperti sebelumnya, antinode dan node yang berdekatan, A-N,
merepresentasikan seperempat panjang gelombang, dan ada dua, A-N dan N-A,
jadi L=2 ¿) = λ 1 /2 dan λ 1=2 L. Frekuensi dasar pipa terbuka di kedua ujungnya
adalah f 1=v /λ 1=v /2 L. Harmonik berikutnya memiliki simpul dan antinode
tambahan di antara ujung-ujungnya, menciptakan pola A-N-A-N-A.
Gambar 3.1 (a) Gelombang membujur yang berdiri dalam pipa organ
terbuka di kedua ujungnya. Frekuensi alami f 1 , 2 f 1 , 3 f 1 membentuk seri
harmonic (Serway, 2009).
8
Gambar 3.1 (b) Gelombang longitudinal yang berdiri di dalam pipa organ
dekat di salah satu ujungnya. Hanya ada harmonik ganjil, dan frekuensi
alaminya ada f 1 , 3 f 1 , 5 f 1, dan seterusnya (Serway, 2009).
Kami menghitung pasangan: A-N, N-A, A-N, dan N-A, membuat empat
λ2
segmen, masing-masing dengan panjang λ 2 /4 Kami memiliki L=4 ( )
4
=λ 2, dan
v v v
harmonik kedua (nada pertama) adalah f 2= = =2
λ2 L 2L ( )
=2 f 1. Semua
harmonisa yang lebih tinggi, ternyata, adalah kelipatan bilangan bulat positif dari
fundamental:
v
f n=n =n f 1 n=1 ,2 , 3 ,.... . (3.2)
2L
Jika pipa terbuka di satu ujung dan ditutup di ujung lain, ujung terbuka
adalah antinode dan ujung tertutup adalah simpul (Gambar 3.1b). Dalam pipa
seperti itu, frekuensi fundamental terdiri dari pasangan antinode-node tunggal, A-
N, jadi L=λ 1 /4 dan λ 1=4 L. Harmonik dasar untuk pipa yang ditutup disalah satu
ujungnnya kemudian f 1=v /λ 1 = v /4 L. Pertama nada tambahan memiliki simpul
dan antinode lain antara ujung terbuka dan ujung tertutup, membuat pola A-N-A-
N. Ada tiga segmen antinode-node dalam pola ini (A-N, N-A, dan A-N), jadi
9
λ3
L=3 ( ) dan λ 3=4 L /3 . Karena itu nada pertama memiliki frekuensi
4
v 3v
f 3= = =3 f 1. Demikian pula, f 5=5 f 1. Berbeda dengan pipa terbuka di kedua
λ3 4 L
ujungnya, fundamentalnya bahkan tidak memiliki kelipatan harmonis. Harmonik
yang aneh untuk pipa terbuka di salah satu ujungnya hanya diberikan oleh
(Serway, 2009)
v
f n=n =n f 1 n=1 ,3 , 5 , … … (3.3)
4L
10
Gelombang perpindahan dalam silinder yang tertutup di kedua ujungnya.
Perhatikan bahwa molekul udara di dekat ujung yang tertutup tidak dapat
bergerak, sedangkan molekul di dekat pusat pipa bergerak bebas. Pada harmonik
pertama, tabung tertutup berisi tepat setengah dari gelombang berdiri (node-
antinode -node).
11
Dalam silinder dengan kedua ujung terbuka, molekul udara di dekat
ujung bergerak bebas masuk dan keluar dari tabung. Gerakan ini menghasilkan
antinode perpindahan dalam gelombang berdiri. Node cenderung terbentuk di
dalam silinder, jauh dari ujungnya. Pada harmonik pertama, tabung terbuka berisi
tepat setengah dari gelombang berdiri (antinode-node-antinode). Jadi harmonisa
silinder terbuka dihitung dengan cara yang sama seperti harmonik silinder tertutup
/ tertutup.
Dengan meniupkan tabung terbuka, nada dapat diperoleh yaitu satu oktaf
di atas frekuensi dasar atau nada tabung. Misalnya, jika nada fundamental dari
pipa terbuka adalah C1, maka pipa yang meluap akan menghasilkan C2, yang
merupakan oktaf di atas C1. Tabung silinder terbuka beresonansi pada frekuensi
perkiraan:
nv
f= (3.11)
2L
di mana n adalah bilangan bulat positif (1, 2, 3 ...) mewakili simpul resonansi, L
adalah panjang tabung dan v adalah kecepatan suara di udara (kira-kira 343 meter
per detik [770 mph] di 20 ° C [68 ° F]).
nv
f=
2(L+0.8 d)
(3.12)
12
panjang gelombang, dan jenis papan pantul yang mungkin ada di sekitar bukaan
tabung.
nv
f= (3.13)
2 ( L+0.8 d )
fλ=v (3.15)
λ=2(L+0.8 d ) (3.16)
13
mengatakan bahwa G2 adalah seperlima di atas C2 - oktaf di atas C1.
Menyesuaikan taper silinder ini untuk penurunan kerucut dapat menyetel nada
harmonis kedua atau nada berlebih yang mendekati posisi oktaf atau kedelapan.
Membuka "lubang speaker" kecil di Phi titik, atau posisi "gelombang / simpul"
bersama akan membatalkan frekuensi fundamental dan memaksa tabung untuk
beresonansi pada 12 di atas fundamental. Teknik ini digunakan dalam perekam
dengan mencubit lubang ibu jari punggung. Memindahkan lubang kecil ini ke
atas, lebih dekat ke suara akan membuatnya menjadi "Lubang Gema" (Modifikasi
Perekam Dolmetsch) yang akan memberikan nada setengah tepat di atas nada
dasar saat dibuka.
nv
f= (3.17)
4L
dimana "n" disini adalah angka ganjil (1, 3, 5...). Jenis tabung ini hanya
menghasilkan harmonik ganjil dan memiliki frekuensi fundamental satu oktaf
lebih rendah daripada tabung terbuka (yaitu, setengah frekuensi).
nv
f=
4 (L+0.4 d )
(3.18)
v
f=
4 (L+0.4 d )
(3.19)
f ( 4 ( L+0.4 d )) =v (3.20)
fλ=v (3.21)
14
dimana v adalah kecepatan suara, L adalah panjang tabung resonansi, d adalah
diameter tabung, f adalah frekuensi suara resonansi, dan λ adalah panjang
gelombang resonansi.
15
Seperti resonansi mekanis, resonansi akustik dapat mengakibatkan
kegagalan fatal vibrator. Contoh klasik dari ini adalah memecahkan gelas anggur
dengan suara pada frekuensi resonansi gelas yang tepat.
Dalam alat musik, senar di bawah tegangan, seperti kecapi, harpa, gitar,
piano, biola, dan sebagainya, memiliki frekuensi resonansi yang secara langsung
berkaitan dengan massa, panjang, dan tegangan senar. Panjang gelombang yang
akan menghasilkan resonansi pertama pada string sama dengan dua kali panjang
string. Resonansi yang lebih tinggi sesuai dengan panjang gelombang yang
merupakan divisi integer dari panjang gelombang fundamental. Frekuensi yang
sesuai berkaitan dengan kecepatan v dari perjalanan gelombang turun string
dengan persamaan
nv
f= (3.8)
2L
di mana L adalah panjang senar (untuk senar yang dipasang di kedua ujungnya)
dan n = 1, 2, 3 ... ( Harmonik dalam pipa ujung terbuka (yaitu, kedua ujung pipa
terbuka)). Kecepatan gelombang melalui tali atau kawat berhubungan dengan
T
v=
√ ρ
(3.9)
16
T T
f=
2L
n
ρ
=
√ √
n
m/ L
2L
3.10
dengan T adalah tegangan , ρ adalah massa per satuan panjang, dan m adalah
massa total.
Tegangan yang lebih tinggi dan panjang yang lebih pendek meningkatkan
frekuensi resonansi. Ketika senar tereksitasi dengan fungsi impulsif (petikan jari
atau pukulan palu), senar bergetar pada semua frekuensi yang ada dalam impuls
(fungsi impulsif secara teoritis berisi frekuensi 'semua'). Frekuensi yang bukan
salah satu resonansi dengan cepat disaring kemudian dilemahkan dan yang tersisa
hanyalah getaran harmonik yang kita dengar sebagai not musik.
∂
κ p ( x , t ) =∇ . u (3.32a)
∂t
d
ρo ρr u ( x , t ) =∇ p ( x , t ) , (3.32b)
dt
17
Perhatikan bahwa dalam kasus ini air dijadikan sebagai medium utama dan
bukan udara. Nilai κ pada persamaan (3.32a) dimaksudkan untuk medifinisikan
nilai kecepatan gelombang bunyi per satuan massa medium ang dilewati oleh
gelombang bunyi. Untuk mengetahui nilai kompresibilitas digunakan persamaan
(3.32b), dengan nilai kompresibilitas gelombang bunyi untuk pada berbagai
medium dapat dilihat pada tabel 1. Kompesibilitinya yaitu,
1 1
κ= = (3.33)
ρ . c ρ0 . ρ r .C
2
2
Tentunya dalam hal ini jelas bahwa densitas suatu materi sebanding
dengan densitas dalam medium utama dan densitas relatif dari medium yang
dilewati, atau ρ=ρ0 . ρr
dp(x , y , z ,t ) 1 d u x (x , y , z ,t ) d u y ( x , y , z , t) d u z (x , y , z , t)
dt
=
κ ( x , y , z , t)[ dx
+
dy
+
dy ]
(3.34)
Kita akan menggunakan skema diferensial yang sama untuk Yee’s FDTD
untuk elektromagnetik; bagaimanapun kita akan berasumsi bahwa lokasi tekanan
di grid dalam kisi 3D, dan kecepatan lokasi berada di grid, seperti yang
ditunjukkan pada gambar dibawah ini, Dari persamaan (3.34) selanjutnya dapat
18
kita ubah ke bentuk numerik dengan membuat grid perhitungan terlebih dahulu
seperti pada gambar 3.4.
Sehingga dengan menggunakan grid pada gambar 3.4 didapatkan bentuk lain dari
persamaan (3.34) menjadi
1 1 1
p
n+
1
2
(i , j , k )− p
Δt
n−
1
2
( i, j , k )
=
1
[ (
κ ( i , j ,k )
2
Δx
) (
unx i + , j , k −unx i− , j , k
2
+
1
κ (i , j , k )
)
]
uny i , j ,k +
2
[ ( )
(3.35)
1 1
n+ n−
2 2
p ( i, j, k ) =p ( i , j, k )
+ ∆ t . ρ0 ρr C 1 1
∆x
2
[( ) (
. unx i+ , j, k −unx i− , j, k
2 2 )]
1 1
+ ∆ t . ρ0 ρr C
∆y
.
2
[ (
uny i , j , k+
2 ) (
−uny i , j , k−
Δy
2 )
]
19
1 1
+ ∆ t . ρ0 ρr C
∆z
.
2
[ (
unz i , j , k+
2 )
−unz (i , j , k− )
Δz
2
]
(3.36)
1 1
n+ 1 n− 1 ∆t
uz 2
( ) (
i, j , k + =u z 2 i, j , k + +
2 2 ) 1
. [ pn + ( i , j , k +1 )− pn (i , j , k) ]
(
ρr i , j , k+ . ρ0 . ∆ z
2 )
(3.37)
Jelas, persamaan dalam arah X dan Y akan sama. Kami akan membatasi
pada masalah satu dimensi sederhana dalam arah Z dan menulis ulang Persamaan.
3.13 dan 3.14 sebagai berikut
1 1
1 1
p
n+
2
( k ) =p
n−
2
[ ( ) ( )]
( k )+ ga ( k ) . unz k +
2
−unz k−
2
1 1
1
( ) ( ) ( )[
1 1
]
n+ n+
u k + =unz k + + gb k + . p 2 ( k +1 )− p 2 (k ) ,
n
z
(3.38)
2 2 2
∆ t . ρ 0 ρr . c 2
ga ( k )= (3.39)
∆z
( 12 )= ρ k + 1∆ t. ρ . ∆ z
gb k +
(3.40)
( 2) 0
Perhatikan bahwa kami telah memilih untuk menulis ga dalam hal kecepatan suara
dan tekanan daripada kompresibilitas karena ini adalah parameter yang paling
banyak digunakan.
∆z
∆t ≤ (3.41)
c max
20
Dimana cmax adalah kecepatan suara tercepat yang kami temui. Kita akan mengira
bahwa ini akan menjadi logam, di mana kecepatan bunyi adalah 5900 meter per
detik. Hanya untuk memberikan batas, kita akan ambil
∆z
∆ t= (3.42)
104
ga ( k )=10−1 . ρr ( k ) . c 2 ( k ) (3.43)
1 10−7
gb k +( ) 2
=
1
ρr ( k+ )
(3.44)
2
Untuk air, yang akan kita gunakan sebagai media dasar yakni Persamaan 3.43 dan
3.44 berubah menjadi
( 12 )
gb k +
Persamaan gelombag bunyi pada koordinat Kartesius dimensi tiga adalah sebagai
berikut:
∂2 p ∂2 p ∂2 p 1 ∂2 p
+ + = 1
∂ x 2 ∂ y 2 ∂ z 2 c f ∂t 2 2
denganc f merupakan kecepatan suara pada fluida (Elmore and Heald, 1969: 138).
( ∂∂ px ) =( ∂∂ px )
x=0 x= Lx
=0
( ∂∂ py ) =( ∂∂ py )
y=0 y=Ly
=0 2
21
( ∂∂ pz ) =( ∂∂ pz )
z =0 z= Lz
=0
Syarat batas tersebut digunakan untuk menentukan solusi umum dari persamaan
(1). Persamaan (1) dapat diselesaikan dengan metode separasi variabel yang
mempunyai solusi berbentuk:
p ( x , y , z , t ) =X ( x ) . Y ( y ) . Z ( z ) . T ( t ) . 3
d2 X d2 Y d 2 Z XYZ d 2 T
YZT + XZT + XYT 2 =
dx 2 dy 2 dz c f dt 2 2
cf2
1 d2 X 1 d2Y 1 d2 Z XYZ d2 T
cf 2
( + +
X dx 2 Y dy 2 Z dz 2
=
c f dt 2
.) 2
5
Pada persamaan (5) ruas kiri hanya merupakan fungsi posisi dan ruas kanan hanya
fungsi waktu. Persamaan tersebut dipenuhi jika dan hanya jika kedua ruas sama
dengan konstanta, misal −ω 2 , sehingga persamaan (5) menjadi:
1 d2 X 1 d2Y 1 d2 Z 1 d2 T
cf 2
( + +
X dx 2 Y dy 2 Z dz 2
=
T dt 2 )
=−ω2 . 6
1 d2 T 2
2
=−ω
T dt
7
Dan
22
1 d2 X 1 d2Y 1 d2 Z
cf 2
( + +
X dx 2 Y dy 2 Z dz 2
=−ω 2 )
8
d 2 T (t) 2
+ ω T ( t )=0, 9
dt 2
T ( t )cos ωt
sinωt 10
Karena penyelesaiannya dapat dalam bentuk sinus dan cosinus maka persamaan
(10) dapat dituliskan dalam bentuk eksponensial seperti berikut:
T (t ) e iωx 11
Persamaan 8 menjadi:
1 d 2 X 1 d 2 Y 1 d 2 Z −ω2
+ + = . 12
X dx2 Y dy 2 Z dz 2 cf 2
ω
Kemudian didefinisikan k = , maka persamaan 12 menjadi:
cf
1 d2 X 1 d2 Y 1 d2 Z 2
+ + + k =0 13
X dx2 Y dy 2 Z dz 2
Suku pertama dari persamaan (13) merupakan fungsi x yang bebas terhadap y dan
z, demikian juga dengan suku kedua dan ketiga. Keempat bentuk suku dalam
persamaan tersebut tidak dapat bernilai sama dengan nol untuk sembarang nilai x,
y ataupun z, sehingga (Kinsler.et.all, 1982: 81):
d 2 X (x) 2 d2 Y ( y ) 2 d 2 Z ( z)
2
+ k x X ( x ) =0 , 2
+ k y Y ( y ) =0 , 2
+ k z2 Z ( z )=0 , (14)
dx dy dz
Dengan k 2=k x 2+ k y 2+ k z2. Solusi rill dari persamaan (14) adalah sebagai berikut:
23
Solusi pada persamaan (15) tersebut menunjukkan bahwa persamaan
gelombang dapat dalam bentuk cosinus maupun sinus. Secara matematis bentuk
kesebandingan dapat dituliskan menjadi bentuk persamaan dengan menambahkan
suatu konstanta di depannya. Misal diambil nilai konstanta A, dimana A adalah
nilai maksimum p. Untuk mendapatkan persamaan gelombang yang sesuai
dengan kondisi ideal sebuah ruangan, seperti yang disebutkan pada persamaan (2)
( ∂∂ px )
x=0
=0 , ( ∂∂ py ) y=0
=0 , ( ∂∂ pz ) z=0
=0,
∂p
= A ( −k x sin k x x ) cos k y y cos k z z eiωt 17
∂x
Syarat batas tersebut dapat dipenuhi jika dan hanya jika sin k x L x =0, sehingga :
lπ
k x= , l=0 , 1 , 2, 3 , … .. 18
Lx
24
mπ
k y= , m=0 , 1, 2 ,3 ,… . . 19
Ly
nπ
k z= , n=0 ,1 , 2, 3 , … .. 20
Lz
lπ mπ nπ
p ( x , y , z , t ) =Acos ( ) ( ) ( )
Lx
x cos
Ly
y cos
Lz
iω t
ze . lmn
21
Menggunakan persamaan (18), (19) dan (20) juga dapat didefinisikan nilai f
seperti di bawah ini:
2 1 /2
cf l 2 l 2 l
f=
2 (( ) ( ) ( ) )
Lx
+
Ly
+
Lz
, 22
tersebut menunjukkan bahwa nilai p akan berfluktuasi secara cosinus hanya pada
sumbu x saja. Jika nilai l=1, maka akan muncul mode dengan satu bidang nodal
pada x=L x /2. Mode yang mempunyai nodal hanya pada salah satu sumbu disebut
sebagai mode axial. Dengan asumsi yang sama maka dapat diperoleh beberapa
bentuk mode yang lain. Mode dimana muncul nodal pada dua sumbu yang
berbeda secara bersamaan disebut sebagai mode tangensial. Dan mode yang
memiliki nodal pada ketiga sumbunya disebut sebagai mode oblique.
25
26