I=
Intensitas gelombang bunyi berbanding lurus dengan kuadrat frekuensi (f 2) dan kuadrat amplitudo
(y2). Berarti, semakin kuat dan tinggi suatu bunyi, maka semakin besar intensitasnya.
Jika suatu gelombang memancar dari sumber gelombang ke segala arah, maka gelombang tersebut
merupakan gelombang tiga dimensi dan muka gelombang yang dipancarkan berbentuk bola.
Contohnya, gelombang bunyi yang memancar di udara, gelombang gempa bumi, dan gelombang
cahaya.
Hubungan pengurangan intensitas bunyi akibat pertambahan jarak dari sumber bunyi sebagai
berikut.
Karena intensitas gelombang bunyi berbanding lurus dengan kuadrat amplitudo, maka diperoleh.
TItotal = TI + 10 log n
Apabila taraf intensitas bunyi di suatu titik yang berjarak r 1 dari sumber bunyi adalah TI, dan yang berjarak
r2 adalah TI2, maka diperoleh.
E. Prosedur Kerja
Tergolong apakah bunyi di udara
Apa sebab terjadinya resonasi
Apa yang dimaksud pipa organa terbuka /tertutup?
G. Kesimpulan
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal, karena arah rambatnya searah dengan arah
getarannya. Sebagai gelombang, bunyi dapat mengalami pemantulan, pembiasan, difraksi dan
interferensi.
Gelombang bunyi sebagai gelombang mekanik dapat merambat melalui medium benda padat, cair,
dan gas.
Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda yang menghasilkan bunyi disebut
sumber bunyi. Sumber bunyi terbagi menjadi 2, yaitu pada senar & pipa organa.
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang
bergetar.
Pelayangan bunyi merupakan dua gelombang bunyi yang bersuperposis memiliki
amplitudo yang sama, dengan frekuensi yang sedikit berbeda, dan merambat dalam arah yang
sama, menghasilkan kenyarian bunyi yang berubah-ubah secara periodik.
Efek Doppler merupakan fenomena pergeseran frekuensi hasil pengamatan yang terjadi
akibat adanya gerak relatif antara sumber gelombang dan pengamat.
Jangkauan frekuensi yang masih dapat didengar oleh telinga manusia disebut audiosonik.
Bunyi yang memiliki frekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonik, sedangkan yang memiliki
frekuensi di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik.
Daftar pustaka
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Kalorimeter
juga dapat digunakan untuk mengukur kalor. Kalor adalah perpindahan energi dari sistem satu
ke sistem yang lain karena disebabkan adanya perbedaan temperatur. Kalor berpindah dari
benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Benda yang menerima kalor akan
mengalami perubahan wujud benda. Sedangkan benda yang melepas kalor akan mengalami
penurunan suhu atau wujud benda berubah. Kalorimeter juga dapat digunakan untuk
menentukan kalor lebur zat. Kalor lebur adalah kalor yang dipakai suatu zat untuk melebur
seluruhnya pada zat leburnya. Kalor dapat ditimbulkan dari energi listik, energi kinetik, energi
kimia dan lain-lain.
Pada kehidupan sehari-hari sering ditemui beberapa kejadian yang melibatkan perpindahan
kalor. Misalnya satu gelas air dingin dicampur dengan satu gelas air panas, maka air panas akan
melepas kalor sedangkan air dingin akan menerima kalor. Sehingga akan didapatkan suhu
campuran yagn seimbang. Oleh karena itu begitu banyaknya kejadian dalam kehidupan sehari-
hari yang merupakan kejadian perpindahan kalor maka percobaan ini penting untuk dipahami
oleh semua orang sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada percobaan kalorimeter bertujuan untuk menentukan kalor jenis bahan dan kalor lebur es.
Alat yang digunakan dalam percobaan adalah pemanas, kalorimeter listrik, kubus lubang, air, es
dan penakar panas. Dalam percobaan ini terlebih dahulu dilakukan yaitu menentukan suhu dan
usahakan agar masing-masing percaksi ini memiliki suhu yang sama, lalu larutan tersebut
dimasukkan ke dalam kalorimeter sambil diaduk agar zat-zat bereaksi dengan baik sehingga kita
dapat menentukan besarnya kapasitas kalorimeter dan dapat pula menentukan kalor jenis bahan
serta kalor lebur es dengan menggunakan kalorimeter.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam percobaan ini adalah:
Bagaimana menentukan kalor jenis bahan?
Bagaimana menentukan kalor lebur es?
Bagaimana perbandingan antara hasil percobaan dengan literatur?
Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan kalorimeter adalah:
Mampu menentukan kalor jenis bahan suatu benda.
Mampu menentukan kalor lebur es suatu larutan.
Mampu membandingkan antara hasil percobaan dengan literatur.
Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan kalorimeter ini adalah dapat mengetahui cara menentukan kalor
jenis dan kalor lebur suatu bahan. Percobaan ini juga bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.
Seperti kita saat membuat es teh, biasanya kita mencampurkan air hangat dengan es yang
membeku. Air teh hangat memiliki titik didih yang lebih tinggi dari es batu yang memiliki suhu
lebih rendah. Sehingga setelah dicampur lama-kelamaan es batu dan air hangat bercampur
sehingga memiliki suhu campuran yang seimbang.
Kalorimeter adalah pengukuran panas secara kuantitatif yang masuk selama proses kimia.
Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor dari reaksi yang dikeluarkan. Kalorimeter dapat
digunakan untuk menghitung energi dalam makanan dalam atmosfer dan mengukur jumlah
energi yang meningkat dalam suhu kalorimeter (Wahyu, 2010).
Suatu zat apabila diberi kalor terus menerus dan melepas kalor maksimum, maka zat akan
mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-
menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu selain kalor dapat digunakan untuk
mengubah suhu zat juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat (Soedojo, 1999).
Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia dengan
eksperimen disebut kalorimeter. Dengan menggunakan hukum hess, kalor reaksi suatu reaksi
kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi. Pembentukan standart, energi
ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu
tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar kedalam kalorimeter, dan hukum yang berlaku
pada proses ini adalah hukum azas black yaitu:
Qlepas = Qterima
Q = M.C.∆T
Keterangan:
Q = jumlah kalor (joule)
M = massa zat (gram)
C = kalor jenis (kal/groc)
∆T = perubahan suhu
(Zemansky, 1988)
Sebelum lebih jauh dijelaskan mengenai kalorimeter, terlebih dahulu mengenal istilah-istilah
dalam kalorimeter sebagai berikut:
Kalor jenis zat adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat
tersebut sebanyak satu derajat.
Kapasitas kalor adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu seluruh benda sebanyak
satu derajat.
Kalor lebur adalah kalor yang dibutuhkan untuk melebur satu satuan massa pada suhu tetap.
Kalor beku adalah kalor yang dilepaskan ketika zat membeku.
Titik lebuh normal adalah titik dimana benda tersebut berubah wujud menjadi cair.
Kalor uap adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menguapkan satu satuan massa cairan
pada suhu tetap.
Kalor embun adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk berubah wujud dari gas ke cair satu
satuan massa cairan pada suhu tetap.
Titik didih normal adalah suhu dimana tekanan zat cair sama dengan tekanan eksternal yang
dialami oleh cairan (Bueche, 2006).
Azas black adalah hukum yang menyatakan bahwa kalor yang dilepaskan oleh zat bersuhu
tinggi akan selalu sama dengan jumlah kalor yang diterima dan zat lain yang bersuhu rendah.
Untuk menentukan kalor jenis suatu benda digu32nakan:
Cb=((Mk+Ck+Ma+Cd)(Tc-Ta))/(Mb(Tb-Tc)) (persamaan 4.4)
Dari persamaan tersebut dapat diturunkan menjadi:
Mb Cb (Tb-Tc) = (Mk.Ck+Ma.Ca) (Tc-Ta)
Mb Cb ∆T1 = Mk Ck (Tc-Ta) + Ma Ca (Tc-Ta)
Qb = Qk+Qa (persamaan 4.6)
Sedangkan untuk menentukan kalor lebur es digunakan:
Bila dua sistem yang temperaturnya berbeda-beda dipersatukan, maka temperature terakhir
yang dicapai oleh kedua sistem tersebut berada diantara dua temperatur permukaan tersebut.
Suatu zat bahan (material substance) yakni kalorik, terdapat didalam setiap benda. Sebuah
benda pada temperatur tinggi mengandung lebih banyak kalori daripada benda temperatur
rendah. Bila kedua benda tersebut disatukan, maka benda yang kaya kalorinya kehilangan
sebagian kalorinya yang diberikank epada benda lain sampai kedua benda tersebut belum
mencapai temperatur yang sama. Teori kalorik mampu menjelaskan percampuran zat-zat
didalam sebuah kalorimeter. Sedangkan kalorimeter tersebut merupakan alat untuk menentukan
kalor jenis suatu zat.
BAB III TUJUAN
METODE PERCOBAAN
Desain
Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
Menentukan kalor jenis bahan
Kalorimeter dan pengaduk ditimbang secara bersama-sama dicatat sebagai Mk.
Kalorimeter diisi dengan air, kemudian ditimbang dan dicatat sebagai Mak. Maka Ma = Mak –
mk.
Kalorimeter bersama air dipanaskan hingga suhunya sekitar 70oc dicatat sebagai Ta.
Bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya sebagai mb ditimbang.
Bahan dipanaskan di dalam pemanas hingga mencapai suhu tertentu (minimal 75oc).
Suhu benda dicatat sebagai Tv, kemudian dengan cepat dimasukkan kedalam kalorimeter dan
ditutup rapat-rapat.
Pengaduk yang telah diberi isolasi diaduk perlahan-lahan. Suhu air perlahan-lahan akan naik
kemudian turun lagi. Suhu tertinggi dicatat yang diperoleh (Tc).
Percobaan (langkah 1-7) diulangi dengan suhu awal bahan Tb yang berbeda.
Langkah 1-8 diulangi untuk jenis bahan yang berbeda.
Menentukan kalor lebur es
Kalorimeter dan pengaduk ditimbang secara bersama-sama dicatat sebagai Mk.
Kalorimeter diisi dengan sejumlah air (± 2/3 volume kalorimeter), kemudian ditimbang dan dicatat
sebagai Mak, maka ma = Mak-Mk.
Air bersama kalorimeter dipanaskan hingga suhunya sekitar sekitar 70oc dicatat sebagai Ta.
Kalorimeter diangkat cepat-cepat dan dimasukkan kedalam bejana pelindung.
Sepotong es yang telah disiapkan kedalam kalorimeter dimasukkan ditutup rapat-rapat dan
diaduk pelan-pelan.
Suhu seimbang yang diperoleh dicatat sebagai Tc.
Massa air, kalorimeter dan es tersebut (Mc) ditimbang sehingga diperoleh massa es.
Pembahasan
Kalor adalah energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Untuk mendeteksi adanya kalor yang
dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur benda tersebut menggunakan termometer.
Termometer akan mengukur suhu secara otomatis saat diletakkan didalam kalorimeter.
Kalorimeter adalah alat untuk menentukan kalor jenis yang dimasukkan dalam bejana yang lebih
besar. Antara bejana kecil (dinding dalam) dan bejana besar (dinding luar) dibatasi oleh bahan
yang tidak dapat dialiri kalor (adiabatic) kemudian diberi tutup yang mempunyai dua lubang
untuk tempat termometer dan pengaduk.
Pengukuran kalor jenis dengan kalorimeter didasarkan pada asas black, yaitu kalor yang
diterima oleh kalorimeter sama dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari kalor jenisnya.
Hal ini mengandung pengertian jika dua benda yang berbeda suhunya saling bersentuhan, maka
akan menuju keseimbangan termodinamika.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dalam menentukan kalor jenis bahan dan kalor
lebur es menggunakan calorimeter, sehingga diperoleh hasil seperti pada table diatas. Pada
percobaan dalam menentukan kalor jenis bahan digunakan dua bahan yang berbeda yaitu balok
emas dan balok perak. Untuk menentukan kalor jenisnya, emas dipanaskan di dalam pemanas
hingga suhunya minimal 75oc, kemudian segera dimasukkan pada kalorimeter dan ditutup rapat,
kemudian diaduk secara perlahan untuk mendapatkan suhu campuran. Pada proses ini
pengadukan dilakukan secara perlahan agar suhu pada lingkungan atau luar sistem tidak ikut
masuk kedalam kalorimeter, karena jika masuk akan mempengaruhi keseimbangan termanlnya.
Langkah ini juga dilakukan pada penentuan kalor jenis pada perak.
Pada percobaan kedua yaitu menentukan kalor lebur es yaitu kalorimeter diisi dengan air
kemudian dipanaskan hingga suhunya mencapai 〖70〗^o C, setelah itu ditambahkan es.
Kalorimeter ditutup rapat dan diaduk pelan-pelan agar sistem dapat terisolasi agar kalor yang
masuk sama dengan kalor yang keluar.
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil bahwa kalor jenis perak lebih besar dibandingkan kalor
jenis emas. Artinya, perak akan menyerap kalor lebih banyak juga daripada emas. Kalor jenis
sendiri adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram zat sebesar 1^o C
(gr/o_C).
Kalorimeter dipilih sebagai aalat untuk menentukan kalor jenis dan kalor lebur es dikarenakan
mampu menjaga zat yang akan ditentukan kalor jenisnya dari lingkungan luar sistem. Sehingga
selama proses berlangsung tidak ada energi yang lepas atau masuk kedalam kalorimeter.
Dalam percobaan yang dilakukan ada beberapa kesalahan atau kekurangan dalam menentukan
kalor jenis bahan. Salah satunya dalam mengamati suhu pada termometer. Dalam buku petunjuk
ditunjukkan untuk suhu 〖70〗^o C, namun dalam percobaan praktikum lalai dalam mengamati
hingga suhunya 〖77〗^o C sehingga sedikit mempengaruhi hasilnya. Meskipun ada
kekurangan pada percobaan ini,hasil yang diperoleh hampir mendekati kebenaran atau
keakuratan . kepastian pada percobaan ini rata-rata mencapai 98%, hal ini menunjukkan data
dan hasil yang didapat sudah akurat.
BAB 5. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan diantaranya :
Praktikum kalorimeter ini berdasarkan pada azas black, dimana jika ada dua buah benda
bersentuhan maka akan terjadi perpindahan kalor dari benda bertemperatur tinggi ke rendah.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kalor jenis dan kalor Es yang mampu
mempertahankan / mengisolasi suhu didalamnya agar tidak terpengaruh oleh suhu di luar
sistem.
Kalor jenis bahan dan kalor lebur es dapat ditentukan dengan melakukan percobaan kalorimeter,
kalori jenis pada emas adalah lebih kecil daripada kalor jenis pada perak. Sedangkan kalor lebur
es pada percobaan 2 lebih besar dibandingkan pada percobaan 1.
Berdasarkan hasil yang mendekati keakuratan dan hasilnya tidak terlalu berbeda dengan
literature.
Saran
Sebaiknya pada saat melakukan praktikum, praktikum diharapkan lebih tanggap dan cepat
dalam memindah bahan ke dalam kalorimeter agar bahan teerap terisolasi di dalam kalorimeter
dan bercampur dengan suhu luar.
Asisten diharapkan lebih membimbing dan menguasai praktikum, agar tidak terjadi banyak
kesalahan pada saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Modul peraktikum fisika. Fakultas pertanian. Universitas djuanda bogor.
Bueche, Frederick. 2006. Schaums outline of theory and problems of college physics. Jakarta :
Erlangga.
Giancolli, Douglas. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Halliday, Resnick. 2004. Fisika Dasar. Bandung : ITB.
Soedojo, Peter. 2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi.
Tim Fisika Dasar. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember : Fakultas MIPA
Wahyu, dkk. 2010. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta.
Zemansky, Sears. 1986. Fisika Untuk Universitas. Jakarta : Bina Cipta.
Laporan praktikum fisika
Indeks bias
BAB I . PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cahaya merambat bidang batas dua medium, maka rambatan cahaya tersebut akan
mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Banyak kegiatan
sehari-hari yang dapat menjelaskan peristiwa pembiasan tersebut. Contoh pembiasan di
lingkungan sekitar kita yaitu pensil yang dicelupkan kedalam gelas kemudian pensil tersebut
terlihat bengkok, sebenarnya pensil tersebut tidak bengkok. Hal inilah yang disebut
pembiasan. Pada contoh tersebut belum kita ketahui bagaimana pembiasan itu terjadi dan
apa yang menyebabkannya. Untuk mengetahui pembiasan yang terjadi pada kaca plan
paralel dan juga pergeseran sinar pada kaca plan paralel maka kami akan melakukan
percobaan pembiasan pada kaca plan paralel. Kaca plan parallel itu sendiri merupakan
medium masuknya cahaya. Prinsip kerjanya sama seperti pensil yang dicelupkan didalam air,
namun mediumnya saja yang berbeda.
TUJUAN
1.Menentukan indeks bias kaca plan paralel.
2.Menentukan pergeseran sinar pada kaca plan paralel.
DASAR TEORI:
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui
dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi
dua macam yaitu :
a. Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang
rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
b. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat
ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1) Cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2) Cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 90o)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
diantaranya :
1. Dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
2. Kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan
bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
3. Terjadinya pelangi setelah turun hujan.
Hukum Snell
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591 –1626)
melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil
eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi :
1. sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
2. hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan
disebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang
dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya
datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut
dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut Pembiasan.
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang.
Hubungan analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun
1621 oleh Willebrord Snell .
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
n1 sin q1 = n2 sin q2
q1 adalah sudut datang, dan q2 adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap garis yang tegak
lurus permukaan antara kedua media). n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias materi tersebut.
Berkas-berkas datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis
tegak lurus terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasarHukum pembiasan.
Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1, maka q2 > q1, artinya jika cahaya memasuki
medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya dibelokkan
menuju normal. Dan jika n2 > n1, maka q2 > q1, sehingga berkas dibelokkan menjauhi normal
Sinar yang masuk bidang pembias I akan sejajar dengan sinar yang keluar dari bidang
pembias II dan mengalami pergeseran. Pergeseran sinar tersebut dirumuskan :
t = d sin (i-r)/cos r
Alat dan Bahan :
- Busur derajat - Penggaris
- Jarum pentul - Kertas
- Styrofoam - Pensil
- Kaca plan parallel - Penghapus
Langkah Percobaan
1. Letakan kaca plan paralel pada 1 kertas untuk 3x percobaan.
2. Beri garis dibagian tepi kaca untuk mengukur ketebalan kaca (d).
3. Gambar garis tegak lurus terhadap garis kaca plan paralel.
4. Buatlah sudut datang (i) 30 derajat.
5. Tancapkan 2 jarum pentul pada ujung-ujung sinar datang yang telah di gambar.
6. Amatilah kedua jarum pentul yang di tancapkan pada sinar datang, dari sisi kaca yang lain
dengan menancapkan 2 jarum pentul agar kedua jarum pentul tersebut kelihatan berimpit
dengan jarum pentul yang tertancap pada sinar datang.
7. Ambil kaca plan paralel dan tarik garis penghubung antara dua jarum pentul pada sinar
bias kaca.
8. Tarik garis penghubung antara sinar datang dengan sinar bias.
9. Buat garis untuk mengukur t ukur (tu) dan ukur sudut bias kaca (r).
10. Ulangi langkah 1-9 sebanyak 2 kali dengan besar sudut 45 dan 60 derajat.
5. HASIL PRAKTIKUM
Tabel
No (i) (r) t ukur
KESIMPULAN
1. Sinar yang melalui dua medium berbeda yaitu kaca dan udara (dalam percobaan) akan
mengalami perubahan kecepatan dengan indikasi pembelokan sinar. Hal ini disebut pembiasan
cahaya. Indeks bias akan membuat pergeseran dari sudut datang semula.
2. Semakin kecil sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya kecil, dan apabila semakin besar
sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya akan besar pula. Apabila kerapatannya lebih tinggi dari
udara, maka sinar mengalami pembiasan mendekati garis normal. Sebaliknya, ketika sinar dari kaca
keluar menuju medium yang tingkat kerapatannya lebih rendah juga mengalami pembiasan, tetapi
pembiasannya menjauhi garis normal.
Daftar Pustaka
Mubarok, Muhammad. 2014. Laporan Praktikum Fisika Pembiasan Pada Kaca Prisma Dan
Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel. (online), (https;//www.acamedia.edu/10009381/Laporan-
Praktikum-Fisika-Pembiasan-Pada-Kaca-Prisma-Dan-Pembiasan-Pada-Kaca-Plan-Paralel, diakses 19
Oktober 2015).
Safitri, Nuriska Ela,dkk. 2015. Laporan Praktikum Gelombang Optik LKM 07 Pembiasan Pada Kaca
Plan Paralel. (online), (http://www.slideshare.net/abaddabiduudiiyaah/laporan-lkmgo07, diakses 24
Oktober 2015).
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA
HUKUM OHM
BAB 1. PENDAHULUAN
Apabila suatu penghantar diberikan potensial yang berbeda diantara kedua ujungnya, maka dalam
penghantar itu akan timbul arus listrik. Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara tegangan
listrik dengan kuat arus listrik. Orang yang pertama kali menyatakan hubungan antara tegangan
dengan kuat arus listrik adalah George Simon Ohm.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan 4 kegiatan. Yaitu menduga nilai hambatan dalam
rangkaian seri, menduga besar panas disipasi pada hambatan berangkaian seri, menduga nilai
hambatan dari rangkaian paralel, dan menduga bebas panas disipasi pada hambatan berangkaian
paralel. Pada kegiatan menduga nilai hambatan dalam, pertama yang dilakukan adalah menyusun
alat seperti yang telah ditunjukkan pada gambar, naikkan tegangan secara bertahap, catat besar
tegangan dan arus setiap terjadi perubahan. Panas disipasi dapat dihitung dengan merangkai
komponen yang dilakukan pertama kali adalah rangkaian disusun seperti pada gambar yang ada.
Tegangan pada sumber berada pada posisi maksimum lalu cata nilai tegangan (V) dan kuat
arusnya (I).
Hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari sudah sering dijumpai. Seperti pada penggunaan alat-
alat listrik seperti lampu, TV, dan kulkas juga alat elektrik lainnya yang harus disesuaikan dengan
tegangan. Hukum Ohm memberikan informasi mengenai kuat arus atau tegangan suatu alat
listrik. Bila alat listrik diberi tegangan listrik yang lebih kecil dari seharusnya, arus akan mengecil
sehingga alat itu tidak bekerja normal (misalnya lampu akan redup).
Berdasarkan dengan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri dan paralel?
2. Bagaimanakah perbedaan nilai hambatan antara rangkaian seri dan paralel?
3. Bagaimana pengaruhnya jika posisi Voltmeter (V) dan Amperemeter (A) dipindah?
4. Bagaimana hubungan Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri dan paralel?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yang mengacu pada rumusan masalah antara lain :
1. Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri dan
paralel.
2. Untuk mengetahui perbedaan nilai hambatan pada rangkaian seri dan paralel.
3. Untuk mengetahui pengaruh jika Voltmeter dan Amperemeter dipindah.
4. Untuk mengetahui hubungan Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri dan paralel.
1.4 Manfaat
Hukum Ohm dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada penggunaan alat-alat
listrik yang ada di rumah, misalnya lampu, TV, dan kulkas. Benda-benda tersebut harus
disesuaikan dengan tegangannya. Karena bila benda tadi diberi tegangan yang lebih kecil dari
seharusnya, arus akan mengecil sehingga alat tersebut tidak bekerja secara normal (misalnya
lampu akan mengecil).
Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara tegangan listrik dengan kuat arus listrik (Purwoko,
2007).
Bunyi Hukum Ohm : “Tegangan (V) pada hambatan yang memenuhi Hukum Ohm berbanding
lurus terhadap kuat arus (I) untuk suhu yang konstan (Sunaryono, 2010).
Perbandingan beda potensial dan kuat arus listrik selalu tetap atau konstan. Semakin besar beda
potensial listrik, semakin besar pula kuat arus yang megalir. Besarnya kuat arus listrik sebanding
dengan beda potensial listrik. Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dibuat persamaan sebagai
berikut :
. . . (2.1)
Dengan C adalah kosntanta yang merupakan sebuah hambatan suatu pengahantar yang
disimbolkan dengan hrurf R. Hukum Ohm dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut :
atau . . . (2.2)
Nilai hambatan suatu pengahantar dipengaruhi oleh panjang kawat, diameter kawat dan jeis
kawat. Semakin penjang suatu kawat, nilai hambatan kawat makin besar. Semakin besar diameter
kawat, nilai hambatan kawat makin kecil. Jika jenis kawat tidak sama, maka hambatan juga tidak
sama (Purwoko, 2007).
. . . (2.3)
Dengan R sebagai hambatan, ρ adalah hambat jenis, l panjang kawat dan A luas penampang
kawat.
Pada percobaan a, b, c, dan d digunakan hambatan yang samakarena untuk membandingkan nilai
dari masing-masing percobaan harus menggunakan kontrol atau pembanding yang sejenis (sama).
Hambatan pengganti rangkaian seri :
. . . (2.4)
. . . (2.5)
Hambatan listrik masih ada hubungannya dengan suhu atau temperatur. Karena kawat listrik
sangat memungkinkan mengalami perubahan suhu. Persamaan perubahan hambatan kawat
terhadap perubahan suhu kawat dituliskan sebagai berikut :
Dengan adalah hambatan kawat pada To C, adalah koefisien muai bahan konduktor, adalah
hambatan kawat awal. Serta adalah selisih suhu (Sunaryono, 2010).
NTC dan PTC adalah sebuah thermistor. Termistor adalah salah satu jenis yang mempunyai
koefisien temperature yang sangat tinggi. Fungsi utama dari komponen ini dalam suatu rangkaian
elektronik adalah untuk mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan temperature dalam
rangkaian tersebut. Karakteristrik yang demikian ini memungkinkan kita untuk dapat mengatasi
beberapa masalah yang sederhana, seperti yang berkaitan dengan sensor temperature, kompensasi
temperature atau masalah system pengaturan yang lain.
Thermistor ada 2, yaitu NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive Temperature
Coefficient). NTC sebagaimana namanya adalah resistor yang mempunyai koefisien temperatur
negative yang sangat tinggi. Thermistor jenis ini dibuat dari oksida logam yang terdapat dalam
golongan transisi. Oksida-oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang tinggi tetapi dapat
diubah menjadi bahan semikonduktor. Sedangkan thermistor PTC adalah resistor dengan
koefisien temperatur positif yang sangat tinggi. Dalam beberapa hal thermistor PTC berbeda
dengan NTC antara lain : koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya dalam
interval temperatur tertentu, pada umumnya, harga mutlak dari koefisien temperatur PTC jauh
lebih besar daripada thermistor NTC (Soeprijanto, 2012).
Amperemeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Pemakaian
alat ukur ini dihubungkan ke dalam rangkaian sehingga terhubung seri dengan komponen yang
akan dihitung kuat arusnya.
Voltmeter merupakan alat ukur beda potensial antara 2 titik. Pemakaian alat voltmeter dipasang
paralel dengan komponen yang akan diukur beda potensialnya (Sunaryono, 2010).
Arus listrik (I) yang mengalir melalui resistor (R) akan menyebabkan daya yang dikiim baterai
hilang dalam bentuk panas ini disebut daya disipasi (Soeprijanto, 2012).
3.2 Design
(a) (b)
V
3.2.2 Gambar Design Percobaan Rangkaian Paralel
2. Tegangan dinaikkan dari tegangan minimum sampai dengan tegangan maksimum secara
bertahap pada sumber tegangan untuk mengatur besar arus yang diluar.
3. Besar tegangan dan kuat arus listrik pada voltmeter dan amperemeter dicatat setiap ada
perubahan, sehigga didapatkan minimal 5 pasang data tegangan dan arusnya (Usahakan
meminimalkan interval waktu pengamatan untuk memenuhi asumsi bahwa nilai hambatan yang
diukur adalah konstan).
4. Percobaan seperti di atas diulangi untuk gambar 3.2.1 (b), dengan memakai hambatan yang
sama.
3. Nilai tegangan (V) dan arus listrik (I) pada Voltmeter dan Amperemeter dicatat setiap interval
2 menit, sehingga didapat 5 pasang data pengamatan.
1. Rangkaian listrik disusun seperti gambar 3.2.2 (a) dengan tetap memakai hambatan yang sama
seperti percobaan 3.3.1.
2. selanjutnya dilakukan prosedur (2) dan (3) seperti pada percobaan 3.3.1.
3. Percobaan diulangi untuk gambar 3.2.2 (b), dengan tetap memakai hambatan yang sama, hanya
mengubah posisi Voltmeter dan Amperemeter.
. . . (3.4.1)
Sehingga : . . . (3.4.3)
. . . (3.4.4)
, atau . . . (3.4.5)
. . . (3.4.6)
. . .(3.4.7)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada praktikum kali ini dapat diketahui bahwa nilai
hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada nilai hambatan pada rangkaian paralel. Seperti
yang telah terlihat pada tabel A dan B pada hasil praktikum. Perbedaan atau selisih nilainya
mencapai setengahnya. Misalnya pada tabel terlihat dipercobaan kelima besar tegangan sama-
sama sebesar 0,5 V tetapi kuat arusnya berbeda. Pada rangkaian seri kuat arusnya 9 mA
sedangkan pada rangkaian paralel 24 mA. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan nilai
hambatan pada keduanya.
Hubungan antara tegangan dan kuat arus berbanding lurus. Seperti yang terlihat pada tabel hasil
percobaan, jika tegangan bertambah maka kuat arus juga bertambah. Baik itupada rangkaian seri
maupun pada rangkaian paralel, walaupun ada yang pertambahannya hanya sedikit sekali.
Terlihat pada tabel A, pada percobaan 4 tegangan 1 V dan kuat arusnya 10 mA dan dengan
tegangan 0,5 V kuat arusnya 9 mA.
Pada percobaan A dan B, posisi Voltmeter dan Amperemeter dipindah, hal ini menyebabkan
adanya perbedaan kuat arus walaupun tegangannya sama. Kuat arus setelah Amperemeter dan
Voltmeter dipindah menjadi lebih kecil. Seperti terlihat pada percobaan A, ketika tegangannya0,5
V maka kuat arusnya 9 mA. Sedangkan pada percobaan B, ketika diberi tegangan yang sama
yaitu 0,5 V, kuat arus menunjukkan 8 mA. Hal ini kemudian menyebabkan perbedaan nilai
hambatan pada kedua percobaan tersebut. Pada percobaan B, ketika posisi telah dipindah,
hambatannya menjadi lebih besar.
Pada percobaan A, terjadi perubahan pada Voltmeter dan Amperemeter setiap interval waktu
tertentu. Karena disebabkan oleh catu daya yang diubah atau diganti nilainya. Hal itulah yang
menyebabkan perubahan pada Voltmeter dan Amperemeter. Tidak hanya pada percobaan A,
tetapi juga percobaan lainnya yaitu B, C dan D yang juga mengalami perubahan Voltmeter dan
Amperemeter.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini, antara lain :
1. Nilai hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada rangkaian paralel.
2. Hubungan antara tegangan dan kuat arus berbanding lurus, jika tegangan bertambah, maka
kuat arus bertambah.
3. Jika posisi amperemeter dan Voltmeter dan Amperemeter dipindah, maka akan
memberikan nilai kuat arus yang berbeda, hingga nilai hambatannya juga berbeda.
4. Hubungan antara Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri memberikan kuat arus
yang lebih besar daripada rangkaian paralel.
DAFTAR PUSTAKA
Modul praktikum fisika . universitas djuanda bogor.fakutas pertanian .
Sunaryono dan Ahmad Taufiq. 2010. Super Tips dan Trik Fisika SMA. Jakarta : KAWAHmedia.