Anda di halaman 1dari 7

Nama :

Kelas :

SUMBER- SUMBER BUNYI

GETARAN BUNYI
Sehelai dawai ditegangkan dengan beban variabel. Jika dawai dipetik di
tengah-tengahnya, maka seluruh dawai akan bergetar membentuk setengah
panjang gelombang.
Gelombang yang terjadi adalah gelombang stasioner, pada bagian ujung
1
terjadi simpul dan di bagain tengah terjadi perut. jadi panjang kawat L = 2

atau = o = 2L. Nada yang ditimbulkan adalah nada dasar, Jika


frekwensinya dilambangkan dengan f o maka :
v
fo . o = fo . 2L = v fo =
2L
Jika tepat ditengah dawai dijepit, kemudian senar digetarkan maka
getaran yang terjadi dalam senar digambar sebagai berikut :

1
Senar digetarkan pada jarak 4 L dari salah satu ujung senar. Gelombang

yang terjadi menunjukkan bahwa pada seluruh panjang tali erjadi 1


gelombang. Jadi L = 1 dan nada yang ditimbulkannya merupakan nada
atas pertama., dengan frekwensi f1.
v 2v
Maka f1 . 1 = f1 . L = v f1 = =
L 2L
Dawai juga dapat digetarkan sedemikian sehingga antara kedua
1
ujungnya terdapat dua buah simpul, yaitu dengan cara pada jarak 3

panjang dawai dari salah satu ujungnya dijepit dengan penumpu dan dawai
1
digetarkan pada jarak 6 L, maka pola gelombang yang terjadi dapat

digambar sebagai berikut :


1
Seluruh panjang dawai akan menggetar dengan membentuk 1 2

gelombang.
1
Jadi L = 1 2 2 Nada yang ditimbulkan adalah nada atas kedua dengan

frekwensi f2.
Jadi :
3 2
L= 2 2 atau 2 = 3 L
2
f2 . 2 = f2 . 3 L=v

3v
f2 =
2L
dari data di atas dapat disimpulkan :
fo : f1 : f2 : . . . =1:2:3: . . .
Yang disebut nada selaras (nada harmonis) atau juga dinamakan nada
flageolet.
Rumus umum dari pada frekwensi nada-nada tersebut di atas adalah :
 n  1
fn   v
 2L 

2L
n 
n 1
karena v adalah kecepatan rambat gelombang transversal, maka

 n  1 F
fn   
 2L   . A

Dari persamaan di atas dapat disimpulkan dalam hukum Mersenne


berikut ini
1. Frekwensi nada dasar dawai berbanding terbalik dengan panjang
dawai.
2. Frekwensi nada dasar dawai berbanding lurus ( berbanding senilai )
dengan akar kuadrat tegangan tali.
3. Frekwensi nada dasar dawai berbanding terbalik dengan akar kudrat
penampang dawai.
4. Frekwensi nada dasar dawai berbanding terbalik dengan akar kuadrat
masa jenis bahan dawai.
Pada nada atas ke-n terdapat ( n+2 ) simpul dan ( n+1 ) perut.
GETARAN KOLOM UDARA

PIPA ORGANA TERBUKA .


Kolom udara dapat beresonansi, artinya dapat bergetar. Kenyataan ini
digunakan pada alat musik yang dinamakan Organa, baik organa dengan
pipa tertutup maupun pipa terbuka. Dibawah ini adalah gambar penampang
pipa organa terbuka.

Jika Udara dihembuskan kuat-kuat melalui lobang A dan diarahkan ke


celah C, sehingga menyebabkan bibir B bergetar, maka udarapun bergetar.
Gelombang getaran udara merambat ke atas dan oleh lubang sebelah atas
gelombang bunyi dipantulkan ke bawah dan bertemu dengan gelombang
bunyi yang datang dari bawah berikutnya, sehingga terjadilah interferensi.
Maka dalam kolom udara dalam pipa organa timbul pola gelombang
longitudinal stasioner. Karena bagian atas pipa terbuka, demikian pula celah
C, maka tekanan udara di empat tersebut tentulah sama dan sama dengan
tekanan udara luar, jadi tekanan di tempat tersebut timbulah perut.
Pada gambar (b) di atas terlihat 1 simpul diantara 2 perut. Ini berarti
pipa organa bergetar dengan nada terendah yang disebut nada dasar organa.

Frekwensi nada dasar dilambangkan f o, jadi L = 1


2  o atau  o = 2L, sehingga

v
f o= .
2L
Pada gambar (c) memperlihatkan dua simpul dan satu perut diantara
kedua perut, dikatakan udara dalam pipa organa bergetar dengan nada atas
pertama dan dilambangkan dengan f 1. Pada pola tersebut sepanjang kolom
udara dalam pipa terjadi 1 gelombang.
Jadi :
 1= L
f1 . 1 = f1 . L = v
v 2v
f1 = =
L 2L
Pada gambar (d) memperlihatkan 3 simpul dan dua perut di antara
kedua perut, dan bunyi yang ditimbulkan merupakan nada atas kedua
dilambangkan f2. Pada pola tersebut dalam pipa organa terbuka tersebut
1
terjadi 1 2 gelombang,

jadi :
3 2
L= 2 2 atau 2 = 3 L
2
f2 . 2 = f2 . 3 L=v

3v
f2 =
2L
Secara berturut-turut peristiwa di atas dapat kita amati sebagai berikut :
v
f0  ( 2 perut dan 1 simpul )
2L
2v
f1  ( 3 perut dan 2 simpul )
2L
3v
f2  ( 4 perut dan 2 simpul )
2L
4v
f3  ( 5 perut dan 4 simpul )
2L

Pada nada atas ke-n terdapat : ( n+2 ) perut dan ( n+1 ) simpul sehingga
secara umum dapat dirumuskan sebagai :
 n  1
fn   v
 2L 

2L
n 
n 1
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa :
fo : f1 : f2 : f3 : . . . =1:2:3:4: . . .
Ungkapan tersebut dinamakan Hukum Bernoulli ke I, yaitu :
Frekwensi nada-nada yang dihasilkan oleh pipa organa terbuka
berbanding sebagai bilangan asli.

PIPA ORGANA TERTUTUP


Apabila pada ujung atas pipa organa tertutup, maka dinamakan pipa
organa tertutup, sehingga gelombang longitudinal stasioner yang terjadi
pada bagian ujung tertutup merupakan simpul dan pada bagian ujung
terbuka terjadi perut.
Gambar berikut menunjukkan berbagi pola getaran yang terjadi pada pipa
organa tertutup.

Pada (a) memberikan nada dasar dengan frekwensi f o. Pada panjang


kolom udara L terjadi 1/4 gelombang, karena hanya terdapat 1 simpul dan 1
perut.
Jadi :

L= 1
2  o;  o = 4L

f0 . 0 = f0. 4L = v
v
f0 =
4L
Pada pola ( b ) memberikan nada atas pertama dengan Frekwensi f 1.
Sepanjang kolom udara pipa organa tertutup terjadi 2 simpul dan 2 perut,
3
sehingga panjang pipa = 4 panjang gelombang.

Jadi :

L= 3
4  1 atau  1= 4
3 L
4
f1 . 1 = f1 . 3 L=v

3v
f1 =
4L
Pada pola ( c ) memberikan nada atas kedua dengan dengan frekwensi f 2
pada panjang kolom udara pipa organa tertutup terjadi 3 simpul dan 3 perut,
5
sehinga panjang pipa = 4 panjang gelombang.

Jadi :
5 4
L= 4 2 atau 2 = 5 L
4
f2 . 2 = f2 . 5 L=v

5v
f2 =
4L
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan :
Pada nada atas ke-n terdapat ( n+1 ) simpul dan ( n+1 ) perut.
fo : f1 : f2 : f3 : . . . =1:3:5:7: . . .
Ungkapan ini dinamakan Hukum Bernoulli ke II : Frekwensi nada
pipa organa tertutup berbanding sebagai bilangan-bilangan ganjil.
Secara umum dirumuskan :
 2n  1
fn   v
 4L 

Sehingga untuk panjang gelombangnya :


4L
n 
2n  1

EFEK DOPPLER

Efek Dopler adalah peristiwa naik atau turunnya frekuensi gelombang bunyi
yang terdengar penerima bunyi ketika sumber bunyi bergerak mendekat atau
menjauh. Contoh efek Dopler dapat dilihat pada gambar dibawah. Pada saat
sumber suara diam, kedua penerima mendengar besar frekuensi yang sama.
Saat sumber suara bergerak, salah satu penerima mendengar frekuensi yang
lebih besar dari sebelumnya dan penerima lain mendengar frekuensi yang
lebih kecil dari sebelumnya.

[Sumber: Douglas C. Giancoli, 2005]


Besarnya frekuensi bunyi yang terdengar penerima dinotasikan dengan:

Dimana,
V = cepat rambat bunyi di udara (m/s)
 = kecepatan pendengar (m/s)
(Bernilai plus (+), jika pendengar mendekati sumber bunyi
Bernilai minus (-), jika pendengar menjauhi sumber bunyi
Bernilai nol (0), jika pendengar diam)
 = kecepatan sumber bunyi (m/s)
(Bernilai plus (+), jika sumber bunyi menjauhi pendengar
Bernilai minus (-), jika sumber bunyi mendekati pendengar
Bernilai nol (0), jika sumber bunyi diam)
 = frekuensi sumber bunyi (Hz)

Aplikasi Gelombang Bunyi


Terdapat aplikasi-aplikasi yang diterapkan berdasarkan prinsip gelombang
bunyi, diantaranya:
 Sonar:
Sonar menembakkan gelombang suara ultrasonik pada frekuensi 20 kHz
hingga 100 kHz. Penggunaan sonar banyak dipakai untuk mengukur
kedalaman air.

 Ultrasonografi (USG):
Frekuensi yang digunakan berkisar 1 MHz hingga 10 MHz (1 MHz = 10 6 Hz).
USG digunakan untuk melihat fase-fase pertumbuhan bayi pada kandungan
ataupun untuk melihat tumor pada bagian tubuh.
Jarak antar dua tempat dengan bunyi pantul dapat dinotasikan dengan:

Dimana,
 = waktu tempuh gelombang bunyi sejak ditembakkan hingga diterima (s)

Sumber :
https://www.studiobelajar.com/gelombang-bunyi/
https://fisika-sma-kelas-xi.ebook.com/materi/

Anda mungkin juga menyukai