Oleh
MUHAMAD GANDA SAPUTRA, SST
Definisi
a.Konjungtivitis
a.Keratitis
1) Organisme bakteri
2) Virus
3) Jamur atau parasit(Brunner dan Suddarth, 2001)
b.Konjungtivitis
1) Bisa bersifat infeksius (bakteri, klamidia, virus, jamur,
parasit)
2) Imunologis (alergi)
3) Iritatif (bahan kimia, suhu listrik, radiasi, misalnya akibat
sinar ultraviolet)
4) Berhubungan dengan penyakit sistemik(Brunner dan
Suddarth, 2001)
c.Uveitis
1) Alergen
2) Bakteri
3) Jamur
4) Virus
5) Bahan kimia
6) Trauma
7) Penyakit sistemik seperti sarkoidosis, kolitis, ulserativa,
spondilitis, ankilosis, sindroma reiter, pars planitis,
toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus, nekrosis retina
akut, toksokariasis, histoplamosis, tuberkulosis, sifilis,
sindroma behcel, oflamia simpatetik, sindroma vogt-
hoyanagi-harada, arkoma/limfoma.(www.medicastore.com)
3.Menifestasi Klinis/Tanda dan Gejala
a.Konjungtivitis
Tanda dan gejala konjungtivitis bisa meliputi
1) Hiperemia (kemerahan)
2) Cairan
3) Edema
4) Pengeluaran air mata
5) Gatal pada kornea
6) Rasa terbakar/rasa tercakar
7) Seperti terasa ada benda asing
b.Keratitis
Manifestasi klinis dari keratitis meliputi :
1) Inflamasi bola mata yang jelas
2) Terasa benda asing di mata
3) Cairan mokopurulen dengan kelopak mata saling
melekat saat bangun
4) Ulserasi epitel
5) Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera
anterior)
6) Dapat terjadi perforasi kornea
7) Ekstrusi iris dan endoftalmitis
8) Fotofobia
9) Mata berair
10)Kehilangan penglihatan bila tidak terkontrol
a.Konjungtivitis
1)Konjungtivitis kataral akula/subakuta/kronika
2)Konjungtivitis purulenta
3)Konjungtivitis flikten
4)Konjungstivitis membranasea/pseudomembranasea
5)Konjungstivitis vernal
6)Konjungstivitis atopi
7)Konjungstivitis folikularis non trakoma
8)Konjungstivitis folikularis trahoma
b.Keratitis
1)Keratitis superfisial non ulseratif
seperti :
keratitis pungtata superfisial dari fuchs
keratitis nomularis dari dimmer
2)Keratitis superfisial ulseratif
seperti :
keratitis pungtata superfisial ulseratif
keratitis flikten
keratitis herpetika
3)Keratitis profunda non ulseratif
seperti :
keratitis interstisialis
keratitis pustuliformis profunda
4)Keratitis profunda ulseratif
seperti :
keratitis et lagoftalmus
keratitis neuroparalitik
c. Uveitis
1)Uveitis granulomatosa
2)Uveitis non granulomatosa
3)Uveitis campuran(dr. Nana Wijaya, 1993)
5.Pathofisiologi
Sebagian besar inflamasi mata disebabkan oleh makroorganisme, irigasi mekanis, atau sensitivitas
terhadap suatu zat. untungnya inflamasi tersebut tidak meningalkan bekas yang permanen.
inflamasi kornea yang berat atau ulkus kornea dapat menyebabkan kerusakan kornea yang
meyebabkan ganguan penglihatan. komplikasi dari uveitis dapat menimbulkan perekatan, glaukoma
sekunder dan hilang penglihatan.
Sebaian besar inflamasi mata adalah tembel dan konjungstivitis. Tembel adalah infeksi folikel bulu
mata atau kelenjar pinggir kelopak mata yang relatif ringan. Organisme orang yang sering
menginfeksi adalah stafilokokus. Infeksi ini cenderung berkumpul karena organisma infeksi
menyebar dari folikel rambut yang satu ke yang lainnya. Kebersihan yang kurang dan gangguan
kosmetik yang berlebihan dapat merugikan faktor pendukung. Orang–orang seharusnya diajarkan
untuk tidak memencet tembel karena infeksi dapat menyebar dan menyebabkan selulitis pada
kelopak mata.
Konjungtivitis merupakan bagian besar dari penyakit mata dan ada yang akut dan ada yang kronik.
Konjungstivitis bakteri akut biasanya ditularkan oleh kontak langsung. Orang yang menyentuh
matanya dengan jari akan mengkontaminasi benda–benda seperti : handuk atau lap. Organisme
penyebabnya biasanya stafilokokus dan adenovirus. Konjungstivitis sederhana biasanya tidak lama.
Infeksi oleh Chlamydia trachomatis menyebabkan trachoma, suatu bentuk konjungstivitis yang
jarang di Amerika Serikat. tetapi bisa menyebabkan kebutaan terutama bagi orang-orang yang hidup
didaerah kering dan pendapatannya rendah, negara-negara di mediterranean yang panas dan timur
jauh. Trachoma timbul mengikuti konjungstivitis akut, kelopak mata menjadi berparut dan
terbentuk granulasi-granulasi di permukaan dalam kelopak dan menyebar ke kornea yang pada
akhirnya menimbulkan hilangnya penglihatan. Pemeliharaan kebersihan penting untuk mencegah
dan mengatasi trachoma. Kornea yang parut memerlukan transplantasi kornea mata. Konjungstivitis
alergi biasanya disertai demam, kronis dan berulang-ulang.
Komplikasi
a.Konjungstivitis
1) Komplikasi pada konjungstivitis kataral teronik merupakan
segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
2) Komplikasi pada konjungstivitis purulenta adalah seringnya
berupa ulkus kornea
3) Komplikasi pada konjungstivitis membranasea dan
pseudomembranasea adalah bila sembuh akan
meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea
dapat mengganggu penglihatan orang menjadi buta
4) Komplikasi konjungstivitis vernal adalah pembentukan
jaringan sikratik dapat mengganggu pengelihatan
b.Keratitis
Komplikasi keratitis
1) Hipopion
2) Perforasi kornea
3) Prognosis
c.Uveitis
Komplikasi uveitis
1) Katarak
2) Retinitis proliferans
3) Ablasi retina
4) Glaukoma sekunder, yang dapat terjadi pada
stadium dini dan juga pada stadium lanjut
(dr. Nana Wijana, 1993)
Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan Mata
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
2) Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan
perimeter (sebagai alat pemeriksaan lapang pandangan)
3) Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat
adanya efek epitel kornea)
4) Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui
letak dan adanya kebocoran kornea)
5) Pemeriksaan oftalmoskop
6) Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop
(untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran
normalnya)
(Prof.dr. H. Sidafta Ilyas, SpM , 2008)
b. Therapi Medik
1)Konjungtivitis : Antibiotik topikal, obat tetes
steroid untuk alergi (kontra indikasi pada
hespes simplek virus)
2)Keratitis : Antibiotik topikal untuk infeksi
bakteri, sulfat
atropin, doyuridin untuk herpes simplek
3)Uveitis : Scopoto lamine atau atropine untuk
melebarkan pupil, kompres basah
kortitkosteroid. (Barbara C. Long, 1996)
Penatalaksanaan
a.Konjungtvitis
Pasien dengan infeksi kornea berat dirawat untuk pemberian berseri (kadang sampai
tiap 30 menit sekali) tetes anti mikroba dan pemeriksaan berkala oleh ahli optalmologi
cuci tangan secara seksama Harus memakai sarung tangan setiap intervensi
keperawatan yang melibatkan mata Kelopak mata harus dijaga kebersihannya dan
perlu diberi kompres dingin diperlukan aseaminofen untuk mengontrol nyeri. Dan
diresepkan sikloplegik dan midriatik untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
2)Keraktitis Pemajanan
Memplester kelopak mata atau membalut dengan ringan mata yang telah diberi
pelumas. Pada yang mengalami penurunan perlindungan sensori terhadap kornea
dapat dipasang lensa kontak lunak tipe-balutan. Lensa kontak lunak tipe-balutan
dipasang sesuai ukuran. Hal ini untuk mempertahankan permukaan kornea,
mempercepat penyembuhan efek epitel dan memberikan rasa nyaman perisai kolagen
bisa dipergunakan untuk perlindungan kornea jangka pendek (Brunne dan Suddarth,
2001)
c.Uveitis
Penatalaksanaan Uveitis
1)Pada uveitis anterior kronis (iritis), obat mata dilatar harus
diberikan segera untuk mencegah pembentukan jaringan
parut dan adesi ke lensa. Kortikosteroid lakal dipergunakan
untuk mengurangi peradangan dan kaca mata hitam
2)Pada uveitis intermediat (pars planis, siklitis kronis),
diberikan steroid topikal atau injeksi untuk kasus yang berat
3)Pada uveitis posterior (peradangan yang mengenai
khoroid/retina) biasanya berhubungan dengan berbagai
macam penyakit sistemik seperti AIDS. Kortikosteroid sistemik
diindikasikan untuk mengurangi peradangan bersama dengan
terapi terhadap keadaan sistemik yang mendasarinya.
(Brunner dan Suddarth, 2001)
B.ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a.Pengkajian ketajaman mata
b.Pengkajian rasa nyeri
c.Kesimetrisan kelopak mata
d.Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
e.Warna mata
f.Kemampuan membuka dan menutup mata
g.Pengkajian lapang pandang
h.Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk
mengetahui adanya pembengkakan 4 inflamasi
( Brunner dan Suddarth, 2001)
2.Analisa Data
a.Data fokus
1)Gatal-gatal
2)Nyeri (ringan sampai berat)
3)Lakrimasi (mata selalu berair)
4)Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau
blepharospasme (kejang kelopak mata)
b.Diagnosa Kemungkinan Penyebab
- Nyeri : pada mata - Edema mata, sekresi, fotofobia,
peningkatan TIO atau inflamasi
- Potensial infeksi, - Kurang pengetahuan
penyebaran ke mata yang tidak sakit
3.Fokus Intervensi
Diagosa Keperawatan
a.Nyeri pada mata berhubngan dengan edema mata, fotofobia dan inflamasi
• Tujuan yang diharapkan :Keadaan nyeri pasien berkurang
• Intervensi
1)Beri kompres basah hangat
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan
membersihkan mata
• 2)Kompres basah dengan NaCL dingin
Rasionalisasi : mencegah dan mengurangi edema dan gatal-gatal yang berat
• 3)Beri irigasi
Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat
kimia dari mata
(Barbara C .Long, 1996)
• 4)Dorong penggunaaan kaca mata hitam pada cahaya kuat
Rasionalisasi : cahaya yang kuat meyebabkan rasa tak nyaman
• 5)Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep
Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri
(Brunner dan Suddarth, 1996)
b.Gangguan penglihatan berhubungan dengan kerusakan kornea