T
DENGAN KERATITIS DI RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
Dosen pembimbing : Gathut Pringgotomo S.Kep.Ners.M.Kep
Disusun oleh :
EKITA MOLIS FEBRIAN
NIM. A2R18065
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN KERATITIS
A. DEFINISI
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut
lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel atau
bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa)
yang mengenai lapisan stroma (Ilyas, 2010).
B. ETIOLOGI
1) Keratitis Pungtata
Keratitis pungtata adalah keratitis yang mengenai lapisan superfisial dan subepitel
pada kornea dan berbentuk infiltrat halus pada kornea Faktor penyebab Keratitis Pungtata
tidak spesifik dan dapat terjadi akibat infeksi Herpes simpleks, Herpes zoster, Blefaritis
neuroparalitik, vaksinasi, trakoma, mata kering (dry eye), trauma, radiasi, keracunan obat
seperti neomisin dan tobramisin
2) Keratitis Marginal
Keratitis Marginal merupakan keratitis dengan infiltrasi subtrat terdapat pada bagian
tepi kornea sejajar dengan limbus. Infeksi konjungtiva dapat menyebabkan terjadinya
keratitis marginal atau keratitis kataral. Keratitis marginal biasanya terdapat pada pasien
paruh baya dengan adanya riwayat blefarokonjungtivitis. Penyebabnya yaitu Strepcoccus
pneumonie, Moraxella lacunata, Hemophilus aegepty, dan Esrichia
3) Keratitis Interstisial
Keratitis interstitial adalah kondisi serius dimana infeksi keratitis diikuti oleh infiltrasi
pembuluh darah ke dalam kornea yang dapat menyebabkan transparansi kornea berkurang
dan akhirnya menjadi keruh. Keratitis interstitial dapat menyebabkan komplikasi kebutaan
pada. Keratitis Interstisial terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke dalam stroma kornea
dan akibat tuberkulosis .
Faktor penyebab paling sering dari keratitis interstitial adalah sifilis kongenital.
Keratitis yang disebabkan oleh sifilis kongenital biasanya ditandai dengan tanda trias
Hutchinson yaitu terjadi keratitis interstisial pada mata, tuli labirin pada telinga, dan gigi
seriberbentuk obeng, sadlenose, dan pemeriksaan serologis yang positif terhadap sifilis.
b. Berdasarkan penyebabnya
1) Keratitis Bakteri
Keratitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat menyebabkan komplikasi yang
mengancam penglihatan. Hal ini disebabkan proses nyerinya terjadi cepat dan disertai dengan
injeksio konjungtiva, fotofobia dan adanya penurunan visus, inflamasi endotel, tanda reaksi
bilik mata depan, dan hipopion yang sering terjadi pada pasien dengan ulkus kornea
bakterial. Penggunaan lensa kontak, obat kortikosteroid dan grafting kornea yang terinfeksi
dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi bakteri.
2) Kreatitis Jamur
3) Kreatitis Virus
Infeksi virus yang sering terjadi pada kornea disebabkan oleh infeksi Herpes simpleks
virus (HSV). Virus herpes merupakan parasit obligat intraselular yang dapat ditemukan pada
mukosa, rongga mulut, rongga hidung, mata dan vagina. Penularan virus dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan cairan dan jaringan yang berasal dari mata, rongga mulut,
rongga hidung, dan alat kelamin yang mengandung virus. Pasien dengan HSV keratitis
memiliki keluhan utama nyeri pada mata, mata merah, mata berair, penglihatan kabur,
fotofobia, dan penurunan tajam penglihatan terutama jika terkena bagian pusat kornea .
4) Keratitis Acanthamoeba
Edema kornea
Kerusakan stoma
sekitar
Pembiasan kornea
terganggu
Pandangan kabur
G3 PERSEPSI SENSORI
Penurunan kemampuan PENGLIHATAN
meilhat
RESIKO CIDERA
E. TANDA DAN GEJALA
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Data mayor :
Data subjektif
- Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
- Merasakan sesuatu indera perabaan,penciuman,perabaan atau pengecapan
Data objektif
- Distorsi sensori
- Respons tidak sesuai
- Bersikap seolah melihat,mendengar,mengecap,meraba,mencium sesuatu
Data minor :
Data subjektif
- Menyatakan kesal
Data objektif
- Menyendiri
- Melamun
- Konsesntrasi buruk
- Disorientasi waktu,tempat,orang, situasi
- Curiga
- Melihat ke satu arah
- Mondar-mandir
- Bicara sendiri
Luaran (SLKI)
Luaran utama : persepsi sensori
Luaran pendukung :
- Fungsi sensori
- Orientasi kognitif
- Proses infromasi
- Status neurologis
- Status orientasi
Kriteria hasil :
- Verbalisasi melihat bayangan meningkat
- Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera perabaan meningkat
- Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera penciuman meningkat
- Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera pengecapan meningkat
- Distorsi sensori meningkat
- Perilaku halusinasi meningkat
- Respons sesuai stimulus meningkat
Intervensi :
Minimalisasi rangsangan
Observasi :
- Periksa status mental,status sensori,dan tingkat kenyamanan
(mis.nyeri,kelelahan)
Terapeutik :
- Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis.bising,terlalu terang)
- Batasi stimulus lingkungan (mis.cahaya,suara,aktivitas)
- Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
- Kombinasikan prosedur atau tindakan dalam satu waktu,sesuai kebutuhan
Edukasi :
- Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.mengatur pencahayaan
ruangan,mengurangi kebisingan,membatasi kunjungan)
Kolaborasi :
- Kolaborasi dalam meminimalkan rosedur/tindakan
- Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus
Luaran (SLKI) :
Luaran utama :
- Tingkat cidera
Luaran tambahan :
- Fungsi sensori
- Keamanan lingkungan rumah
- Keseimbangan
- Kinerja pengasuhan
- Kontrol kejang
- Koordinasi pergerakan
- Mobilitas
- Orientasi kognitif
- Tingkat derilium
- Tingkat demensia
- Tingkat jatuh
Kriteria hasil :
- Toleransi aktivitas meningkat
- Kejadian cedera menurun
- Luka/lecet menurun
Intervensi :
Manajemen keselamatan lingkungan
Observasi :
- Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis.kondisi fisik,fungsi kognitif,dan
riwayat pelaku)
- Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik :
- Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan ( mis.fisik,biologi,kimia,) jka
memungkinkan
- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis.commode chair dan pegangan
tangan)
- Gunakan perangkat pelindung (mis.pengekangan fisik,rel samping,pintu
terkunci,pagar)
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
(mis.puskesmas,polisi,damkar)
- Fasilitas relokasi ke lingkungan yang aman
- Lakukan program skrinning bahaya lingkungan (mis.timbal)
Edukasi :
- Ajarkan individu,keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan , Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Biswell, R. 2010. Kornea. In: Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC.
Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisiketiga.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2010
Jurnal :
https://www.reviewofcontactlenses.com/article/a-closer-look-at-corneal-inflammation
diakses tanggal 02 Agustus 2021 .Jam 18.45 WIB