Anda di halaman 1dari 58

PATIENT SAFETY DALAM

PEMBERIAN DAN MONEV


OBAT DI RS
DEPARTEMEN FARMASI KLINIS
PSSF-FKUB
KOMPETENSI MAHASISWA
 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi
pemberian obat (drug administration) dan tenaga kesehatan
yang berwenang melakukannya di RS
 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kelebihan
dan kekurangan self administration yang dilakukan pasien
rawat inap di RS
 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi
tahapan proses pemberian obat di RS
 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan handling
cytotoxic yang terkait dengan patient safety
 Mahasiswa mampu mendesain ruangan khusus untuk
handling cytotoxic
Latar Belakang
 Medication safety is a significant issue in hospitals
and throughout health care.
 Medication errors were estimated to account for
more than 7,000 deaths annually.
 Great improvements are needed, and hospitals are
engaged in many efforts to reduce errors and
increase this aspect of patient safety.
Latar Belakang
 Kesalahan paling sering terjadi pada proses
pemberian (53%), diikuti oleh proses peresepan
(17%), peracikan (14%), dan transkripsi (11%).
 Kesalahan pada proses awal (peresepan) lebih
besar peluangnya untuk dikoreksi, dibanding
dengan kesalahan pada proses akhir (pemberian
obat).
Peran Apoteker Dalam Patient Safety

PATIENT SAFETY

Medication safety

Mencegah
medication error

Peran apoteker dlm


terapi obat px
Peran Apoteker dalam Keselamatan Pengobatan
(Medication Safety Pharmacist)

• Membuat kajian terhadap laporan insiden yang


1. Mengelola
masuk
laporan • Mencari akar permasalahan dari “kesalahan”
medication error yang terjadi

2.
Mengidentifikasi • Menganalisis pelaksanaan praktek yang
pelaksanaan menyebabkan medication error
• Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan
praktek profesi • Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk
terbaik untuk menurunkan insiden yang sering terjadi atau
menjamin berulangnya insiden sejenis
medication safety
Peran Apoteker dalam Keselamatan Pengobatan
(Medication Safety Pharmacist)

3. Berkoordinasi
dengan staf dan • Mengembangkan program
klinisi terkait untuk pendidikan untuk meningkatkan
menggalakkan medication safety dan kepatuhan
praktek pengobatan terhadap aturan/SOP yang ada
yang aman

4. Berpartisipasi
dalam Komite/tim • Komite Keselamatan Pasien RS
yang berhubungan
dengan medication
• Dan komite terkait lainnya
safety
Peran Apoteker dalam Keselamatan Pengobatan
(Medication Safety Pharmacist)

5. Terlibat di dalam
pengembangan dan
pengkajian kebijakan
penggunaan obat
6. Memantau kepatuhan
terhadap standar pelaksanaan
Keselamatan Pasien yang
ada
KATEGORI MEDICATION
ERRORS
KATEGORI MEDICATION
ERRORS
KEMASAN MIRIP, NAMA BEDA
SERUPA TAPI TAK SAMA
SERUPA TAPI TAK SAMA
CONTOH OBAT-OBAT LASA /
NORUM
Allopurinol 100 mg Glimepirid 1 mg
Allopurinol 300 mg Glimepirid 2 mg
Amoxan 250 mg Glimepirid 3 mg
Amoxan 500 mg Glimepirid 4 mg
Amlodipin 5 mg Irbesartan 150 mg
Amlodipin 10 mg Irbesartan 300 mg
Captopril 12,5 mg Kalnex 250 mg
Captopril 25 mg Kalnex 500 mg
Methylprednisolon 4 mg Nitrocaf Retard
Methylprednisolon 8 mg Nitrocaf Forte
Methylprednisolon 16 mg
DRUG ADMINISTRATION
(Pemberian Obat)

 Yang berwenang melakukan pemberian obat di RS


 Macam pemberian obat
DRUG ADMINISTRATION
(Pemberian Obat)

 Prinsip dasar tentang formulasi obat harus


dipahami agar pemberian obat tsb mjd aman
 Jumlah pasien RS yg mengalami ADR, 17% nya
dapat dicegah
 Perawat  pemberian obat dengan aman 
kepuasan pasien me↑ dan ADR me↓ serta menekan
biaya pengobatan di RS
SELF ADMINISTRATION
 Home setting : self administration instruksi
diberikan oleh dokter dan / atau farmasis. Pd
beberapa kasus yg membutuhkan pemberian
khusus, membutuhkan bantuan keluarga atau
kerabat
 Pemberian obat tanpa didampingi healthcare, maka
pemberian KIE dg benar mutlak diperlukan utk
meningkatkan adherence, dan benar dlm pemberian
 utk jaminan dlm patient safety
SELF ADMINISTRATION
 Pastikan :
1. Kondisi pasien memungkinkan utk self-administration
2. Pasien menggunakan obat sesuai dg yg diresepkan
3. Pasien tidak membahayakan orang lain ketika
meletakkan obat atau menyimpan obat (misal : anak
kecil)
4. Pasien memahami kegunaan dan fungsi obat
Jika tidak bisa  pemberian obat diambil alih oleh tenaga
kesehatan lain atau orang lain yg diberi kewenangan.
SELF ADMINISTRATION
Terdapat beberapa kelebihan dan resiko self
administration pd pasien rawat inap di RS
 Kelebihan

 Meningkatkan pengetahuan px ttg obat mereka


 Memberdayakan dan memandirikan pasien
 Meningkatkan kepercayaan antara pasien dan tenaga
kesehatan
 Dpt mengidentifikasi masalah terkait pemakaian obat
lebih dini
SELF ADMINISTRATION
 Risiko
 Assesment terhadap px harus tepat agar tidak
membahayakan
 Kolaborasi kerja dan komunikasi antar tenaga
kesehatan harus baik
 Tanggung jawab pasien

 Edukasi dan pelatihan yg benar kpd pasien


SAFE ADMINISTRATION OF MEDICINE

1. Kewenangan utk memberikan obat.

Langkah-
Dimiliki oleh dokter, perawat, dan apoteker

langkahnya adalah: 2. Form pemberian obat (Patient medicines administration chart) . Berisi data-data
pasien, nama obat, kekuatan dosis, sediaan, rute, frekuensi, jadwal pemberian obat,
dll. Paraf diberikan oleh prescriber sbg pihak yg memberi instruksi terapi dan oleh
perawat, dokter, atau apoteker yg melaksanakan instruksi tsb.
SAFE ADMINISTRATION OF MEDICINE

3. Informasi tertulis yg jelas ttg obat yg diberikan (ex:

Langkah-langkahnya
cara rekonstitusi obat injeksi). Wajib bertanya jika ada
informasi yg kurang jelas

adalah (lanjutan): 4. Status alergi. Upayakan dapat


diketahui dan tercatat.
Peran apoteker dalam pemberian obat

 Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh


pasien rawat inap di rumah sakit dan sarana pelayanaan
kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas kesehatan lain.
 Hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Tepat pasien
 Tepat indikasi
 Tepat waktu pemberian
 Tepat obat
 Tepat kekuatan dosis
 Tepat label obat (aturan pakai)
 Tepat rute pemberian
 Bentuk kerjasama seperti apa??
Peran apoteker dalam MONEV obat

 Monitoring merupakan kegiatan pemantauan


terhadap pelaksanaan pelayanan kefarmasian
terkait Program Keselamatan Pasien.
 Evaluasi merupakan proses penilaian kinerja
pelayanan kefarmasian terkait Program
Keselamatan Pasien.
Peran apoteker dalam MONEV obat

 Tujuan monev: agar pelayanan kefarmasian yang


dilakukan sesuai dengan kaidah keselamatan pasien
dan mencegah terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan dan berulang di masa yang akan datang.
Peran apoteker dalam MONEV obat

Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap:


 Sumber daya manusia (SDM)

 Pengelolaan perbekalan atau sediaan farmasi (pemilihan,

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan


distribusi/penggunaan)
 Pelayanan farmasi klinik (pengkajian resep, penyerahan

obat, pemberian informasi obat, konseling obat,


rekonstitusi obat kanker, iv.admixture, total parenteral
nutrition, therapeutic drug monitoring)
 Laporan yang didokumentasikan
Handling cytotoxic
Perlengkapan dalam penanganan sitostatika
Handling cytotoxic
(terkait Patient safety)

A. Penyiapan sitostatika
B. Pencampuran sitostatika
A. Penyiapan sitostatika

Cek dokumen
Cek kondisi
permintaan Hitung Pilih pelarut
• 5 benar obat yg diterima
• Nama obat, kesesuaian dan hitung vol
(px,obat,
jml, no.batch, dosis yg dibutuhkan
dosis,rute,wakt
u) ED)

Buat label obat


• Nama px, no RM,
Buat label
Lengkapi ruang, dosis, rute,
pengiriman
dokumen • Isinya sama dg kondisi
pencampuran penyimpanan, tgl
info pd label obat buat, tgl ED
pencampuran
B. Pencampuran sitostatika

Pakai APD sesuai protap lalu cuci


tangan

Hidupkan, dekontaminasi, dan


desinfeksi BSC

Siapkan meja BSC dan tempat


buangan sampah

Desinfeksi sarung tangan dengan


alkohol 70%

Ambil alat dan bahan dari pass box,


letakkan di meja BSC
B. Pencampuran sitostatika (lanjutan)

Lakukan pencampuran secara aseptis

Beri label infus atau spuit campuran


sitostatika, bungkus dengan kantong hitam
atau aluminium foil

Buang bekas pencampuran obat,


masukkan sediaan ke wadah, keluarkan
melalui pass box

Tanggalkan APD sesuai protap


BEYOND USE DATE (BUD)

ED BUD
Produk Komersial Produk Racikan

Biasanya dinyatakan dalam ‘bulan Dinyatakan dalam ‘jam, tanggal atau


dan atau tahun” hari atau bulan’
Ditentukan setelah studi ekstensif Ditentukan setelah peracikan
dari stabilitas produk  Produsen
(pabrik)
Dituliskan oleh Pabrik Pembuatnya Dituliskan oleh Farmasis/Apoteker
Mengapa Harus Ada BUD???

TANGGUNG JAWAB
FARMASIS
Berdasarkan USP semua obat akan
mengalami penurunan stabilitas setelah
dicampur.

Obat yang dicampurkan dan kemasan aslinya


telah dibuka untuk diberikan kepada pasien,
menyebabkan ‘waktu paruh’ dari obat
tersebut berkurang.
Mengapa Harus Ada BUD???
Banyak
ketidakstabilan
Stabilitas
formulasitidak dapat Tidak mungkin

racikandideteksi tanpa
menggunakan ED
/ produsen untuk
campuran menggunakan
memperkirakan BUD

sering tidakperalatan racikan


untuk formulasi

diketahui analitik
PENENTUAN BUD
•BUD harus sesuai dengan label yang disetujui produsen

•Bila hal ini tidak mungkin, seorang apoteker idealnya berkonsultasi dengan produsen untuk menetapkan BUD

•Mendapatkan informasi stabilitas dari referensi atau literatur primer

•USP24/NF19 <795> menyatakan bahwa direkomendasikan BUD pada produk non steril dikemas dalam wadah kedap, wadah yang tahan terhadap sinar/cahaya, disimpan pada suhu kamar yang terkontrol, kecuali disebutkan lainnya
Sedian Padat dan Cair yang Bebas Air

 Jika sumber bahan/obat adalah produk obat


produksi (berasal dari industri/produsen), BUD
tidak lebih dari 25% dari sisa waktu expire date-
nya atau 6 bulan  mana yang lebih dulu/cepat itu
yang diambil.
 Jika sumber bahan/obat adalah zat USP atau NF
(serbuk obat murninya), maka BUD-nya tidak lebih
dari 6 bulan.
Sediaan yang Mengandung Air
 Bila dibuat dari bahan-bahan bentuk padat,
BUD-nya harus tidak lebih dari 14 hari bila
disimpan pada suhu dingin
Untuk Bentuk-bentuk Sediaan lainnya

 BUD-nya tidak lebih dari durasi terapi atau


30 hari  mana lebih dulu/lebih cepat itulah
yang dipilih
BUD CSP
(Compounded Sterile Preparation)

 BUD untuk CSP  proses yang kompleks.


 Penuh dengan tanggung jawab dan risiko.
 Harus dipahami sepenuhnya risiko dari
ketidaksterilan.
 Mengidentifikasi dan hati-hati menafsirkan
stabilitas kimia dari sumber-sumber yang tersedia.
Penentuan BUD CSP

Informasi stabilitas

Pertimbangan sterilitas
MATRIX BUD CSP
Ceftriaxone sodium
Ceftriaxone
DILUENT Concentration 25oC 4o C
(mg/ml)

Steril water for 100 3 days 10 days


injection 250, 350 24 hr 3 days
Sodium 100 3 days 10 days
chloride 0,9 % 250, 350 24 hr 3 days
Dextrose 5% 100 3 days 10 days
in water 250, 350 24 hr 3 days
Lidocaine HCl 100 24 hr 10 days
1% (without 250,350 24 hr 3 days
epinephrine)

Trissel, Ed 12, 229


KESIMPULAN BUD CSP
 Penentuan BUD yang sesuai/cocok untuk persiapan
racikan/campuran membutuhkan keseimbangan yang
kompleks: kimia, sterilitas , dan analisis ilmiah.
 Pengetahuan risiko dari ketidaksterilan dan interpretasi secara

teliti dari sumber-sumber yang tersedia terhadap stabilitas


kimia adalah hal yang terpenting dalam proses penentuan BUD.
 Kepastian bahwa informasi yang dikonsultasikan berlaku/dapat

digunakan dan sesuai untuk spesifikasi sediaan yang akan


dibuat.
 Pada saat mempertimbangkan ekstrapolasi apapun dari data

dalam penentuan BUD untuk CSP, pastikan datanya valid dan


cocok/sesuai untuk CSP yang akan dibuat.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Selama
Berada di RS

 Cuci tangan 6 langkah sesuai panduan WHO sebelum dan setelah


memegang pasien, apabila tidak ada air mengalir dan sabun bisa
digunakan hand sanitizer.
 Tidak boleh duduk di tempat tidur pasien.
 Tidak boleh makan dan minum di nurse station.
 Cuci tangan/menggunakan hand sanitizer setelah memegang
rekam medis.
 Cuci tangan/menggunakan hand sanitizer setelah menekan
tombol lift atau setelah memegang gagang pintu kamar RS.
Daftar Pustaka
 Courtenay,M.,Griffths,M. 2010. Medication safety: An
Essential Guide. Cambridge University Press, New York,USA.
 Hughes,G.R., Blegen,M.A. Medication Administration Safety.
Patient Safety and Quality: An Evidence-Based Handbook of
Nurses: Vol 2.
 Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan.2008. Tanggung Jawwab Apoteker
Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety). Jakarta.
Departemen Kesehatan RI
 2003.Handling Cytotoxic Drugs in The Workplace. Worksafe
Victoria.
SELAMAT BELAJAR 

Anda mungkin juga menyukai