Moderasi
Moderasi
DI MADRASAH
ABDURRAHMAN, S.Ag
Pada konteks moderasi beragama seorang individu mempunyai sikap maupun perilaku yang
bijak serta selalu berada di posisi tengah, tawasut, atau mengambil jalan tengah dalam setiap
persoalan. Sikap atau perbuatannya saat menjalankan keyakinannya tidak ekstrem atau
berlebihan, bijak dalam segala perbuatan, serta selalu bersikap adil ketika melihat suatu
persoalan, hingga menghasilkan kedamaian pada kehidupan berbangsa serta bernegara.
Islam dan Moderasi Beragama
Dalam Islam dikenal dengan istilah wasathiyah, kata ini memiliki setidaknya tiga makna, yaitu
bermakna di tengah‑tengah, adil, dan pilihan terbaik. Ketiga makna ini memiliki arti yang tidak bisa
berdiri sendiri, karena semua saling terkait antara satu makna dan lainnya. Seseorang yang memiliki
sikap berada di Tengah tengah sering kali bisa dijadikan cerminan dari sikap adil juga pilihan
terbaik.
Konsep ummatan wastahan ini disebutkan dalam al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 143: Dan
demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat pertengahan agar kalian
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kalian. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya
melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang.
Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah. Dan Allah tidak akan menyianyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha
Penyayang kepada manusia.”
Ayat di atas mengindikasikan bahwa konsep wasathiyah yang diatributkan kepada komunitas
muslim harus ditempatkan dalam konteks relasi kemasyarakatan dengan komunitas lain. Selain
itu, Individu atau komunitas muslim yang lebih luas baru mendapatkan identitas mereka sebagai
syahid (saksi) hanya di saat memiliki komitmen atas nilai-nilai moderasi dan kemanusiaan
(Kemenag RI, 2019: 27).
Mengapa Moderasi Beragama di Madrasah Penting?
Moderasi beragama memberikan suatu pelajaran bahwa seorang individu harus lebih dulu
mementingkan kemaslahatan daripada klaim kebenaran (sikap fanatisme) yang dapat memecah
rasa persaudaraan. Para peserta didik sebagai generasi penerus bangsa sangat perlu memiliki
sikap moderasi beragama agar keutuhan bangsa tetap terjadi. Hal ini tentunya menjadi tugas
dari seluruh pemangku kepentingan, seperti kepala madrasah, tenaga pendidik dan
kependidikan serta komite madrasah sebagai perwakilan dari masyarakat.
Bagamaimana Implementasi Moderasi di Madrasah?
Ada beberapa Poin penting yang harus dijalankan oleh pemangku kepentingan di madrasah dalam
menyukseskan Moderasi Beragama, yaitu: Kepala Madrasah, Tenaga Pendidik (guru), tenaga
Kependidikan hingga pengawas.
KEPALA MADRASAH SEBAGAI PELOPOR MODERASI BERAGAMA
Dalam rangka implementasi program moderasi beragama di madrasah, kepala madrasah merupakan
pelopor utama bagi orang-orang yang dipimpinnya. Kepala madrasah harus bisa terus memengaruhi
(mengajak) semua guru, tenaga kependidikan, dan para peserta didik dalam mendukung
pelaksanaan moderasi beragama. Kepala madrasah harus menunjukkan contoh dalam setiap
tindakan, perbuatan dan perkataan yang mencerminkan sikap yang moderat juga bijak. (Tambrin,
2022: 19)
GURU SEBAGAI PENGGERAK MODERASI BERAGAMA
Guru dalam konteks program moderasi beragama, selain mengajarkan nilai-nilai moderasi, mereka
harus menjadi teladan bagi peserta didik dengan berbagai sifat-sifat moderat yang dimilikinya.
Peran mereka dianggap sangat penting dan menjadi dominan dalam penanaman nilai-nilai moderasi
beragama. Bahkan, mereka pun menjadi unsur terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan di
madrasah. (Tambrin, 2022: 21)
TENAGA KEPENDIDIKAN AGEN MODERASI BERAGAMA
Perlu dipahami bahwa moderasi beragama dapat terlaksana dengan baik jika seluruh unsur
pendidikan yang ada di lingkungan madrasah dapat bersinergi dan bekerja sama untuk
menyukseskan moderasi beragama di madrasah. (Tambrin, 2022: 25)
PERAN PENGAWAS DALAM IMPLEMENTASI MODERASI BERAGAMA