MPLS. Kel 7
MPLS. Kel 7
MAKALAH
PAI 4 B
2024 M / 1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manajemen
Pengelolaan Lembaga Pendidikan Keagamaan Pesangren Modern Berbasis
Moderasi Beragama” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Manajemen PAI Luar Sekolah. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang agama dan pendidikan tentu tidak akan terlepas dari
lembaga pendidikan Islam yang tertua yakni pesantren. Pesantren yang kental dengan
ajaran agamanya sering dikaitkan dengan isu-isu modern seperti radikalisme dan
terorisme. Jihad yang menjadi pembahasan dalam kajian fikih acap dianggap sebagai
pemicu kekerasan dan aksi terorisme (Mu'allim 2006: 48). Maraknya pemberitaan
yang miring menjadikan pesantren memiliki citra yang kurang baik, terlebih ketika
ada kasus baru mencuat. Badan Nasional Penaggulangan Teroris (BNPT), pernah
merilis hasil risetnya yang mengatakan bahwa terdapat 198 pesantren terafiliasi
dengan gerakan radikalisme dan terorisme. Terlepas dari valid atau tidaknya hasil
riset tersebut tentulah memberikan dampak yang kurang baik bagi pesantren. Konsep
pendidikan pesantren yang didesain sedemikian rupa memperlihatkan bahwa
pendidikan di pesantren lekat dengan kedisiplinan, kepatuhan disertai aturan yang
sangat mengikat para santrinya. Pesantren juga berpegang pada prinsip theocentris
sebagai salah satu prinsip pendidikannya. Prinsip ini memandang bahwa semua
aktivitas manusia harus diarahkan kepada Tuhan. Semua aktifitas pendidikan di
pesantren merupakan bagian integral dari kehidupan. Sehingga tidak heran jika
aktualisasi nilai dan ajaran agama di pesantren sangatlah tinggi.
Paham radikalisme sendiri pada umumnya didorong dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan salah satunya adalah faktor agama. Radikalisme yang didorong
oleh faktor agama kerap mendasarkan aksi-aksinya pada agama itu sendiri, dimana
terdapat perbedaan dalam menginterpretasikan atau menafsirkan agama. Seperti
penilaian bahwa segala keadaan di masyarakat yang bertentangan dengan norma-
norma agama yang dianut perlu dihilangkan atau diupayakan untuk diberantas
dengan segala cara. Selain itu radikalisme agama juga dapat terjadi jika orang yang
memegang teguh agamanya beranggapan bahwa tindakan radikal dalam agam untuk
mencapai suatu tujuan merupakan hal yang baik (Jamaluddin 2015: 164).
1
Pemahaman dan penafsiran yang baik pada ajaran agama menjadi kunci
dalam pencegahan terjadinya tindakan radikalisme dan kekerasan yang
mengatasnamakan agama. Peran lembaga pendidikan islam memegang peran penting
dalam membentuk manusia yang religius namun tetap memiliki rasa toleransi yang
tinggi. Transformasi pendidikan pesantren yang tidak hanya mengajarkan pendidikan
agama namun juga ilmu umum dapat membantu para santri lebih bijak dalam
melaksanakan ajaran dan sikap keagamaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Moderasi Beragama?
2. Bagaimana Tujuan Moderasi Beragama?
3. Bagaimana Kurikulum Pesantren Modern?
4. Bagaimana Manajemen Pendidikan Berbasis Moderasi Beragama?
5. Bagaimana Fungsi Manajemen pada Pondok Pesantren dalam penerapan
Moderasi Beragama?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Lukman Hakim Saifudin menyatakan, bahwa moderat dalam
beragama berarti mampu berbagi kebenaran sejauh menyangkut tafsir agama, tetap
percaya diri dengan esensi ajaran agama yang diyakini, yang mengajarkan prinsip
adil dan berimbang (Kementrian Agama, 2019: 14). Menurut Afrizal Nur dan
Mukhlis (2015: 213) Moderat ala Islam menuntut seorang muslim agar mampu
menyikapi sebuah perbedaan dari tiap- tiap agama maupun aliran tidaklah perlu
disama-samakan apa yang menjadi persamaan diantara masing-masing agama
ataupun aliran tidak boleh di beda-bedakan atau dipertentangkan. Moderasi memang
dapat dikatakan menjadi identitas bahkan esensi ajaran Islam yang mana sikap
moderat adalah bentuk manifestasi ajaran Islam rahmah li al’alamin; ramhat bagi
segenap alam sesmeta (Nisa, 2018: 723). Sikap moderat perlu dipertahankan untuk
lahirnya umat terbaik. Dan bukti bahawa Islam harus mempertahankan sifat moderat
sejalan dengan firman Allah SWT dalam Q.s. Al-Hujurat ayat 13 untuk saling
mengenal dan berinteraksi guna membangun peradaban yang damai.1
Moderasi beragama dalam Islam merupakan term yang termasuk masih baru
di Indonesia. Moderasi Islam hadir sebagai wacana atau pradigma baru terhadap
pemahaman ke Islaman yang menjunjung tinggi nilai-nilai Tawassush (mengambil
jalan tengah), Tawazun (seimbang), I’tidal (adil), Tasamuh (toleransi), Musawah
(persamaan), Syura (musyawarah). Ishlah (reformasi), Aulawiyah (mendahulukan
yang prioritas) Tathawur Wa ibtikar (dinamis dan inovatif), dan Tahadhdhur
(berkeadaban) Islam yang mengedepankan persatuan dan kesatuan, dan Islam yang
membangun peradaban dan kemanusiaan (Mubarok dan Rustam, 2018). Moderasi
Islam merupakan pemahaman yang lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap
pemahaman fundamentalisme dan liberalis. Fundamentalisme dan liberal tidak
sesuai dengan keadaan Indonesia. Sehingga perlu pemahaman baru yang dapat
menangkal kedua hal tersebut. Hal ini dilakukan sebagai jalan tengah untuk
menjembatani dua pemikiran tersebut agar menciptakan negara
Indonesia yang kondusif.
1
Anshari, M. redha. Adi, M Iqbal, Maulana. Azmy, Asmail, MODERASI BERAGAMA
DI PONDOK PESANTREN, (Yogyakarta: K-Media, 2021), 16-17.
4
Moderasi Islam merujuk pada kata Islam yang moderat. Adapun term
moderat memiliki dua makna, yaitu: (1) Selalu menghindarkan perilaku atau atau
pengungkapan yang ekstrem; (2) berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan
tengah (Sumarto dan Emmi Kholilah Harahap, 2019). Dari dua makna tersebut
moderat dapat diartikan dengan cinta perdamaian dan anti kekerasan. Sebagaimana
nilai-nilai Islam yang sesungguhnya bahwa Islam mengajari tentang perdamaian dan
toleransi. Islam memang mengajarkan nilai keseimbangan di mana tidak fanatik dan
berlebihan dalam berpikir dan bertindak baik dalam pemahaman maupun
pengamalan. Moderatisme mengajarkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin atau
rahmat bagi seluruh umat. Nilai-nilai inilah yang perlu ditanamkan melalui
pendidikan. Artinya, pendidikan mengemban amanah dalam misi mengenalkan dan
menanamkan nilai-nilai Islam yang toleran dan menentang pemahaman yang libral
dan radikal. Hal ini juga berarti bahwa Islam menentang bentuk sikap radikalisme,
eksklusivisme, intoleransi dan fundamentalisme.
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa moderasi
beragama merupakan bentuk usaha menanamkan nilai moderasi Islam dalam dunia
pendidikan. Acuan pendidikan Islam dengan nilai-nilai Islam moderat yang
mengedepankan nilai-nilai Islam. Moderasi pendidikan Islam dapat diartikan juga
sebagai usaha sadar dalam menyiapkan peserta didik yang meyakini, memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai Islam yang moderat. Hal ini bertujuan agar
mewujudkan kesatuan nasional Indonesia dalam bentuk kerukunan umat beragama
dan bermasyrakat.
Lembaga Pendidikan Islam harus mampu mengembangkan Islam moderat
yang lebih baik. Terlebih dengan berkembangnya teknologi menjadikan peran
pendidikan kian urgen untuk membangun pendidikan yang lebih toleran, ramah, dan
santun, bukan sebagai media dan sarana provokasi. Tujuan moderasi beragama
adalah untuk membentuk manusia yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
dan masyarakat guna tercapainya kebahagiaan dunia akhirat (Sumarto dan Emmi
5
Kholilah Harahap, 2019). Tujuan ini merujuk pada tujuan pendidikan Islam itu
sendiri yaitu beribadah kepada Allah Swt.2
2
Nur Hidayah, “Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam Swasta Berbasis Moderasi Beragama,” Jurnal
Pendidikan Islam 10:02 (Agustus 2021): 779-780
3
Mukhammad Kholil Amin, “Manajemen Pesantren Mahasiswa Dalam Penguatan Moderasi Beragama
Santri (Studi Kasus Di Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang),” Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1:4
(2022): 426
6
ketrampilan yang tidak ter-cover oleh mata pelajaran yang diajarkan. Membangun
budaya pesantren sebagai sarana pengembangan karakter dan menyediakan kegiatan
ekstrakulikuler untuk mengembangkan potensi santri menjadikan implementasi
kurikulum lebih baik.
Ciri khas pesantren modern yang khas yakni di mana pendidikan agama dan
pendidikan formal diselenggarakan dan dilaksanakan oleh pesantren. Keutuhan
kurikulum baik kurikulum formal, nonformal hingga kurikulum yang tersembunyi
akan nampak pada rancangan kurikulumnya. Pada mata pelajaran utama, mata
pelajaran yang ada di pesantren tidak ada bedanya dengan mata pekaharan yang ada
di tingkat MTs maupun MA. Namun pada muatan lokal ke-khasan setiap pesantren
akan terlihat. Beberapa mata pelajaran yang sering muncul seperti Bahasa Jawa,
Tafsir, Hadits, Nahwu Shorof, Ushul Fiqh, hingga Tahfidz.
Kehidupan dan pendidikan di pesantren berlangsung selama 24 jam dalam
sehari. Hal tersebut memberikan kelebihan pada kegaitan ekstrakurikuler, dimana
pelaksanaan tidak hanya terpaku pada jam pelajaran seperti sekolah pada umumnya.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan baik pagi, sore ataupun malam hari.
Kegiatan harian atau aktifitas harian juga menjadi salah hal yang tidak bisa
dipisahkan dari system pendidikan di Pesantren. Jadwal harian disusun secara
sitematis dan mengakomodir setiap kegiatan dari kegiata pribadi, sekolah,
ekstrakurikuler, ibadah hingga istirahat santri. Tujuan dari penyusunan jadwal
kegiatan tersebut menjadikan santri terbiasa hidup disiplin dan bertanggungjawab
terhadap tugas-tugasnya. Kegiatan yang dilakukan secara terus menerus tentu akan
berdampak pada kebiasaan dan perilaku santri. 4
4
Rukhaini Fitri Rahmawati, “PENDIDIKAN MODERASI BERAGAMA DI LEMBAGA PESANTREN MODERN,”
Jurnal National Conference on Educational Science and Conseling (2022) 150-151
7
lagi ideologi itu mengacu pada generasi milenial yang bisa memberikan ancaman
pada keharmonisan serta kerukunan warga negara. Oleh karenanya diperlukan
berbagai pemahaman yang moderat khususnya bagi generasi milenial untuk
memproteksinya.
Manajemen termasuk suatu proses yang dijalankan guna meraih berbagai
tujuan dari lembaga ataupun organisasi dengan metode bekerja secara kelompok
serta suatu penerapan manajemen mempunyai objek serta subjek. Pendidikan
termasuk suatu proses pembelajaran serta usaha belajar untuk peserta didik dengan
aktif melakukan pengembangan potensi yang ada pada dirinya untuk mempunyai
kekuatan spiritual di bidang keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan,
keterampilan serta akhlak mulia yang dibutuhkan oleh masyarakat dan juga diri
sendiri (Kurniawan, 2015). Tenaga kependidikan serta pendidik pada proses belajar
mengajar mempunyai peran yang strategis khususnya dalam usaha membentuk
karakter bangsa dengan melalui upaya mengembangkan kepribadian serta berbagai
nilai yang diinginkannya. Apabila dilihat dari segi pendidikan maka peran pendidik
di lingkungan masyarakat Indonesia mempunyai nilai yang dominan walaupun
teknologi yang bisa dipergunakan pada proses kegiatan belajar mengajar mengalami
perkembangan dengan begitu pesat. Begitu juga dengan para tenaga kependidikan,
dimana mereka mempunyai tugas untuk menjalankan pengelolaan, administrasi,
pengawasan, pengembangan serta pelayanan teknis guna mendukung kegiatan
belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan. Maka peran pendidik dan tenaga
kependidikan sangat di butuhkan dan berpengaruh signifikan dalam mewujudkan
sikap moderat peserta didik.
Upaya lainya yang merupakan bagian dari manajemen pendidikan berbasis
moderasi beragama yaitu mengembangkan literasi di bidang keagamaan dan
penanaman nilai sikap moderat yang juga didalamnya mengajarkan ajaran modern
agar bisa mengimbangi konservatisme yang berbasis pada media sosial (Primayana
and Dewi, 2021). Berbagai faktor yang bisa mendukung pertumbuhan serta
meningkatnya pemahaman fanatisme golongan menjadi bertambah kompleks, tidak
hanya muncul di dari lingkungan pertemanan, keluarga atau teman di sekolah namun
juga diera digital ini hal tersebut didapat dari informasi berbasis digital ataupun
8
berbagai data yang ada di internet. Oleh karenanya di era digital ini maka perlu
manajemen pendidikan bagi generasi saat ini terakit moderasi beragama melalui
berbagai inovasi yang sesuai dengan zaman dan mesti di implementsikan diberbagai
lembaga pendidikan yang notabene sebagai pondasi utama dalam merekayasa
pendidikan moderat bagi generasi milenial.
Manajemen Pendidikan yang inklusif serta moderat termasuk senjata yang
terbaik untuk menghadapi serta mencegah adanya ideologi radikal yang bisa
memberikan ancaman karakter bangsa serta negara yang bersifat multikultural. Hal
itu mengindikasikan jika pendidikan senantiasa mengalami dinamika yang sesuai
dengan tantangan serta perkembangan zaman sebab pada umumnya orientasi dari
pendidikan tidak hanya berada dalam berbagai permasalahan di bidang keagamaan
saja akan tetapi harus menyeimbangkan orientasi dengan mentransformasikan
pengetahuan agama supaya lebih berarti, dan para peserta didik bisa mempraktekkan
hal itu di kehidupannya (Nurhidin, 2021). Berbagai pandangan itu memperlihatkan
mengenai keutamaan moderasi beragama pada pendidikan. Hal itu memiliki
implikasi di sejumlah langkah serta upaya alternatif operasional yang bisa diawali
dari reorientasi pendidikan sampai di beberapa inovasi guna menjalankan integrasi
pengetahuan moderasi agama di semua komponen pembelajaran serta pendidikan.
Implementasi pendidikan berbasis moderasi beragama mesti dilakukan secara
serius dan berkesinambungan di era digital ini, untuk mewujudkan hal itu perlu
didukung dengan substansi manajerial dengan berbagai hal pokok diantaranya ialah:
pemahaman ataupun pengetahuan yang sesuai kondisi zaman, pengendalian serta
keseimbangan emosi, kehati-hatian serta kewaspadaan yang berkesinambungan.5
5
Siti Rohmah, Masruri, Muhammad Alwy, Ira Arini, Arififn, “Manajemen Pendidikan Berbasis Moderasi
Beragama Dan Implementasi Praktisnya Di Era Digital,” Jurnal Pendidikan dan Konseling 4:5 (2022):
6069-6070
9
pergerakan atau (actuating) dan pengawasan atau (controlling) (Fattah, 1996: 17).
Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang terdapat dalam program moderasi
beragama pada sebuah Pondok Pesantren yang ditentukan sebelumnya untuk
dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangkamencapai tujuan atau cita-cita
yang ditetapkan dalam Pondok Pesantren tersebut. Perngorganisasian ialah
merupakan pendelegasian wewenang yang dilakukan seorang leader (pemimpin)
untuk mengelola program moderasi beragama pada Pondok Pesantren yang
diperlukan kepada setiap individu untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.
Proses pergerakan atau actuating adalah memberikan perintah, petunjuk, pedoman
dan nasehat serta keterampilan dalam berkomunikasi untuk menerapkan program
moderasi beragama. Sedangkan fungsi Pengawasan merupakan aktivitas di Pondok
Pesantren yang mengusahakan agar pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan
rencana atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain pengawasan
adalah mengadakan penilaian terhadap program moderasi beragama sekaligus
koreksi sehingga apa yang telah direncanakan di Pondok Pesantren tersebut dapat
terlaksana dengan efektif dan efesien (Siagian, 1997: 88).6
6
Saputra Habci Amran, “IMPLEMENTASI NILAI MODERASI BERAGAMA DI PONDOK PESANTREN
THAWALIB TANJUNG LIMAUNKECAMATAN PRIANGAN KABUPATEN TANAH DATAR,” (2022): 26
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hal ini dapat mencakup strategi pengelolaan sumber daya manusia, pengembagan
kurikulum yang seimbang antara agama dan ilmu pengetahuan, serta promosi nilai-
nilai kesederhanaan, kedamaian, dan toleransi dalam kehidupan sehari- hari di
pesantren.
11
DAFTAR PUSTAKA
12