Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN KEAGAMAAN

MAJLIS TA’LIM BERBASIS MODERASI BERAGAMA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Manajemen PAI Luar Sekolah

Dosen Pengampu : Muthoharoh, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Nurul Wildan Ulyana Putri 2281010043

Rahma Eza Salsabila 2281010044

Kelas 4 PAI B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYEKH NURJATI CIREBON

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, karena dengan
taufik dan hidayah-nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Manajemen Pengelolaan Lembaga Pendidikan Keagamaan Majlis Ta’lim
Berbasis Moderasi Beragama”. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah hingga zaman terang benderang.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Muthoharoh, M.Pd.I selaku
dosen pengampu Mata kuliah Manajemen PAI Luar Sekolah yang membimbing kami
dalam pengerjaaan tugas makalah ini. Kami juga menucapkan terima kasih kepada
teman-teman kami yang selalu setia membantu kami dalam hal pegumpulkan data-
data dalam pembuatan makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen
demi tercapainya makalah yang sempurna.

Cirebon, 29 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Pengertian Moderasi Beragama ......................................................................... 3
B. Jenis dan Fungsi Majlis Ta‟lim .......................................................................... 4
C. Manajemen Pembelajaran .................................................................................. 6
D. Manajemen Tenaga Pendidik dan Peserta Didik ............................................... 7
E. Manajemen Sarana dan Prasarana ...................................................................... 8
F. Manajemen Keuangan........................................................................................ 9
BAB III ....................................................................................................................... 11
KESIMPULAN.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nonformal mempunyai peranan yang tidak kalah
pentingnya dari pendidikan formal. Pemerintah telah menjamin tentang
pendidikan nonformal ini yang diatur berdasarkan UU No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 26 ayat (1) yang menyatakan
bahwa:”Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah
atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat”.

Pendidikan nonformal yang paling banyak hadir ditengah-tengah


masyarakat adalah lembaga pendidikan islam Majelis Ta‟lim. Hal ini sesuai
dengan kebutuhan masyarakat untuk memperdalam dan memperluas ilmu
agama secara individu ataupun kelompok. Majelis Ta‟lim ini dijadikan
sebagai Center Education oleh masyarakat, terutama dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang terjadi pada lingkungan keluarganya. Adanya
lembaga pendidikan islam ditengah-tengah masyarakat dijadikan sebagai
benteng pertahanan dari pengaruh globalisasi terutama dari dampak negatif
adanya budaya luar yang bertentangan dengan syariat agama islam.

Dari segi sasarannya pendidikan nonformal ini lebih ditekankan pada


peserta didik yang sudah dewasa sampai pada lanjut usia yang diperuntukan
bagi masyarakat umum. Kemunculan lembaga pendidikan non-formal di
tengahtengah masyarakat memberikan kesadaran baru dan pemikiran yang
lebih luas mengenai pentingnya arti sebuah pendidikan. Mereka menyadari
bahwa pendidikan itu bukan hanya berbicara mengenai gelar atau ijazah saja,
melainkan lebih pada penyerapan dan internalisasi ilmu yang akan

1
memberikan dampak positif untuk meningkatkan taraf kehidupan pada
individu dan masyarakat secara luas dalam berbagai aspek.

Pendidikan nonformal Majelis Ta‟lim juga termasuk kedalam konsep


pendidikan seumur hidup (long life education) mulai dari masyarakat melalui
UU NO 20 Tahun 2003 Bab 3 Pasal 4 yang menetapkan antara lain bahwa;
"Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah".
Kemenag mendefinisikan Majelis Ta‟lim sebagai lembaga pendidikan islam
yang waktu belajarnya berkala, teratur, tetapi tidak setiap hari seperti di
sekolah, namun jamaahnya hadir atas kesadaran sendiri, dan tidak merupakan
kewajiban yang memaksa karena dianggap suatu kebutuhan rohani mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan moderasi beragama?
2. Apa saja jenis dan fungsi majlis ta‟lim?
3. Bagaimana manajemen pembelajaran majlis ta‟lim?
4. Bagaimana manajemen tenaga pendidik dan peserta didik majlis ta‟lim?
5. Bagaimana manajemen sarana dan prasana majlis ta‟lim?
6. Bagaimana manajemen keuangan majlis ta‟lim?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian moderasi beragama.
2. Untuk mengetahui jenis dan fungsi majlis ta‟lim.
3. Untuk mengetahui manajemen pembelajaran majlis ta‟lim.
4. Untuk mengetahui manajemen tenaga pendidik dan peserta didik majlis
ta‟lim.
5. Untuk mengetahui manajemen sarana dan prasarana majlis ta‟lim.
6. Untuk mengetahui manajemen keuangan majlis ta‟lim.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Moderasi Beragama
Moderasi beragama berasal dari Bahasa Latin moderatio, yang berarti
kesedangan (tidak berlebihan dan tidak kekurangan). Kata ini juga berarti
penguasaan diri dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian kata moderasi, yakni
pengurangan kekerasan, dan penghindaran keeksteman. Jika dikatakan, "orang
itu bersikap moderat, kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap wajar,
biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem. Dalam bahasa Inggris, kata moderation
sering digunakan dalam pengertian average (rata-rata), core (inti), standard
(baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat berarti
mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan,moral, dan wata, baik
ketika memperlakukan orang lain individu, maupun ketika berhadapan dengan
institusi negara.

Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath


atau wasathiyyah, yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth
(tengah-tengah), i'tidal (adil) dan tawazun (berimbang). Orang yang
menerangkan prinsip wasathiyyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab
pula, kata wasathiyyah diartikan sebagai "pilihan terbaik". Apapun kata adil,
yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni yang
dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai
pilihan ekstrem. Kata wasith bahkan sudah diserap kedalam bahasa Indonesia
menjadi kata "wasit" yang memiliki tiga pengertian, yaitu: Penengah,
perentara, Pelerai (pemisah.pendamai) antara yang berselisih, dan Memimpin
di pertandingan.

3
B. Jenis dan Fungsi Majlis Ta’lim
Majlis ta‟lim menurut bahasa terdiri dari dua kata yaitu “majelis” dan
ta‟lim. Kata majelis merupakan bentuk isim makan yang berarti tempat
duduk, tempat sidang atau dewan.1 Kata ta‟lim sendiri berasal dari kata
„allama-yu‟allimu-ta‟limaan yang artinya mengetahui sesuatu, ilmu atau ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, arti majlis ta‟lim adalah tempat mengajar,
tempat mendidik, tempat berlatih dan tempat menuntut ilmu.

Secara istilah, majelis taklim memiliki beberapa pengertian antara lain


menurut hasil musyawarah Majelis taklim se DKI Jakarta yang berlangsung
pada tanggal 9-10 Juli 1980, yang merumuskan bahwa majelis taklim adalah
lembaga pendidikan Islam nonformal yang memiliki kurikulum tersendiri,
diselenggarakan secara berkala dan teratur, diikuti oleh jamaah yang relatif
banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang
santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan
sesamanya, maupun manusia dengan lingkungannya.2
Secara strategis majelis taklim menjadi sarana dakwah yang bercorak
Islami, memiliki peran penting pada pembinaan dan peningkatan kualitas
hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama.
Berikut adalah beberapa contoh jenis majlis taklim:
1. Majlis Taklim Rutin: Biasanya diadakan secara berkala di masjid atau
rumah-rumah, di mana peserta berkumpul untuk belajar agama, membaca
Al-Qur'an, dan mendiskusikan topik-topik keagamaan.
2. Majlis Taklim Tematik: Fokus pada topik-topik tertentu seperti tafsir Al-
Qur'an, hadis, fiqh, akhlak, atau topik khusus lainnya.
3. Majlis Taklim Pemuda: Khusus untuk pemuda atau remaja, sering kali
dengan pendekatan yang lebih interaktif dan relevan dengan masalah-
masalah yang mereka hadapi.

1
Ahmad Warson Al-Munawir, Kamus Al-Munawwir (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 2007), h. 202.
2
Departemen Agama RI, Pedoman Majelis Ta‟lim (Jakarta: Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah
Khutbah Agama Islam Pusat, 1984), h. 5.

4
4. Majlis Taklim Wanita: Diadakan khusus untuk wanita, memberikan
lingkungan yang nyaman untuk mereka belajar dan berdiskusi tentang
agama dan kehidupan sehari-hari.
5. Majlis Taklim Online: Melalui platform digital seperti aplikasi video
konferensi, media sosial, atau forum online, memungkinkan partisipasi
dari jarak jauh.
6. Majlis Taklim Khusus: Untuk kelompok-kelompok tertentu seperti anak-
anak, orang tua, atau kelompok-khusus lainnya yang membutuhkan
pendekatan yang disesuaikan.
7. Majlis Taklim Khusus Musim: Diadakan selama bulan Ramadan atau
pada acara-acara agama tertentu seperti peringatan hari besar Islam.

Ahmad Sarbini menjelaskan mengenai peran fungsi dari majelis taklim


dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia dalam konteks
pembangunan nasional. Sarbini mengungkapkan bahwa melalui penyampaian
pesan-pesan keislaman yang menjadi pokok dalam aktifitasnya, kegiatan
majelis taklim dapat berfungsi sebagai berikut :

1. Sebagai mediator dalam pembangunan, sebagai wahana penyiapan kader-


kader pembangunan agar manusia yang terlibat dalam proses.
2. Secara fungsional, majelis taklim dapat mengokohkan landasan hidup
manusia Indonesia, khususnya dalam bidang mental spiritual Islam dalam
upaya meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriah dan
batiniah.
3. Sebagai media pembinaan kualitas dan pemahaman masyarakat terhadap
agama Islam. Fungsi pembinaan ini memiliki jenis-jenis tugasnya antara
lain :
a) Menumbuhkan kesadaran beragama dengan keimanan,
b) Mengisi kepribadian muslim dengan akhlak Islam,
c) Meningkatkan ilmu baca Alqur‟an serta pemahamannya,

5
d) Membimbing ke arah pandangan hidup yang Islami.3
4. Fungsi pendidikan, yakni menjadi pusat kegiatan belajar masyarakat
(learning society), keterampilan hidup. dan kewirausahaan.
5. Fungsi ketahanan bangsa, yakni menjadi wahana pencerahan umat dalam
kehidupan beragama, bermasyarakat dan berbangsa.
6. Fungsi sosial, yakni menjadi wahana silaturrahmi, menyampaikan gagasan
dan sekaligus sarana dialog antar ulama dan umat.

C. Manajemen Pembelajaran
Model pembelajaran menggunakan metode ceramah dalam pengajian
majlis taklim sehingga jamaah hanya mendengar dan melihat aktivitas
ustadz/ustadzah, perlu dipikirkan dan disempurnakan dengan menggunakan
berbagai metode secara bergantian agar menarik karena perlu dikombinasikan
dengan metode-metode lainnya. Ada beberapa metode lainnya yang bisa
dimanfaatkan dalam menyampaikan pengajian majlis taklim, yaitu metode
tanya jawab, diskusi/seminar, demonstrasi, latihan siap (drill), pemecahan
masalah (problem solving) dan sistem regu (team teaching).

Metode ceramah digunakan untuk menyampaikan materi pembahasan


yang membutuhkan banyak penjelasan secara lisan; metode tanya jawab
diterapkan ketika dibutuhkan penajaman penguasaan materi pembahasan dan
pengetahuan tentang keinginan-keinginan jamaah; metode diskusi/seminar
digunakan pada saat menyampaikan materi pembahasan yang membutuhkan
pemikiran dan penalaran yang kritis, metode demonstrasi digunakan ketika
dibutuhkan penjelasan-penjelasan yang melibatkan peragaan seperti peragaan
cara-cara berwudlu, cara-cara tayamun, cara-cara shalat dan cara-cara haji
berikut umrahnya; metode latihan siap (drill) digunakan menyampaikan
materi pengajian ketika dibutuhkan penguasaan ketrampilan seperti latihan
membaca al-Qur‟an, latihan membaca sanad dan matan hadits, latihan

3
Jana Rahmat dan M. Mansyur, MAJELIS TAKLIM SEBAGAI LEMBAGA DAKWAH Studi
Tentang Tipologi Majelis Taklim di Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, JAWI, Volume 4, No.1
(2021). h. 82-85.

6
membaca kitab jenggot, dan latihan membaca bait-bait syiir Arab; metode
pemecahan masalah (problem solving) digunakan ketika menyampaikan
pembahasan yang bersifat problematik sehingga menuntut pencarian solusi
untuk memecahkannya; sedangkan metode sistem regu (team teaching)
digunakan ketika menyampaikan pembahasan yang bersifat dialogis maupun
komparatif sehingga perlu menghadirkan dua orang ustadz di depan jamaah
majlis taklim untuk menyampaikan pengajian secara bergantian (bersahut-
sahutan).
Penerapan metode ini juga bisa dilakukan dengan bergantian waktu
penyampaikan seperti masing-masing ustadz hanya menyampaikan materi di
hadapan jamaah dua minggu sekali.4

D. Manajemen Tenaga Pendidik dan Peserta Didik


Manajemen Tenaga Pendidik atau dapat kita sebut dengan pengurus
atau ustadz Majelis Taklim, meskipun pendidikan agama Islam nonformal.
Akan tetapi baiknya harus memiliki pengurus formal untuk bertugas
mengelola atau mengendalikan. pengajian secara rutin. Maka Majelis Taklim
harus memiliki struktur organisasi yang jelas orangnya, kedudukannya, dan
pekerjaannya. Sedangkan ustadz sebagai pengelola. Majelis Taklimpun harus
dikelola dengan baik. Ustadz ini dapat dikatakan secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu ustad yang relative permanen dan ustad yang insidentil.
Ustad yang permanen merupakan ustadz yang secara rutin mengasuh
pengajian majlis taklim itu. Mereka ditetapkan sebagai pengasuh tetap bagi
majlis taklim, atau semacam dikontrak dalam batas waktu tertentu
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Adapun ustadz yang insidentil
tersebut merupakan ustadz yang dihadirkan untuk mengisi pengajian majlis
taklim sebagai selingan pengasuh pengajian atau dalam rangka peringatan
hari-hari besar Islam.

4
Muh. Khoirul Rifa'i, Pengelolaan Majlis Ta'lim dan Pengajian Umum, Jurnal Kependidikan Dasar
Islam Berbasis Sains, Vol. 4, No. 1 (2019). h. 34-35.

7
Problem peserta didik atau dapat kita sebut dengan jamaah Majelis
Taklim yang perlu dikelola ialah menyangkut usia, jenis kelamin, frekuensi
kehadiran jamaah. Majlis Taklim ada yang eksklusif, maksudnya majlis
taklim diperuntukkan kelompok usia tertentu seperti majlis taklim untuk anak-
anak, maka konsekuensinya orang dewasa tidak boleh mengikuti. Namun ada
juga majlis taklim yang inklusif, artinya majlis taklim yang diperuntukkan
masyarakat umum, maka siapa pun boleh mengikutinya; dari segi kelamin
jamaah terdapat majlis taklim yang khusus diikuti ibu- ibu, maka bapak-bapak
tidak boleh mengikutinya, atau sebaliknya, majlis taklim yang dikhususkan
bagi bapak-bapak maka ibu-ibu tidak boleh mengikutinya. Akan tetapi ada
majlis taklim yang diselenggarakan secara umum untuk laki-laki maupun
perempuan, sehingga siapa pun boleh menjadi jamaah dan mengikutinya.

E. Manajemen Sarana dan Prasarana


Sarana/prasarana merupakan kebutuhan penting bagi sebuah
organisasi untuk menjalankan aktivitas dan program-programnya, demikian
juga adanya majlis taklim sebagai sebuah organisasi atau lembaga pendidikan
non formal.5 Sarana prasarana yang disiapkan atau digunakan di majelis
taklim umumnya adalah standar minimal yang diperlukan untuk melancarkan
kegiatan proses pembelajaran. Yang terpenting dalam proses pembelajaran di
majelis taklim adalah ada tempat dan muallim atau memberikan ustadz yang
akan ilmu kepada jamaah. Sementara itu, tempat untuk proses pembelajaran di
majelis taklim sendiri biasanya cukup fleksibel. Maksudnya, pembelajaran
dapat diselenggarakan di masjid, musholla, balai pertemuan, aula. ruang
disuatu instansi, rumah-rumah keluarga, lapangan, dan lain-lain. Dengan
demikian tempat pelaksanaan kegiatan majelis taklim sangat fleksibel, tidak
terikat tempat, bangunan ataupun ruang tertentu.

5
Muhammad Fauzi, dan Hasnil Aida Nasution, Manajemen Majlis Taklim dalam Meningkatkan
Jama'ah, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, h. 6

8
Sarana prasarana majlis taklim perlu disiapkan secara khusus agar
kegiatan pengajian yang dilaksanakan berjalan dengan tertib dan lancar.
Selain tempat, sarana lain yang penting dimiliki oleh majelis taklim untuk
mendukung proses taklim adalah papan tulis dan alat tulis, kitab atau buku
pedoman. dan alat pengeras suara. Jika memungkinkan, sarana di majelis
taklim dilengkapi dengan media teknologi, seperti computer atau laptop.
LCD, alat perakam dan alat dokumentasi (kamera), infocus, bahkan bila perlu
majelis taklim bisa menggunakan media komunikasi massa baik cetak
maupun elektronik, seperti stasiun televisi, stasiun radio, koran, majalah, dan
bulletin guna mensosialisasikan materi ajar atau ceramah yang disampaikan.6

Sedangkan prasarana yang perlu diperhatikan dan dikelola ini


merupakan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang proses
pembelajaran seperti jalan menuju gedung tempat pengajian, tempat parkir
kendaraan jamaah, halaman gedung pengajian dan sebagainya. 7

F. Manajemen Keuangan
Pengaturan keuangan yaitu pembuatan anggaran, pengeluaran uang
dan pembukuan.8 Posisi keuangan bagi organisasi apa pun termasuk pengajian
majlis taklim berfungsi bagai bensin bagi kendaraan. Tanpa adanya uang,
majlis taklim terasa sulit dipertahankan, sebab uang tersebut untuk membiayai
seluruh kebutuhan pelaksanaan pengajian majlis taklim. Maka keuangan ini
seharusnya mendapat perhatian sangat serius bagi pengurus majlis taklim.
Mereka segera menyiapkan langkah-langkah dan strategi-strategi yang efektif
dalam mengumpulkan uang. Hal ini bisa dilakukan melalui akumulasi
berbagai cara, antara lain :

(a) penarikan iuran pada masing-masing anggota,

6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Kalam Mulia, 2004, hal 180.
7
Muh. Khoirul Rifa'i, Pengelolaan Majlis Ta'lim dan Pengajian Umum, Jurnal Kependidikan Dasar
Islam Berbasis Sains, Vol. 4, No. 1 (2019). h. 32
8
Kalsum Minangsih, Paradigma Baru Pengelolaan Institusi Dakwah: Urgensi Ilmu Manajemen
Mewujudkan Majelis Taklim Ideal, Kontekstualita, Vol. 29, No. 2, (2014). h. 150.

9
(b) menggali donatur yang siap menyuplai pendanaan secara teratur,
(c) mendirikan koperasi yang melayani jamaah sendiri maupun orang di luar
jamaah,
(d) mendirikan usaha-usaha produktif yang efektif menghasilkan keuntungan
finansial,
(e) menanam saham pada perusahaan tertentu sebagai bentuk usaha bersama,
dan
(f) berinvestasi pada bidang atau barang yang nilai ekonomisnya cepat
berkembang.9

9
Muh. Khoirul Rifa'i, Pengelolaan Majlis Ta'lim dan Pengajian Umum, Jurnal Kependidikan Dasar
Islam Berbasis Sains, Vol. 4, No. 1 (2019). h. 33

10
BAB III

KESIMPULAN

Menurut hasil musyawarah Majelis taklim se DKI Jakarta yang berlangsung


pada tanggal 9-10 Juli 1980, yang merumuskan bahwa majelis taklim adalah lembaga
pendidikan Islam nonformal yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan
secara berkala dan teratur, diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan
untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara
manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya, maupun manusia
dengan lingkungannya. Diantara fungsi majlis ta'lim salah satunya adalah sebagai
media pembinaan kualitas dan pemahaman masyarakat terhadap agama islam. Model
pembelajaran menggunakan metode ceramah dalam pengajian majlis taklim sehingga
jamaah hanya mendengar dan melihat aktivitas ustadz/ustadzah, perlu dipikirkan dan
disempurnakan dengan menggunakan berbagai metode secara bergantian agar
menarik karena perlu dikombinasikan dengan metode-metode lainnya. Ada beberapa
metode lainnya yang bisa dimanfaatkan dalam menyampaikan pengajian majlis
taklim, yaitu metode tanya jawab, diskusi/seminar, demonstrasi, latihan siap (drill),
pemecahan masalah (problem solving) dan sistem regu (team teaching). Manajemen
Tenaga Pendidik atau dapat kita sebut dengan pengurus atau ustadz Majelis Taklim,
meskipun pendidikan agama Islam nonformal, akan tetapi baiknya harus memiliki
pengurus formal untuk bertugas mengelola atau mengendalikan pengajian secara
rutin. Adapun Sarana/prasarana merupakan kebutuhan penting bagi sebuah organisasi
untuk menjalankan aktivitas dan program-programnya, demikian juga adanya majlis
taklim sebagai sebuah organisasi atau lembaga pendidikan non formal. Sedangkan
Pengaturan keuangan pada majlis ta'lim yaitu pembuatan anggaran, pengeluaran
uang dan pembukuan. Keuangan pada majlis ta'lim harus mendapat perhatian yang
sangat serius bagi pengurus majlis ta'lim untuk kelancaran pelaksanaan pengajian
majlis ta'lim.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. (1984). Pedoman Majelis Ta'lim. Jakarta: Proyek Penerangan
Bimbingan Dakwah Khutbah Agama Islam Pusat.

Al-Munawir, A. W. (2007). Kamus Al-Munawwir. Yogyakarta: Pustaka Progressif.

Minangsih, K. (2014). Paradigma Baru Pengelolaan Institusi Dakwah: Urgensi Ilmu


Manajemen Mewujudkan Majelis Taklim Ideal. Kontekstualita . Vol. 29, No.
2.

Rifa'i, M. K. (2019). Pengelolaan Majlis Ta'lim dan Pengajian Umum. Jurnal


Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains. Vol. 4, No. 1.

Rahmat, J. dan Mansyur, M. (2021). Mejelis Taklim Sebagai Lembaga Dakwah Studi
Tentang Tipologi Majelis Taklim di Kwmecamatan Paseh Kabupaten
Bandung. JAWI . Vol. 4, No. 1.

Fauzi, M. dan Nasution, H. A. Manajemen Majlis Taklim dalam Meningkatkan


Jama'ah. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.

Nur, Aisah. (2023). Persepsi Jamaah Majelis Taklim Tentang Moderasi Beragama di
Desa Pasir Limau Kapas, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan
Hilir. Skripsi. Riau: UIN Suska Riau.

12

Anda mungkin juga menyukai