Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 7

1. Fiqih Nur Ghifari (2281010035)


2. Lilis Mafajah (2281010040)
3. Jannatun (2281010045)
4. Bahir Ramdani (2281010054)
5. Fella Yatti Faqih (2281010058)

EVALUASI KURIKULUM

A. Hakekat Evaluasi Kurikulum

Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang


sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto
dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan
prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk
membuat keputusan tentang suatu program. Chelimsky 1989 mendefinisikan
evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan,
implementasi dan efektivitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang
sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektivitas suatu program.

Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka pengertian evaluasi


kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian
efektivitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum
adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid
dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan
atau telah dijalankan. 1 Evaluasi menurut Brown & Green (2011) Merupakan
proses untuk menentukan tingkat kesuksesan individu atau produk berdasarkan
data danMembuat keputusan berdasarkan tingkat keberhasilan itu.pendapat Brown
& Green memfokuskan evaluasi pada hasil, sedangkan kurikulum sebagai suatu

1
Brady &Kennedy, 2007
sistem, evaluasi mestinya tidak saja mengevaluasi produk implementasi
kurikulum tetapi mengevaluasi komponen lainnya. Seperti Model CIPP
Stufflebeam yang mengevaluasi konteks, input, proses dan produk. 2

Sehubungan dengan hal itu, evaluasi bukan menilai tetapi memberikan


judgement terhadap nilai, karena evaluasi menurut Zais (1976) berbeda dengan
measurement yang hanya terkait dengan angka-angka. Prinsip tujuan evaluasi
adalah menentukan seberapa baik suatu kurikulum dilaksanakan ketika diukur
dengan ukuran-ukuran tertentu atau ketika dibandingkan dengan kurikulum lain
(Zais). Sedangkan peran evaluasi membantu membuat keputusan akhir yang
penting mengenai kurikulum. Evaluasi terkait dengan memberikan putusan nilai
terhadap pemahaman mengenai program tertentu. 3

Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau


masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode
pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Secara sederhana evaluasi
kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum
menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan
metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada
tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah
akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas
dari evaluasi yaitu mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk
menguji teori atau membuat teori baru. Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa evaluasi kurikulum harus mencakup:

1. Menilai pencapaian tujuan kurikulum yang sudah ditetapkan sebelumnya.


2. Bagaimana metode yang digunakan dalam kurikulum ituEfektif atau tidak
sehingga bisa mempermudah ketercapaian tujuan.

2
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
3
Hasan, Said Hamid. 2009. Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Sekolah Pascasarjana UPI dan PT. Remaja
Rosdakarya.
3. Melihat pengaruh kurikulum itu pada prestasi dan sikap peserta didik, apakah
kemajuan dan perkembangan mereka baik atau buruk.

Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-


persyaratan dan prinsip-prinsip evaluasi kurikulum. Adapun prinsip-prinsip
evaluasi kurikulum, sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2008: 255-
256) sebagai berikut:

1. Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam


mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik.
2. Bersifat obyektif, dalam artian berpijak pada keadaan yang sebenarnya,
bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui instrumen
yang andal.
3. Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat
dalam ruang lingkup kurikulum.
4. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan
keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab
bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru,
kepala sekolah, pengawas, orang tua, bahkan siswa itu sendiri, di samping
merupakan tanggung jawab utama lembaga penelitian dan pengembangan.
5. Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan
yang menjadi unsur penunjang.
6. Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutandari dalam dan luar
sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum.

Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi


kurikulum, yaitu:

1. pendekatan penelitian (analisis komparatif)


2. pendekatan obyektif; dan
3. pendekatan campuran multivariasi.

Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya


adalah Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product) yang bertitik tolak
pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan
program dan peralatan yang digunakan prosedur dan mekanisme pelaksanaan
program itu sendiri. 4

Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari


berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya
sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program
yang dievaluasi sebagai berikut.

1. Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis


tujuan dan strategi pendidikanyang akan dikembangkan dalam program yang
bersangkutan, seperti: kebijakan departemen atau unit kerja yang
bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu
tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang
bersangkutan, dan sebagainya.
2. Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untukkeperluan pendidikan,
seperti: dokumen kurikulum, danmateri pembelajaran yang dikembangkan,
staf pengajar, sarana, dan prasarana, media pendidikan yang digunakan dan
sebagainya.
3. Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi
pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
oleh para pengajar, pengelolaan program, dan lain-lain.
4. Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup:
jangka pendek dan jangka lebih panjang.5

Secara umum, manfaat evaluasi kurikulum dapat dikelompokkan


berdasarkan sasarannya, yaitu:

1. Bagi guru, evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan, apakah berhasil atau tidak,

4
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan Fak. Ilmu Pendidikan UPI. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT

5
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2. Bagi pengguna kebijakan, evaluasi kurikulum berguna untuk menilai sejauh
mana kurikulum itu telah dilaksanakan oleh semua sekolah, apakah berhasil
atau tidak,
3. Bagi orang tua dan masyarakat, evaluasi kurikulum berguna untuk menilai dan
mengukur sejauh mana kurikulum yang telah dilaksanakan itu menunjukkan
hasil nyata sesuai dengan harapan dan aspirasi para orang tua dan masyarakat.

Fungsi evaluasi kurikulum yang pertama dikemukakan oleh Tyler (1949).


Ia menyebutkan bahwa hasil evaluasi adalah untuk memperbaiki kurikulum.
Dalam pendapat tersebut belum terlihat jelas suatu konsepsi fungsi evaluasi yang
bulat. Kemudian Cronbach (1963) dalam tulisannya yang berjudul "Course
Improvement through evaluation" menyebutkan ada dua fungsi evaluasi
kurikulum yang berbeda yaitu memberikan bantuan untuk memperbaiki
kurikulum dan untuk memberikan penghargaan. 6

B. Ruang Lingkup Evaluasi Kurikulum

Komponen-komponen kurikulum yang akan dievaluasi sangat luas.


Program evaluasi kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik
dan proses pembelajarannya, tetapi juga meliputi desain dan implementasi
kurikulum, kompetensi dan kinerja guru, kompetensi dan kemajuan peserta didik,
sarana dan prasarana, fasilitas dan sumber-sumber belajar, dsb.

1. Evaluasi Kurikulum sebagai Suatu Program (Dokumen)

Sebagai suatu program atau dokumen, kurikulum memiliki beberapa


komponen utama, yaitu:

a. Evaluasi terhadap Tujuan Pendidikan

Beberapa kriteria yang dapat dikembangkan dalam mengevaluasi


tujuan pendidikan ini antara lain: Pertama, apakah tujuan setiap mata
pelajaran berlandaskan pada tujuan (visi dan misi) lembaga sekolah yang

6
Saridudin, S. (2020). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Diniyah Formal (PDF) Di Pesantren
Ulya Zainul Hasan Probolinggo. EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan,
18(1), http://dx.doi.org/10.32729/edukasi.v18i1.690 84-99
bersangkutan. Kedua, apakah tujuan tersebut dipahami oleh setiap guru
yang bertindak sebagai pelaksana utama kurikulum. Ketiga, apakah tujuan
yang dirumuskan dalam dokumen sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.

b. Evaluasi terhadap Isi/Materi Kurikulum

Isi atau materi kurikulum merupakan seluruh pokok bahasan yang


diberikan dalam setiap mata pelajaran. Beberapa kriteria yang dapat
dikembangkan dalam menguji isi atau materi kurikulum, yaitu: Pertama,
apakah isi atau materi kurikulum sesuai dan dapat mendukung pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Kedua, apakah isi atau materi kurikulum
sesuai dengan perkembangan dan penemuan-penemuan mutakhir, sebab
muatan kurikulum berisikan tentang berbagai disiplin yang tidak bersifat
statis, tetapi bersifat dinamis yang senantiasa berkembang secara terus
menerus.

Ketiga, apakah isi atau muatan kurikulum sesuai dengan


pengalaman dan karakteristik lingkungan tempat tinggal peserta didik,
sebab pendidikan pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat hidup di lingkungan masyarakatnya sendiri, dan keempat,
apakah urutan isi atau muatan kurikulum sesuai dengan karakteristik isi
atau muatan (sequence) kurikulum tersebut, yaitu urutan isi atau muatan
kurikulum sesuai dengan karakteristik bahan tersebut.

c. Evaluasi terhadap Strategi Pembelajaran

Kurikulum sebagai sebuah pedoman seharusnya memuat petunjuk-


petunjuk atau tata cara pelaksanaan pembelajaran atau cara
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas yang disebut dengan
strategi pembelajaran. Beberapa kriteria yang dapat dikembangkan dalam
menilai pedoman strategi pembelajaran: Pertama, apakah strategi
pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan dan mendukung
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, Kedua, apakah strategi
pembelajaran yang ditetapkan dapat mendorong aktivitas dan minat
peserta didik untuk belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ketiga, bagaimana pemahaman guru terhadap pedoman


pelaksanaan strategi pembelajaran yang direncanakan beserta langkah-
langkah pengembangan strateginya. Keempat, apakah strategi
pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong kreativitas guru,
terutama upaya guru untuk menerjemahkan kurikulum sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada. Sebab kurikulum harus mendorong guru
untuk dapat berimprovisasi secara kreatif dalam pengimplementasiannya,
sesuai dengan salah satu prinsip pengembangannya yaitu prinsip
fleksibilitas atau diversifikasi.

Kelima, apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat


perkembangan peserta didik. Peserta didik merupakan organisme yang
sedang berkembang, dimana dalam setiap perkembangannya memiliki
karakteristik dan sifat-sifat tertentu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran
harus dirancang sesuai dengan tahap perkembangan tersebut. Dan keenam,
apakah strategi pembelajaran yang ditentukan sesuai dengan alokasi waktu
yang tersedia. Dengan demikian, sebelum merancang strategi
pembelajaran, guru seharusnya terlebih dahulu menganalisis tentang
alokasi waktu yang tersedia.

d. Evaluasi terhadap Program Penilaian

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan


ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara sistematis
dapat diketahui melalui proses penilaian terhadap keberhasilan proses
pembelajaran tersebut. Beberapa kriteria yang dapat dikembangkan dan
bisa dijadikan sebagai acuan.

Pertama, apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang


ingin dicapai, sebab tujuan merupakan inti dari suatu program kurikulum.
Keberhasilan kurikulum pada dasarnya adalah keberhasilan untuk
mencapai tujuan kurikulum itu sendiri.
Kedua, apakah model evaluasi yang digunakan untuk mencapai
fungsi evaluasi formatif maupun sumatif, sebab evaluasi hasil belajar
dapat mengukur pencapaian peserta didik terhadap target kurikulum, dan
juga dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi guru dalam menentukan
keberhasilan kinerjanya sehingga guru dapat memperbaiki kelemahan-
kelemahan dalam melaksanakan pembelajaran.

Ketiga, apakah program evaluasi yang digunakan mudah dibaca


dan dipahami oleh guru, sehingga memungkinkan guru untuk
menjadikannya sebagai pedoman. Keempat, apakah program evaluasi
mencakup semua aspek perubahan perilaku peserta didik.

2. Evaluasi Kurikulum sebagai Proses Implementasi

Sisi kedua dari suatu kurikulum adalah proses pelaksanaan atau


implementasi dari dokumen kurikulum itu sendiri dalam pelaksanaan
pembelajaran. Berikut beberapa kriteria yang bisa dikembangkan dalam
menilai aspek implementasi tersebut: pertama, kesesuaian antara kurikulum
yang diimplementasikan guru dengan dokumen atau program kurikulum yang
ada, kedua, tingkat partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, ketiga, efektivitas dan efisiensi
implementasi dokumen kurikulum secara keseluruhan (overall). 7

C. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Kurikulum


1. Tujuan Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum memiliki tujuan yakni mengungkapkan proses


pelaksanaan kurikulum secara merata yang dapat dilihat dari berbagai tinjau
aspek. Adapun indikator kinerja yang dievaluasi dalam hal ini adalah
efektivitas, efisiensi, relavansi, dan kelayakan program kedepannya.
Sementara itu, menurut Ibrahim dilakasanakan acuan pengembangan
kurikulum bertujuan untuk keperluan berikut:

7
Ade Suhendra, IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN SD/MITeori dan
Aplikasidi Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Penerbitan Buku Ajar, IAIN Padangsidimpuan,
2021
a. Perbaikan program

Dalam hal ini peranan evaluasi kurikulum adalah evaluasi kurikulum


mempunyai sifat konstruktif, informasi yang dihasilkan dapat dijadikan
masukan untuk perbaikan yang diperlukan dalam program kurikulum yang
sedang berkembang.

b. Pertanggung jawaban kepada berbagai pihak

Adapun bentuk pertanggung jawaban dalam hal ini adalah sebuah


laporang yang wajib dipertanggung jawabkan dari pengembangan
kurikulum kepada beberapa pihak yang bersangkutan, seperti: pemerintah,
orang tua, pelaksana satuan pendidikan, masyarakat, dan semua pihka
yang secara langsung maupun tidak langsung ikut serta dalam
pengembangan kurikulum yang bersangkutan.

c. Penentuan tindak lanjut pengembangan

Bentuk tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum adalah jawaban


atas beberapa kemungkinan. Pertama, pakah kurikulum baru tersebut akan
atau tidak akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam
kondisi yang bagaimana dan dengan cara bagaimana pula kurikulum baru
tersebut akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada.

2. Fungsi Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum sangatlah penting keberadaannya, dalam hal ini


seorang guru akan mengetahui nilai arti kinerjannya selama melaksanakan
proses belajar mengajar. Sebaliknya bagi pengembangan kurikulum yang
dapat ditetapkan dan dimasukkan ke dalam sistem. Dalam hal ini, ada
beberapa fungsi evaluasi kurikulum pendidikan:

a. Sebagai umpan balik bagi peserta didik


b. Sebagai alat ukur untuk mengetahui pencapaian peserta didik dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
c. Memberikan informasi dan acuan untuk mengembangkan program
kurikulum.
d. Sebagai dasar peserta didik secara individual untuk memutuskan masa
depan sehubungan dengan bidang pekerjaan dan pengembangan karir.
e. Untuk mengembangkan kurikulum dalam khusus yang ingin dicapai.
f. Sebagai umpan balik semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan
di sekolah, seperti: orang tua, tenaga pendidik, pengembangan kurikulum,
untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil
kebijakan pendidikan termasuk juga untuk masyarakat.8

Pendapat yang lebih baru diungkapkan oleh Oemar Hamaik dalam


bukunya yang berjudul “Manajemen Pengembangan Kurikulum” (2006: 238-
239). Dalam buku tersebut disebutkan bahwa fungsi evaluasi kurikulum
terbagi menjadi empat, yaitu:

a. Edukatif, untuk mengetahui kedayagunaan dan keberhasilan kurikulum


dalam rangka mencapai tujuan pendidikan,
b. Instruksional, untuk mengetahui pendayagunaan dan keterlaksanaan
kurikulum dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran,
c. Diagnosis, untuk memeroleh informasi atau masukan dalam rangka
perbaikan kurikulum,
d. Administratif, untuk memeroleh informasi masukan dalam rangka
pengelolaan kegiatan pembelajaran. 9
D. Pendekatan dalam Evaluasi Kurikulum

Ada empat pendekatan dalam evaluasi kurikulum: Pendekatan pre-


ordinate, pendekatan fidelity, pedekatan gabungan dan pedekatan proses.

1. Pendekatan pre-ordinate

Pendekatan pre-ordinate adalah pendekatan evaluasi kurikulum yang


menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Ada dua karakteristik kriteria dalam
pendekatan ini, pertama kriteria ditetapkan pada waktu kegiatan evaluasi
belum dilaksanakan; dan kedua kriteria tersebut tidak dikembangkan dari

8
Latifah, Umi. (2022). “Fungsi dan Model Evaluasi Kurikulum dalam Pendidikan”. Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo. Diakses melalui http://eprints.umsida.ac.id/10889/
9
Arofah, E. (2021). “Evaluasi Kurikulum Pendidikan”. Jurnal Tawadhu, Vol. 5 No. 2, hlm 223
karakteristik kurikulum yang dievaluasi, melainkan dari buku tertentu atau
dari alat evaluasi yang memiliki standar tertentu.10

2. Pendekatan Fidelity

Berbeda dengan pendekatan pre-ordinate, kriteria yang digunakan


dalam pendekatan fidelity berasal dari kurikulum yang dievaluasi. Oleh sebab
itu sebelum evaluator melaksanakan evaluasi, maka ia perlu mempelajari
secara mendalam tentang karakteristik kurikulum yang akan dievaluasi.

3. Pendekatan kriteria gabungan

Evaluasi dengan pendekatan pengembangan kriteria gabungan


mempergunakan berbagai sumber kriteria untuk mengukur berbagai dimensi
kurikulum, baik kurikulum sebagai suatu gagasan, sebagai rancangan program
maupun kurikulum sebagai suatu proses kegiatan dan kurikulum sebagai suatu
hasil.

4. Pendekatan proses

Pendekatan ini bersumber dari pendekatan fenomenologi. Evaluasi


kurikulum dengan pendekatan proses berasal dari rasa ketidak puasan
terhadap hasil evaluasi yang dirasakan kurang membantu para pelaksana
terutama para guru. Pemakaian pendekatan kuantitatif yang terkenal dengan
statistik menyebabkan para guru banyak yang tidak memahaminya sehingga
hasil evaluasi tersebut menjadi tidak bermakna bagi mereka, Selain itu
pendekatan kuantitatif yang menetapkan kriteria secara sepihak dari evaluator,
dianggap memiliki kelemahan, oleh karena guru sebagai pelaksana kurikulum
seakan- akan hanya ditempatkan sebagai objek evaluasi, mereka tidak di
tempatkan pada posisi yang sebenarnya. Oleh karena itulah dalam pendekatan
proses, guru terlibat dalam proses evaluasi, evaluator memperhatikan perasaan
dan pandangan mereka tentang kurikulum yang sedang di evaluasi. 11

10
Hasan, Said Hamid, 1988, Evaluasi Kurikulum, Jakarta.
11
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan dan Kebudayaan Depdiknas. (1999).
Hasil Evaluasi Kurikulum (1994)
E. Evaluasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Kurikulum mula-mula digunakan dalam dunia olahraga, khususnya pada


bidang atletik zaman romawi Kuno di Yunani yang berasal dari kata curir (pelari)
dan curere berarti tempat berpacu. Menurut bahasa latin curriculaeyang artinya
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari12. Terjemahan dalam Bahasa
perancis kurikulum berasal dari kata courier yang diartikan berlari (to
run).13Sedangkan kurikulum dalam bahasa Arab lebih dikenal dengan istilah
manhajyang bermakna jalan terang dilalui manusia dalam kehidupan .14

Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari untuk meraih medali . 15 Kemudian pengertian tersebut diterapkan
dalam dunia pendidikan jadi sejumlah mata pelajaran oleh peserta didik dari
awal sampai akhir program sekolah hingga memperoleh penghargaan dalam
bentuk ijazah. 16 Pada hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa peserta didik
telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajar. 17 Kurikulum
merupakan salah satu bagian terpenting dalam sistem pendidikan,
sehingga kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
dan pedoman pelaksanaan pada semua jenjang.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan kesepakatan tentang


tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta metode yang menjadi pedoman
penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu18. Tujuan
pendidikan suatu bangsa atau negara ditentukan oleh paradigma bangsa tersebut.
Filosofi hidup yang berbeda antar negara juga menyebabkan perbedaan
tujuan pendidikan.

12
Hamalik, 2012
13
Arifin, 2014
14
Arifin, 2014
15
Arifin, 2014
16
Badrut Tamam& Muhammad Arbain, 2020
17
Suparman, 2020
18
Departemen Pendidikan Nasional, 2003
Begitu pula dengan perubahan politik juga mempengaruhi sektor
pendidikan yang seringkali berujung pada perubahan kurikulum.Perubahan yang
disebabkan berbagai faktor mengindikasikan dinamisnya suatu kurikulum. Setiap
pendidik harus memahami perkembangan kurikulum karena desain pedagogik
merupakan hal terpenting dalam dunia pendidikan memahami kurikulum
akan membantu peserta didik mengembangkan potensi dirinya secara fisik,
intelektual, emosional, sosial, religius, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai