MPLS Kel 6
MPLS Kel 6
MAKALAH
Jannatun (2281010045)
PAI 4/B
2023 M / 1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Manajemen Pengelolaan Lembaga Pendidikan Keagamaan Pesantren
Tradisional Berbasis Moderasi Beragama” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Manajemen PAI Luar Sekolah. Selain itu, makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, fungsi, dan tujuan manajemen?
2. Bagaimana tipologi pondok pesantren tradisional (Salafi)?
3. Bagaimana manajemen pada pondok pesantren dalam penerapan fungsi
manajemen?
4. Bagaimana peeran pondok pesantren dalam memperkuat moderasi beragama?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Septuri. (2020). Manajemen Pondok Pesantren: Pengantar Penerapan Fungsi Manajemen.
Bandar Lampung: Pusaka Media, hlm 79
2
Ibid., hlm 80
2
tercapai secara efektif dan efesien. Atas dasar inilah maka sdapat dikatakan jika
manajemen adalah pemberdayaan atau pendayagunaan dari sumber daya manusia
yang terdapat di suatu institusi. Dalam pelaksanaannya, sumber daya manusia
tersebut mesti di support dan didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai. Pelaksanaannya tidak lepas pada perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan serta evaluasi atau flash back terhadap semua kegiatan yang telah
dilakukan.
3
Ibid., hlm 83
3
tidak dapat dipisahkan dari ruang lingkup kehidupan manusia—terlebih lagi pada
bidang lembaga pendidikan pondok pesantren.
1. Perencanaan (Planning)
4
d. Perencanaan yang dikombinasikan (General Combination Planning),
gabungan dan kombinasi unsur-unsur dari tiga perencanaan di atas.
a. Keadaan sekarang (tidak dimulai dari nol, tetapi dari sumber daya yang
ada).
b. Keberhasilan dan faktor-faktor kritis keberhasilan.
c. Kegagalan masa lampau.
d. Potensi, tantangan dan kendala yang ada.
e. Kemampuan merubah kelemahan menjadi kekuatan, dan ancaman menjadi
peluang, yakni melakukan analisis (Strength, Weakness, Opportunities,
and Threats atau SWOT).
f. Mengikut sertakan pihak-pihak terkait.
g. Memperhatikan komitmen dan mengkoordinasi pihak-pihak terkait.
h. Mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi demokratis, transparan,
realistis, legalitas, dan praktis.4
2. Pengorganisasian (Organizing)
4
Ibid., hlm 91-98
5
a. Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja
yang dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
c. Penugasan tanggungjawab tertentu.
d. Mendelegasikan wewenang yang diperlukan kepada individu-individu
untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur
formal di mana pekerjaan ditetapkan, dibagi, dan dikoordinasikan.
3. Menggerakkan (Actuating)
6
komunikasi yang baik dan prinsip menjawab pertanyaan. Hal ini berarti bahwa
penggerakan (actuating) merupakan suatu bentuk usaha yang bersifat
merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan
antusias dan kemauan yang baik.
6
Ibid., hlm 104-109
7
berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi
tercapai. Pada bagian lain, pengawasan (controlling) juga didefinisikan
sebagai proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun
rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses dasar tersebut mencakup beberapa
tahap, yaitu: a) menetapkan standar pelaksanaan; b) pengukuran pelaksanaan
pekerjaan dibandingkan dengan standar; dan c) menentukan kesenjangan
(deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
7
Astuti & Sukataman. (2023). “Dasar-dasar Manajemen Pesantren”. Jurnal Kajian Studi
Manajemen Pendidikan Islam dan Studi Sosial, Vol. 7, No. 1, hlm 23
8
B. Tipologi Pondok Pesantren Tradisional (Salafi)
a. Tipe A
Tipe A sering dinamakan tipe pesantren sangat/paling sederhana.
Sebab pesantren ini merupakan pesantren rintisan yang kali pertama
didirikan oleh kiyai pasca selesai mondok. Elemen atau unsur-unsur yang
adapun masih seputar masjid, santri dan kiyai itu sendiri. Proyeksi
aktivitas pembelajarannya pun masih sangat sedarhana, yaitu para santri
8
Purnomo, H. (2017). Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren. Yogyakarta: Bildung Pustaka
Utama, hlm 36
9
maksimal hanya menguasai dan memahami dari kitab-kitab. Pada level ini,
usaha para santri dititik beratkan pada usaha sekadarnya saja, asalkan bisa
membantu para santri untuk bertahan hidup di pesantren. Biasanya mereka
bekerja dengan orang-orang desa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
selama di pesantren.
b. Tipe B
Pondok pesantren tipe ini memiliki grade satu level di atas tipe A.
Dimana komponen atau unsur-unsur pesantren sudah bertambah dari yang
sebelumnya, yakni kiyai, masjid, pondok dan santri. Tipe B ini telah
dilengkapi dengan pemondokan untuk menampung para santri agar dapat
lebih fokus dan berkonsentrasi dalam mempelajari agama Islam.
Meskipun sudah maju jika dibandingkan dengan tipe sebelumnya
(Tipe A), namun berdasarkan ciri-ciri fisiknya pesantren Tipe B dapat
diilustrasikan dengan suasana asramanya yang sempit, pendek, jendela
terlalu kecil dan pengaturannya pun semrawut. Pondokan benar-benar apa
adanya dan masih terlihat sangat minim peralatannya. Sementara itu,
kamar mandi dan WC pun apa adanya—tidak sebanding dengan penghuni
pondok. Bahkan ada juga pesantren yang tidak menyediakan fasilitas ini,
sehingga para santrinya mandi dan buang air di sungai, halaman pesantren
pun tidak teratur dan gersang. Jika musim kemarau terlihat gersang, dan
becek jika musim hujan. Belum lagi terkadang sampah bertaburan dan
berceceran.
Sementara itu, ruang kelas yang digunakan belajar tidak
representatif dan kurang memenuhi persyaratan metodik-didaktik atau
ilmu pendidikan yang semestinya, seperti ukuran yang terlalu sempit atau
terlalu luas. Antara dua ruang kelas tidak dipisahkan oleh suatu penyekat,
ataupun kalau ada penyekatnya tidak tahan suara sehingga gaduh.
Perabotnya yang berupa bangku, papan tulis, dan lain-lain juga kurang
mencukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Tempat ibadah
biasanya mengecewakan, lantainya kotor, tempat wudhu-nya ditempat
yang keruh dan kotor, arsitek bangunannya tidak menunjukkan efesiensi
dan kerapian, serta penerangan terbatas.
10
2. Ciri-ciri Non Fisik
9
Septuri. (2020). Manajemen Pondok Pesantren: Pengantar Penerapan Fungsi Manajemen.
Bandar Lampung: Pusaka Media, hlm 57-61
11
Indonesia dan sekaligus bagian dari warisan budaya bangsa. Maka, bukanlah
secara kebetulan jika pondok pesantren masih dapat bertahan hingga saat ini.
12
c. Pemimpin paternalistik fokus pada penyelesaian tugas dan menjaga
hubungan yang baik dengan bawahannya, mirip dengan hubungan seorang
bapak dengan anak-anaknya.
d. Pemimpin karismatik dapat menggunakan gaya otokratik atau demokratik
dalam pengambilan keputusan. Mereka memiliki daya tarik besar dan
biasanya memiliki banyak pengikut. Pemimpin karismatik sering dianggap
memiliki kekuatan gaib dan kesaktian.
e. Pemimpin demokratik memilih model pengambilan keputusan yang
melibatkan bawahan. Gaya ini dianggap ideal dalam mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan lembaga melibatkan fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengaktualisasian, dan pengawasan. 10
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
10
Septuri. (2020). Manajemen Pondok Pesantren: Pengantar Penerapan Fungsi Manajemen.
Bandar Lampung: Pusaka Media, hlm 247-252
13
Selanjutnya, berkaitan dengan istilah tentang Manajemen Sumber
Daya Manusia. Menurut Dessler MSDM adalah Suatu ilmu atau cara
mengatur hubungan dan peran sumber daya manusia secara efisien dan efektif
untuk mencapai tujuan bersama perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
MSDM didasari pada konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia, bukan
mesin, dan menggabungkan ilmu psikologi dan sosiologi.
11
Ibid., hlm 252-255
14
apabila ada bacaan yang salah. Sedangkan sistem pengajian kitab klasik (kitab
kuning) diselenggarakan dengan mengkaji kitab-kitab yang “condong” pada
satu mazhab (pada umumnya mazhab Imam Syafi’i).
15
modal untuk menjadi manusia yang bersemangat wiraswasta dan sekaligus
untuk menunjang pembangunan lingkungan.12
4. Manajemen Peserta Didik
12
Ibid., hlm 255-260
13
Ibid., hlm 262
14
Ibid., hlm 263
16
negara dengan keberagaman agama tinggi. Pemahaman moderat penting untuk
menjaga kerukunan antarumat beragama demi stabilitas dan kedamaian negara.
17
3. Santri-santri dapat terlibat dalam kegiatan sosial di luar lingkungan pondok,
seperti kegiatan sosial di masyarakat atau sebagai relawan untuk membantu
korban bencana.
4. Melibatkan para santri dalam kegiatan yang mendorong kreativitas dan
inovasi dapat memperkuat sikap toleransi dan menghargai perbedaan.
5. Pondok pesantren harus mengembangkan kurikulum pendidikan agama yang
seimbang dan moderat.
15
Kurniawan, R. ddk. (2023). “Penguatan Moderasi Beragama di Lingkungan Pondok Pesantren”.
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Keislaman, Vol. 3, No. 1, hlm 57-58
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21