Anda di halaman 1dari 9

Nasional Education Conference

Strategies for Developing the Profile of Rahmatan Lil Alamin Students in Madrasah
July 24 2023

INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK DALAM


BINGKAI MODERASI BERAGAMA

Nurlaila
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
nurlaila_uin@radenfatah.ac.id
Halimatussakdiah
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
halimatussakdiah_uin@radenfatah.ac.id
Novia Ballianie
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
noviaballianie_uin@radenfatah.ac.id
Mutia Dewi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
mutiadewi_uin@radenfatah.ac.id
Syarnubi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
syarnubi@radenfatah.ac.id

Abstract: This article aims to describe Religious Moderation in Children's


Character Education, reflecting Religious Moderation in the form of behavior and
moderation. Internalization of Character Education in the Frame of Religious
Moderation is the appreciation of the values of religious moderation such as
(tolerance, tasamuh, anti-violence, and accommodative in tradition) conveyed in
educating children's character in order to create a generation that behaves and
behaves moderately. This research method uses library research (Library
Research). Results of Discussion Character Education in Children in the Frame of
Religious Moderation is an attitude, a method of positioning children in the middle
between the 2 poles (family and society). Internalization of Character Education
for Children in the Frame of Religious Moderation can be carried out Internalizing
the Values of Character Education for Children in the Frame of Religious
Moderation in the form of tolerance (tasamuh), anti-violence and shura.

Keywords: Internalization, Religious Moderation, Character Education

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan manusia yang
berkualitas. (Abu & Uhbiyati, 2006) Tanpa pendidikan kehidupan seseorang tidak
akan bisa berkembang secara alami. (Indy et al., 2019) Pendidikan merupakan tolak
ukur dalam menilai kredibilitas seseorang dan peradabannya. Berdasarkan Grand
Design Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengenai
pendidikan karakter, proses pengajaran ini merupakan bagian dari intervensi, suatu
proses yang dengan sengaja menciptakan pengajaran perspektif karakter dalam
proses belajar mengajar.
Mengajarkan nilai-nilai pendidikan karakter yang tertuang dalam naskah
"The Saga of the Wicked Pig" dapat dilakukan oleh guru, orang tua, atau
masyarakat. Dasar pendidikan karakter adalah di lingkungan keluarga. Pendidikan

45
Nasional Education Conference
Strategies for Developing the Profile of Rahmatan Lil Alamin Students in Madrasah
July 24 2023

karakter yang baik dalam keluarga akan membentuk karakter yang baik pada anak,
banyak orang tua yang hanya mementingkan aspek kecerdasan otak daripada
pendidikan karakter. Membentuk karakter seperti mengukir pada batu permata atau
permukaan besi keras. Selanjutnya, gagasan karakter dikembangkan yang
didefinisikan sebagai tanda atau pola perilaku khusus.
(Elmubarok, 2008), menyebutkan Pendidikan Karakter adalah proses
memahat atau memahat jiwa sedemikian rupa sehingga unik, menarik dan berbeda
atau dapat dibedakan dari orang lain. Pendidikan karakter dapat disebut sebagai
pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan afektif, pendidikan moral. (Aeni,
2014)
Pendidikan karakter bagi anak dapat membentuk karakter anak yang
memiliki akhlak yang baik di tengah konflik dari berbagai fenomena sosial yang
saat ini meradang di masyarakat seperti kekerasan, kejahatan atas nama agama, dan
terorisme. (Dini, 2018), menyatakan bahwa Pendidikan Karakter bertujuan
menjadikan peserta didik sebagai penerus bangsa memiliki akhlak dan akhlak yang
baik, untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang adil, aman dan sejahtera. Ini
terkait dengan hukum. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional.
Pembentukan karakter diperkuat dengan adanya Permendikbud No. 20
Tahun 2018 tentang Pendidikan Karakter. Dalam Permendikbud tersebut
ditegaskan bahwa Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan sekolah
untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi latihan hati, latihan
rasa, latihan berpikir dan latihan. Dengan dukungan keterlibatan publik dan
kolaborasi antara sekolah, keluarga dan masyarakat. Penguatan pendidikan karakter
dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter
khususnya meliputi nilai-nilai agama, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, suka membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial dan bertanggung jawab, yang merupakan nilai perwujudan dari nilai-
nilai utama yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan
integritas yang terintegrasi dalam kurikulum.
Penguatan Pendidikan Karakter juga menjadi dasar penerapan kurikulum
2013. Hal ini dapat dilihat pada implementasi kurikulum 2013 yang memberikan
pergeseran paradigma, dimana pada hasil akhir pembelajaran mahasiswa tidak
hanya menguasai pengetahuan tetapi juga menguasai sikap dan keterampilan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, tujuan pembelajaran meliputi
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan. Hal ini ditegaskan dalam Permendikbud No. 20 Tahun
2016 yang menyatakan bahwa setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan
menengah memiliki kompetensi dalam tiga dimensi, yaitu sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
Internalisasi atau apresiasi terhadap nilai-nilai moderasi dalam
penyampaian pendidikan atau pengajaran kepada anak. Moderasi beragama adalah
sikap, pola atau metode yang memposisikan diri di antara dua kutub yang
berlawanan dengan tetap berpegang pada teks-teks agama. Wawasan tentang
moderasi beragama perlu digali dan dikembangkan secara berkelanjutan
Moderasi beragama adalah istilah yang dikemukakan oleh Kementerian
Agama Republik Indonesia. Moderasi beragama adalah perspektif, sikap, dan
perilaku yang selalu mengambil posisi tengah, selalu bertindak adil, dan tidak

46
Nasional Education Conference
Strategies for Developing the Profile of Rahmatan Lil Alamin Students in Madrasah
July 24 2023

ekstrem dalam beragama. (Mhd. Abror, 2020) Paham radikal cenderung berperan
sebagai teroris yang dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang tidak diakui
oleh pemerintah dimana tindakan ini dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang ingin mendapatkan kekuasaan dan pengaruh di masyarakat.
(Sumardewi, 2014)
"Pola Internalisasi Nilai Moderasi Beragama untuk Mencegah Pemahaman
Radikal di Kalangan Mahasiswa" (Sutarto, 2022) Jurnal ini bertujuan untuk
menggali pola Internalisasi Nilai Moderasi Beragama untuk mencegah
berkembangnya pemahaman radikal di kalangan mahasiswa. Teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu wawancara semi terstruktur dianalisis menggunakan
model analisis Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola
internalisasi nilai-nilai moderasi beragama untuk menangkal perkembangan paham
radikal di kalangan mahasiswa dilakukan dengan menginternalisasi nilai-nilai
moderasi beragama ke dalam mata kuliah.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan mempelajari berbagai
sumber yang berasal dari bahan pustaka mengenai internalisasi moderasi beragama.
(Sari & Asmendri, 2020) Data sekunder diperoleh dari literatur yang mendukung
data primer. Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu melalui proses reduksi data,
penyajian data dan verifikasi data. (Sugiyono, 2015)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Muhaimin mengatakan bahwa fungsi nilai-nilai pendidikan karakter bagi
anak dapat dilakukan melalui pendekatan teoritis terhadap internalisasi atau
pendekatan tanaman, yang dalam pengamatannya harus melalui tiga fase, yaitu:
1. Tahap Transformasi Nilai : Tahap ini merupakan proses yang dilakukan oleh
guru dalam menginformasikan nilai baik dan buruk. Pada tahap ini hanya
komunikasi verbal yang terjadi antara guru dan siswa.
2. Tahap Transaksi Nilai : Suatu tahap pendidikan nilai dengan melakukan
komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan guru yang bersifat timbal
balik.
3. Tahap Transinternalisasi Nilai : Tahap ini jauh lebih dalam daripada tahap
transaksi. Dalam konteks ini, internalisasi nilai meliputi domain kognitif,
afektif dan psikomotorik. (Fahmi, 2015) Dengan demikian, internalisasi nilai
tidak hanya mencakup satu arah tetapi dua arah dan bahkan multi arah. Pendidik
sebagai agen yang menginternalisasi nilai-nilai tertentu kepada peserta didik
melalui transformasi pengetahuan (kognitif) kemudian dikomunikasikan
bersama termasuk pemodelan atau pemodelan dan kemudian melalui proses
internalisasi, yaitu dengan memberi contoh, pengkondisian, pembiasaan sesuai
dengan perilaku atau nilai yang diinternalisasi. Sehingga internalisasi nilai
menjadi proses yang komprehensif dan mencakup semua domain dalam
pendidikan. Nilai sebagai ide, konsep dan keyakinan yang dijadikan patokan
untuk menentukan dan memutuskan suatu pilihan yang dijadikan way of life
baik dalam berpikir maupun bertindak tentang sesuatu yang pantas atau tidak
pantas. Ruang lingkupnya mencakup semua sisi kehidupan karena tidak ada
area bebas nilai, termasuk pendidikan. Semuanya terikat oleh nilai-nilai yang
diyakini sebagai kebenaran dan disepakati bersama. Seperti yang dinyatakan

47
Nasional Education Conference
Strategies for Developing the Profile of Rahmatan Lil Alamin Students in Madrasah
July 24 2023

oleh (Kneller, 1971, p. 26) bahwa "Nilai berlimpah di mana-mana dalam


pendidikan; mereka terlibat dalam setiap aspek praktik sekolah; Mereka adalah
dasar untuk semua masalah pilihan dan pengambilan keputusan." Pernyataan
ini menunjukkan bahwa tidak ada yang bebas dari nilai yang termasuk dalam
pendidikan.
Moderatio adalah kata Latin untuk moderasi yang berarti tidak lebih dan tidak
kurang (moderat) dan pengendalian diri. Moderasi dalam bahasa Inggris dikenal
dengan moderation yang berarti inti, non-aligned, avarage dan standard. (Aziz et
al., 2019) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengatakan Moderasi berarti
menghindari ekstrem dan mengurangi kekerasan.
Moderasi juga berarti wasathiyyah yang berasal dari kata wasath atau
wasatha. Kata ini memiliki berbagai arti, termasuk berada di posisi tengah, berada
di antara kedua ujungnya, sederhana, adil dan biasa-biasa saja. Dalam Islam, istilah
moderasi dikenal sebagai wasathiyyah seperti yang ditemukan dalam Al-Qur'an
Surah al-Baqarah ayat 143 berikut:

‫ل عَلَ ۡيكُمۡ ش َِهيدٗ ۗا َو َما َجعَ ۡلنَا‬ ُ ‫ٱلرسُو‬َّ َ‫اس َويَكُون‬ ِ َّ‫َوكَ َٰذَلِكَ َجعَ ۡل َٰنَكُمۡ أُ َّم ٗة َوسَ ٗطا ِلتَكُونُواْ شُ َه َدآ َء عَلَى ٱلن‬
ُ ‫ۡٱلقِ ۡبلَةَ ٱلَّتِي كُنتَ عَلَ ۡي َها ٓ إِ ََّّل لِنَ ۡعلَ َم َمن يَتَّبِ ُع ٱل َّرسُو َل ِم َّمن يَنقَل‬
‫ِب عَلَ َٰى عَقِبَ ۡي ِۚ ِه َوإِن كَانَ ۡت لَكَبِي َرةً إِ ََّّل عَلَى ٱلَّذِي َن‬
‫ إلى الطريق‬-‫أيها المسلمون‬- ‫ وكما هديناكم‬ٞ‫وف َّرحِ يم‬ ٞ ‫اس لَ َر ُء‬ َ َّ ‫ٱّلل لِيُ ِضي َع إِي َٰ َمنَكُمِۡۚ إِ َّن‬
ِ َّ‫ٱّلل بِٱلن‬ ُ ۗ َّ ‫َهدَى‬
ُ َّ ‫ٱّلل َو َما كَا َن‬
‫ جعلناكم أمة خيا ًرا عدوَّل لتشهدوا على األمم في اآلخرة أن رسلهم بلَّغتهم رساَّلت‬،‫الصحيح في الدين‬
‫ قبلة‬-‫أيها الرسول‬- ‫ وما جعلنا‬.‫ ويكون الرسول في اآلخرة كذلك شهيدًا عليكم أنَّه بلَّغكم رسالة ربه‬،‫ربهم‬
‫ إَّل ليظهر ما علمناه في األزل؛‬،"‫ ثم صرفنا ك عنها إلى الكعبة بـ "مكة‬،‫"بيت المقدس" التي كنت عليها‬
‫ و َمن هو ضعيف‬،‫علما يتعلق به الثواب والعقاب لنميز َمن يتبعك ويطيعك ويستقبل معك حيث توجهت‬
‫ وإن هذه الحال التي هي تحول المسلم في صالته من استقبال‬.‫اإليمان فينقلب مرتدًا عن دينه لشكه ونفاقه‬
‫بيت المقدس إل ى استقبال الكعبة لثقيلة شاقة إَّل على الذين هداهم ومن عليهم باإليمان والتقوى وما كان‬
‫ إنه سبحانه وتعالى‬.‫ ويبطل صالتكم إلى القبلة السابقة‬،‫هللا ليضيع إيمانكم به واتباعكم لرسوله‬
)١٤٣( .‫بالناس لرءوف رحيم‬
Artinya: "Dan demikianlah (juga) Kami telah menjadikan kamu (Muslim),
bangsa yang adil dan terpilih[95] sehingga kamu menjadi saksi atas (tindakan)
manusia dan agar Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi atas (tindakan) kamu.
dan Kami tidak menentukan kiblat yang merupakan kiblatmu (sekarang) tetapi
agar Kami mengetahui (agar jelas) siapa yang mengikuti Rasulullah dan siapa
yang membelot. dan sesungguhnya (perubahan kiblat) terasa sangat berat, kecuali
orang-orang yang telah dibimbing oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang kepada
manusia. [95] Umat Islam dijadikan umat adil dan terpilih, karena mereka akan
menjadi saksi atas perbuatan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran baik
di dunia maupun di akhirat.
Berdasarkan ayat di atas, disebutkan bahwa umat Islam adalah masyarakat
wasathan dimana umat Islam adalah orang menengah dan merupakan manusia
terbaik dan pilihan yang seimbang dan adil baik dalam pikiran, keyakinan, maupun
dalam perilaku dan sikap. (Tim Penyusun Kementrian Agama, 2019)
Berdasarkan uraian di atas, Internalisasi Pendidikan Karakter dalam Bingkai
Moderasi Beragama adalah apresiasi terhadap nilai-nilai moderasi beragama seperti
(toleransi, tasamuh, anti kekerasan, dan akomodatif dalam tradisi) yang

48
Nasional Education Conference
Strategies for Developing the Profile of Rahmatan Lil Alamin Students in Madrasah
July 24 2023

disampaikan dalam mendidik karakter anak agar tercipta generasi yang


berkelakuan dan berperilaku sedang.
Ekspresi Arab terbaik untuk sesuatu ada di tengah. Misalnya, dermawan,
yaitu sikap antara pelit dan boros, berani, yaitu sikap antara pengecut dan
sembrono, dan lain-lain. Dalam konteks pemikiran Islam di Indonesia, konsep
Moderasionisme Islam setidaknya memiliki lima karakteristik sebagai berikut.
Pertama, ideologi anti kekerasan dalam mendakwahkan Islam. Kedua, mengadopsi
pola kehidupan modern dan segala turunannya, seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi, demokrasi, hak asasi manusia dan sejenisnya. Ketiga, penggunaan
pemikiran rasional dalam mendekati dan memahami ajaran Islam. Keempat,
menggunakan Pendekatan Kontekstual dalam memahami sumber-sumber ajaran
Islam. Kelima, penggunaan ijtihad dalam menegakkan Hukum Islam (istinbat).
Kelima karakteristik ini dapat diperluas menjadi beberapa karakteristik lagi seperti
toleransi, harmoni dan kerja sama antara kelompok agama yang berbeda. (Hilmy,
2012)
Menurut Quraish Shihab, dalam moderasi (wasathiyyah) terdapat pilar
penting yaitu (Iffaty Zamimah, 2018): Pertama, pilar keadilan, pilar ini sangat
penting, beberapa makna keadilan yang dijelaskan adalah: Pertama, adil dalam arti
"setara", yaitu persamaan hak. Seseorang yang berjalan lurus dan selalu
menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Kesetaraan ini menjadikan
seseorang yang adil dan tidak berpihak pada salah satu pihak yang berselisih. Adil
juga berarti menempatkan sesuatu di tempat yang tepat. Ini mengarah pada
kesetaraan, meskipun dalam hal kuantitas mungkin tidak sama. Fair memberi
pemilik haknya melalui cara terdekat. Tidak menuntut seseorang memberikan
haknya kepada pihak lain tanpa penundaan. Adil juga berarti moderasi 'tidak
mengurangi atau melebih-lebihkan'.
Kedua, pilar keseimbangan. Menurut Quraish Shihab, keseimbangan
ditemukan dalam kelompok di mana ada berbagai bagian menuju tujuan tertentu,
selama kondisi dan tingkat tertentu dipenuhi oleh masing-masing bagian. Ketika
kondisi ini terpenuhi, kelompok dapat bertahan dan berlari untuk memenuhi tujuan
kehadirannya. Keseimbangan tidak memerlukan tingkat dan persyaratan yang sama
agar semua bagian unit seimbang, satu bagian juga bisa kecil atau besar, sementara
kecil dan besar ditentukan oleh fungsi yang diharapkan darinya.
Ketiga, pilar toleransi. Quraish Shihab menjelaskan bahwa toleransi adalah
batas pengukuran untuk penambahan atau pengurangan yang masih dapat diterima.
Toleransi adalah penyimpangan yang harus dibuat agar tidak dilakukan,
singkatnya, penyimpangan yang dapat dibenarkan.
Menurut pendidikan merupakan hal mendasar untuk peace building,
sehingga pendidikan perlu diarahkan untuk membangun kehidupan masyarakat
yang damai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah adanya kebijakan
pendidikan yang mempertimbangkan aspek heterogenitas. [4], [6] Kebijakan
pendidikan perlu mempertimbangkan aspek heterogenitas bangsa Indonesia dengan
mengatur penyelenggaraan pendidikan perdamaian dalam menanamkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang perdamaian nasional, mengantisipasi
konflik dan menangani konflik secara damai. Ada beberapa alasan mengapa
Pendidikan Perdamaian (Peace Education) sangat mendesak diselenggarakan di
lembaga pendidikan formal di Indonesia, termasuk mensosialisasikan pentingnya
hidup rukun dan damai dalam keberagaman.

49
Nasional Education Conference
Strategies for Developing the Profile of Rahmatan Lil Alamin Students in Madrasah
July 24 2023

Sebagai sarana untuk memperkenalkan dan menanamkan pemahaman


tentang moderasi, dan nilai-nilai yang terkandung dalam moderasi dan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa di sini, pendidikan memegang peranan penting.
Sebagaimana menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang
bermartabat dalam kerangka 8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an
dan Juz 2 Terjemah, bertujuan untuk mengembangkan potensi menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi manusia. Untuk
mengenalkan dan menanamkan pemahaman tentang moderasi, dan nilai-nilai yang
terkandung dalam moderasi serta mencerdaskan kehidupan bangsa, perlu dilakukan
pembiasaan sejak dini. Karena anak adalah generasi penerus bangsa, mereka adalah
fondasi dan harapan orang tua dan masa depan, mereka perlu dipersiapkan sejak
awal agar kelak menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu
berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional. Hal ini dilakukan sedini mungkin
dengan melibatkan anak kecil. (Fitri et al., 2020)
Moderasi juga harus ditanamkan pada anak dengan cara yang praktis agar
dapat lebih mudah diterima oleh anak usia dini. (Farahh Fahrun Nisak Hidayatu
Munawaroh Salbia Abbas, 2022) Kebiasaan yang dapat dilakukan oleh tenaga
pendidik atau orang tua dalam menanamkan sikap moderasi beragama yaitu melalui
kegiatan Upacara Bendera, mengenalkan perbedaan agama di Indonesia,
memperkenalkan pahlawan kemerdekaan Indonesia, menanamkan sikap cinta
tanah air, dan menanamkan sikap nasionalis terhadap bangsa. (Priatmoko, 2021)
Rangkaian kegiatan tersebut dapat dimasukkan dalam kegiatan sehari-hari anak
usia dini baik di rumah maupun di sekolah. Metode yang dapat digunakan oleh
orang tua atau pendidik, yaitu menggunakan storytelling, role playing, demonstrasi,
dan kebiasaan kecil seperti menghadiri upacara bendera dengan khidmat, menjaga
kebersihan lingkungan sekitar, dan mengajarkan sikap peduli dan ramah terhadap
teman sebaya memiliki perbedaan yang signifikan. (Bahtiar & Diah Yovita
Suryarini, 2019) Inilah konsep yang ditawarkan oleh Islam mengenai Moderasi
Beragama di Indonesia. Konsep ini diharapkan mampu diterapkan dalam
kehidupan bernegara dan berbangsa, sehingga dengan konsep moderasi ini akan
membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, tidak terjadi diskriminasi
keberagaman.

KESIMPULAN
Internalisasi Pendidikan Karakter pada Anak dalam Bingkai Moderasi
Beragama dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai moderasi berupa; (1)
toleransi atau tasamuh, yaitu memberi ruang kepada seseorang dalam
mengungkapkan keyakinannya; (2) non-kekerasan, yaitu dalam mendidik anak
harus lembut, bukan dengan menunjukkan kekerasan karena anak adalah peniru
terbaik; (3) Syura, yaitu mendidik anak untuk selalu berbicara atau berkonsultasi
ketika menghadapi masalah dalam hidup.
Pendidikan Karakter Anak yang mencakup lima karakter prioritas yang
ditanamkan. Pertama penanaman yang mencerminkan keimanan kepada Tuhan

50
Nasional Education Conference
Strategies for Developing the Profile of Rahmatan Lil Alamin Students in Madrasah
July 24 2023

Yang Maha Esa. Baik nilai-nilai nasionalis menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Ketiga, Gotong Royong, nilai ini
mencerminkan tindakan mengapresiasi semangat kerja sama dan bahu membahu
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi bersama tanpa memandang perbedaan
latar belakang. Keempat, Integritas, mengajarkan upaya untuk menjadikan diri
sebagai pribadi yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan yang dilakukan. Lima nilai Kemerdekaan, poin ini mengajarkan untuk
menggunakan tenaga, pikiran dan waktu untuk mewujudkan harapan, impian dan
tujuan dengan kemampuan pribadi dan tidak bergantung pada orang lain.
Keterbatasan dalam penelitian ini Peneliti hanya menggunakan Riset
Kepustakaan (library research) untuk membahas Karakter sebagai poros
Pendidikan sehingga diharapkan pendidikan penguatan karakter akan membuat
manusia memiliki kesiapan yang cukup dalam menghadapi permasalahan yang
muncul di era yang semakin berkembang dan memiliki beragam tantangan. Ketika
masyarakat sudah memiliki karakter yang kuat, internalisasi nilai-nilai moderasi
beragama akan mudah diterapkan. Saran kepada peneliti lain diharapkan dapat
meneliti bidang mengenai tujuan moderasi beragama sehingga dapat tercapai
mereka harus meneliti kerukunan dan kedamaian dalam moderasi beragama.

51
Nasional Education Conference
Strategies for Developing the Profile of Rahmatan Lil Alamin Students in Madrasah
July 24 2023

DAFTAR PUSTAKA

Abu, A., & Uhbiyati, N. (2006). Ilmu Pendidikan. Pt Bumi Aksara.


Aeni, A. N. (2014). Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD Dalam Perspektif Islam.
Mimbar Sekolah Dasar, 1(1).
Aziz, A. A., Masykhur, A., & Anam, A. K. (2019). Implementasi Moderasi
Beragama dalam Pendidikan Islam. Kelompok Kerja Implementasi Moderasi
Beragama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
Republik Indonesia Bekerjasama dengan Lembaga Daulat Bangsa.
Bahtiar, R. S., & Diah Yovita Suryarini. (2019). Metode Role Playing dalam
Peningkatkan Keterampilan Bercerita Pengalaman Jual Beli pada Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 3(1).
Dini. (2018). Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar Di Era Digital. Ar-
Riaya: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1).
Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Alfabeta.
Fahmi, H. (2015). Perancangan Sistem Informasi Rekam Medis di Klinik Griya
Medika Menggunakan Metode Prototyping. Jurnal Permata Indah, 6(2).
Farahh Fahrun Nisak Hidayatu Munawaroh Salbia Abbas. (2022). The Effect of
“Kids Moderations” Interactive Multimedia on Religious Moderation
Attitudes in Early Childhood. Indonesian Journal of Early Childhood
Education Research, 1(1).
Fitri, A., Zubaedi, & Syafri, F. (2020). Parenting Islami Dan Karakter Disiplin Anak
Usia Dini, Journal Of Early Childhood Islamic Education. Al-Fitrah, 4(1).
Hilmy, M. (2012). Quo-Vadis Islam Moderat Indonesia. Jurnal Miqot, 36(2).
Iffaty Zamimah. (2018). Moderatisme Islam Dalam Konteks Keindonesiaan. Al-
Fanar, 1(1).
Indy, R., Waani, F. J., & N. Kandowangko. (2019). Peran Pendidikan dalam Proses
Perubahan Sosial di Desa Tumaluntung Kecamatan Kauditan Kabupaten
Minahasa Utara. Holistik: Journal of Social and Culture, 12(4).
Kneller. (1971). An Introduction to the Philosophy of Education. John Willey and
Sons Inc.
Mhd. Abror. (2020). Moderasi Beragama dalam Bingkai Toleransi: Kajian Islam
dan Keberagaman. Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, 1(2).
Priatmoko, S. (2021). Implementasi pendidikan karakter berbasis pesantren di
madrasah. MIDA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 4(1).
Sari, M., & Asmendri. (2020). Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam
Penelitian Pendidikan IPA. Jurnal Penelitian Bidang IPA Dan Pendidikan
IPA, 6(1).
Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Sumardewi, L. A. (2014). Upaya Indonesia dalam Memberantas Terorisme di Era
Susilo Bambang Yudhoyono. DIKSI: Diskusi Ilmiah Komunitas Hubungan
Internasional, 1(2).
Sutarto, S. (2022). Pola Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama untuk
menangkal Paham Radikal di Kalangan Mahasiswa. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 11(1).
Syarnubi, Syarnubi. "Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Membentuk Religiusitas Siswa Kelas IV di SDN 2 Pengarayan." Tadrib 5.1
(2019): 87-103.

52
Nasional Education Conference
Strategies for Developing the Profile of Rahmatan Lil Alamin Students in Madrasah
July 24 2023

Syarnubi, Syarnubi. "Guru yang bermoral dalam konteks sosial, budaya, ekonomi,
hukum dan agama (Kajian terhadap UU No 14 Tahun 2005 Tentang Guru
Dan Dosen)." Jurnal PAI Raden Fatah 1.1 (2019): 21-40.
Syarnubi, Syarnubi, Firman Mansir, Mulyadi Eko Purnomo, Kasinyo Harto, and
Akmal Hawi. "Implementing Character Education in Madrasah." Jurnal
Pendidikan Islam 7, no. 1 (2021): 77-94
Swandy, E. (2017). Bahasa Gaul Remaja dalam Media Social Facebook. Jurnal:
Bastr, 1(4).
Wawan Setiawan. (2011). , Pengantar Teknologi Informasi. UPIPress.
Tim Penyusun Kementrian Agama. (2019). Moderasi Beragama. In Kalangwan
Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra (Vol. 12, Issue 1). Kementrian
Agama RI. https://doi.org/10.25078/kalangwan.v12i1.737

53

Anda mungkin juga menyukai