Anda di halaman 1dari 46

STRATEGI ELIMINASI

MALARIA NASIONAL
Rahmad Isa, S.Si.,MKM

Direktorat Pencegahan & Pengendalian Penyakit


Menular (P2PM)
Ditjen P2P, Kemenkes RI

Pertemuan Monitoring Evaluasi Malaria Provinsi NTB


27 Juni 2022
BIODATA
NAMA : Rahmad Isa, S.Si, MKM

TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Padang, 18 Juni 1983

JABATAN : JFT Epidemiolog Kesehatan Ahli Muda

UNIT KERJA : Tim Kerja Penyakit Tular Vektor, Direktorat P2PM, Ditjen P2P, Kemenkes RI

NOMOR HP : 0813-1125-5261

EMAIL : rahmad_bio@yahoo.co.id

PENDIDIKAN :

S1 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Andalas Padang ( 2000 )

S2 IKM, Peminatan Epidemiologi Kesling, FKM UI Depok ( 2011 )

Diploma Of Applied Parasitology and Entomology (DAPE) IMR SEAMEO Malaysia ( 2019 )
SISTEMATIKA
Tujuan Pengendalian
01 Malaria & Situasi
Malaria
Pengobatan
Malaria 05
Situasi Malaria
02 Kebijakan dan
Strategi Provinsi NTB 06

03 Surveilans Malaria

04 Diagnostik Malaria
Tujuan

01
Pengendalian &
Situasi Malaria
Eliminasi Malaria
Adanya Sistem yang
baik untuk memastikan
tidak ada penularan 50% Eliminasi malaria adalah
kembali
pemutusan rantai penularan malaria
S setempat pada manusia dalam satu
Tidak ada penularan setempat Y wilayah geografi tertentu, secara
selama tiga tahun berturut-
turut A berkesinambungan guna menekan angka

Positivity Rate < 5%


R penyakit serendah mungkin agar tidak
menjadi masalah kesehatan
A 50%

API< 1 Per 1000 penduduk


T
Peta Jalan Eliminasi Malaria di Indonesia
Tujuan program penanggulangan malaria adalah untuk mencapai eliminasi pada Tahun 2030 2030
2029
2028 Eliminasi Malaria
Semua Prov & Regio Nasional
2025 eliminasi malaria
Semua Kab/kota
2019 eliminasi malaria
Indigenous terakhir
di Indonesia
RPJMN 300 Kab/ko
Eliminasi
5. Regional Papua
2029
& Papua Barat
Usulan Verifikasi Eliminasi Malaria-WHO Per Wilayah Regional
4. Regional Maluku & NTT 2028

3. Regional Kalimantan
& Malut
2027

2. Regional Sumatera,
Sulawesi, NTB 2025

1. Regional Jawa-Bali
2023
Timeline Target Eliminasi Per Regional
Evaluasi Capaian Eliminasi Malaria per Regional
Tahun 2021

Regional Sumatera, Sulawesi, NTB: 181


Regional Kalimantan-North Maluku:
dari 245 kab/Kota (74%)
37 dari of 66 Kab/Kota (56%)

Regional Papua:
0 dari 42 kab/Kota (0%)

National: 347 dari


514 Kab/kota
(68%) merupakan
wilayah Eliminasi

Regional Jawa-Bali: Regional Maluku, NTT:


124 dari128 kab/kota (97%) 5 dari of 33 kab/kota (15%)
SITUASI MALARIA DI INDONESIA 2021

68% atau 347 Kab/Kota telah


mencapai bebas malaria

Dari 167 Kab/Kota yang belum eliminasi,


 43 Kab/Kota merupakan daerah
endemis tinggi dan sedang yang
sebagian besar berada di Kawasan
Timur Indonesia (Papua, Papua
Barat, Maluku, NTT)
 124 Kab/Kota lainnya merupakan
daerah endemis rendah dan 52%
dari 124 K/K mengalami stagnasi

85% Penduduk Indonesia hidup


di daerah bebas malaria
Distribusi Kasus Malaria Per Endemisitas dan
Provinsi Tahun 2021

90% Kasus Nasional


berasal dari Provinsi
Papua

5,084
Endemis
Sedang 290,763
4,968 Endemis Tinggi
Endemis
Rendah 3,792
Eliminasi Berasal dari
17 kab/ko di Provinsi Papua
5 kab di Prov Papua Barat
3 Kab di Provinsi NTT
dan 1 Kab di Prov
Kalimantan Timur
Kebijakan dan
Strategi 02
Kebijakan Penanggulangan Malaria

1. Diagnosis Malaria harus terkonfirmasi Laboratorium: mikroskop atau tes


diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)
2. Pengobatan menggunakan Terapi kombinasi berbasis Artemisinin
(Artemisinin Based Combination Therapy /ACT) sesudah konfirmasi
laboratorium.
3. Pencegahan penularan malaria melalui manajemen vektor terpadu dan
upaya lain yang terbukti efektif, efisien, praktis dan aman (misal
kelambu, larvaciding, penyemprotan dinding rumah dengan insektisida)
4. Layanan tatalaksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh fasilitas
Pelayanan Kesehatan
5. Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan penyakit malaria di
wilayahnya
Strategi Penanggulangan Malaria
1. Penguatan Surveilans
 Surveilans malaria berbasis kasus dan laboratorium  penemuan kasus aktif, pasif,
penyelidikan epidemiologi setiap kasus positif , survey kontak
 Surveilans faktor risiko (vektor dan lingkungan)  identifikasi reseptifitas wilayah dan
faktor lingkungan dominan yang berpengaruh pada kejadian malaria
2. Penguatan jejaring tatalaksana
 Menjamin diagnosis dan pengobatan malaria secara cepat dan tepat  akses pemeriksaan
laboratorium akses obat dan pemantauan pengobatan
 Adanya RS rujukan malaria dan jejaring layanan malaria di wilayah
3. Penguatan Kemitraan  menggalang kemitraan dan sumber daya local, nasional
4. Penguatan Komitmen  advokasi pemangku kepentingan dan sosialisasi program
5. Penguatan Kemandirian masyarakat
 Penemuan kasus oleh masyarakat
 Pencegahan penularan malaria
 Masyarakat peduli lingkungan
Intervensi Spesifik per Tahapan Eliminasi Malaria
Tahapan Tujuan Sasaran Intervensi Spesifik

Akselerasi Menurunkan jumlah kasus Kab/kota endemis tinggi - Pembagian kelambu massal
secepat mungkin API >5 per 1000 penduduk - IRS pada desa dengan API > 20
- Skrining malaria pada semua Bumil & pembagian kelambu rutin
- Skrining malaria : MTBS & semua balita sakit

Intensifikasi Menghilangkan daerah fokus Kab/kota endemis sedang - Pembagian kelambu pada populasi khusus atau di daerah fokus
API 1-5 per 1000 penduduk - Penemuan aktif kasus yg masif
- IRS (Indoor Residual Spray) pada situasi peningkatan kasus dan
pengendalian vektor lain sesuai bukti local

Pembebasan Menghentikan penularan Kab/kota endemis rendah - Surveilans migrasi malaria


setempat/kasus indigeneous API < 1 per 1000 penduduk - PE 1-2-5 pada setiap kasus positif
- Pemetaan & pengamatan daerah reseptif (daerah yang memiliki tempat
perindukan nyamuk)
- Peguatan jejaring diagnosis dan tatalaksana

Pemeliharaan Mencegah munculnya penularan Kab/kota bebas malaria - Surveilans migrasi malaria
malaria kembali - PE 1-2-5 pada setiap kasus positif
- Surveilans Vektor
- Intensifikasi pengamatan daerah reseptif
- Implementasi jejaring diagnosis dan tatalaksana yang standar
14
Surveilans
Malaria 03
Kegiatan Surveilans dan Monitoring
Evaluasi
01 Peningkatan Penemuan Kasus 02 Penguatan Sistem informasi dan ME

• Kunjungan rumah secara rutin oleh kader untuk • Sosialisasi dan OJT Sismal
menemukan kasus malaria • Pelatihan analisis data untuk pengambilan
• Kegiatan MBS terutama di daerah yang tidak tersedia keputusan, intervensi dan perencanaan
kader program
• Survei kontak serumah pada kasus positif malaria • Stratifikasi fokus dan endemisitas, pemetaan
• Penemuan kasus melalui kegiatan integrasi program, dan pemantauan capaian per desa
seperti: • Penyusunan laporan tahunan/factsheet untuk
1. Skrining malaria pada bumil K1 dan Balita sakit
advokasi
melalui MTBS
032. Skrining malaria terintegrasi dengan kunjungan 04
pendataan PIS-PK Penguatan Surveilans Vektor
03
3. Integrasi skrining malaria dan tracing/skrining Covid-
19
• Pelatihan entomologi malaria
4. Skrining malaria di sekolah terintegrasi dengan
program UKS
• Pelaksanaan Surveilans dan pemetaan
5. dll tempat perindukan
• Pemantauan penggunaan kelambu 1-1-3
Kebijakan Surveilans Malaria
1. Surveilans & sistem informasi malaria merupakan bagian integral dari sistem surveilans epidemiologi nasional
untuk mendukung tersedianya data dan informasi yang cepat dan akurat
2. Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing
wilayah
3. Seluruh suspek malaria harus diperiksa secara laboratorium dengan menggunakan mikroskop atau Rapid
diagnostic Test (RDT). Penemuan kasus dilakukan secara pasif maupun aktif untuk menjamin cakupan penemuan
yang tinggi sehingga data yang didapatkan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya
4. Surveilans kasus malaria berdasarkan hasil diagnostik yang akurat dengan memantau kualitas mutu diagnostik
secara mikroskopis maupun Rapid diagnostic Test (RDT).
5. Seluruh layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang melakukan pemeriksaan malaria harus
melaporkan secara rutin kepada dinas kesehatan setempat.
6. Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas melakukan analisis data secara rutin untuk
menghasilkan informasi strategis malaria, antara lain mengenai endemisitas, distribusi kasus, fokus, faktor risiko
termasuk pemetaannya; analisis tren dan kewaspadaan KLB di wilayah kerja masing-masing.
7. Setiap daerah yang telah masuk tahap pembebasan (API < 1 per 1000 penduduk) harus melakukan penyelidikan
epidemiologi untuk setiap kasus dan fokus.
Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi
malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-
masing wilayah
API>5 API 1-5 API < 1 Pemeliharaan

Mengidentifikasi kelompok Mendeteksi kasus dengan


Mencegah munculnya
Peningkatan Penemuan yang berisiko, fokus cepat agar dapat dilakukan
Tujuan Kasus penularan, faktor risiko respon penanggulangan
kembali kasus penularan
setempat.
penularan malaria sebelum terjadi penularan

Seseorang dengan keluhan utama malaria demam, menggigil,


berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, Selain gejala utama ditanyakan juga riwayat berkunjung ke
Definisi Suspek diare dan nyeri otot atau pegal-pegal dan gejala khas di daerah endemik malaria dan mendapat transfusi darah
masing-masing daerah.

Immediate Case Notification Immediate Case Notification


Periode Pelaporan Bulanan Mingguan
(< 24 jam ) (< 24 jam )
Penyelidikan
Epidemiologi kasus Peningkatan Kasus Peningkatan Kasus Setiap kasus Setiap kasus
dan fokus
Indikator Utama API, PR, ABER % Kasus yang di PE, % Desa Teridentifikasi Fokusnya

Peningkatan Kasus Peningkatan Kasus


Kriteria KLB Peningkatan Kasus
Indigenous
Satu kasus indigenous
Penyelidikan Epidemiologi
(PE 1-2-5)

• Setiap kasus malaria harus ditindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologi


untuk menentukan asal penularan (kasus indigenous/impor)
• Survei kontak dilakukan secara selektif pada populasi yang berisiko
• Rumah Sakit atau klinik yang menemukan kasus malaria harus segera
melaporkan kasus pada Dinkes/Puskesmas agar bisa segera ditindaklanjuti
dengan penyelidikan epidemiologi
• Notifikasi silang kasus impor pada daerah asal penularan perlu dilakukan
terutama jika daerah tersebut merupakan daerah endemis rendah
• Penulisan alamat asal penularan perlu jelas nama desa, kecamatan, kab dan
provinsi
• Kegiatan PE harus ditindaklanjuti dengan kegiatan penanggulangan terutama
jika ditemukan kasus indigenous
Surveilans Migrasi Malaria
Daerah Bebas
Malaria
Kegiatan Pokok:
•Mengidentifikasi daerah malaria dan
KLB
penduduk yang bermigrasi
Daerah Endemis
Malaria
•Penemuan dan pengobatan kasus malaria
•Notifikasi
•Pemberian KIE tentang malaria pada pelaku
perjalanan
TUJUAN:
Mencegah terjadinya penularan malaria terutama yang berasal dari kasus impor sebagai akibat dari
migrasi penduduk

TEMPAT PELAKSANAAN:
Surveilans migrasi malaria dilakukan oleh Puskesmas Bersama kader malaria di Desa, selain itu juga dilaksanakan
di Kantor Kesehatan Pelabuhan yang ada di Pelabuhan laut maupun udara
Alur Pelaporan SISMAL V2
PUSDATIN
(DHIS Dashboard) Subdit Malaria
Input Data Online:
• Logistik
• SDM
SERVER Dinkes Provinsi
• Individual Data Crosschecker
• QA Data Management

Dinkes Kab/Kota

Excel Data Input


• Penemuan Kasus
• Kasus dan Fokus Investigasi
• Penanggulangan Vektor dan Surveilans
• Logistik
Rumah Sakit/Klinik Puskesmas
Web Data Input
• Data Individu Mikroskopis
• Data Dasar Lab
Alur Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas
Kegiatan Luar Gedung Kegiatan Dalam Gedung
Suspected
Malaria

Formulir Penemuan Pasif


Formulir Penemuan Aktif Formulir Rawat
Jalan/Inap
Skrining dan pembagian
MBS, Penyelidikan Epidemiologi, kelambu pada Ibu Hamil dan
Formulir skrining Balita Sakit
Kunjungan Rumah, Surveilans
Laboratorium
Migrasi,dll

Kartu Pasien
Malaria
Penyelidikan • Data Stok Logistik
Epidemiologi Data Klasifikasi Fokus
SISMAL
Penanggulangan LLINs, IRS, Larvae • Data Mikroskopis Individu
dan Surveilans Source Management,
Vektor Pemetaan Reseptivitas SIP
Diagnostik
Malaria
04
DIAGNOSIS MALARIA

• Keluhan/gejala • Suhu tubuh • Pemeriksaan

Pemeriksaan Laboratorium
Anamnesis

Pemeriksaan Fisik
klinis aksiler ≥37,50C Mikroskopis
• Riwayat sakit • Konjuctiva atau (Gold
malaria dan telapak tangan Standard)
riwayat minum pucat • Deteksi antigen
obat malaria • Sklera ikterik (RDT)
• Riwayat • Pembesaran • Pemeriksaan
berkunjung ke limpa biomolekuler
daerah (splenomegali) PCR :
endemis • Pembesaran mendeteksi
malaria hati DNA
• Riwayat tinggal (hepatomegali)
di daerah
endemis
malaria
Peran Laboratorium
Pemeriksa Malaria

Konfirmasi Pengobatan
Laboratorium
01 “berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium”

Surveilans
Konfirmasi laboratorium
sebagai dasar dalam
“berdasarkan kepada hasil
diagnostik yang akurat dengan
02
memantau mutu diagnostik ”
kegiatan intervensi
selanjutnya dalam
Respon
penanggulangan malaria
03 Penanggulangan
“berdasarkan kasus positif malaria
dengan memantau mutu diagnostic”
Jejaring Surveilans Malaria Berbasis Laboratorium

Kemenkes: • Uji silang mikroskop


SubDit Malaria &Subdit Terkait Lab
Lab Rujukan National
(Litbang/BBLK/BBTKL) • PCR
di Ditjen Yankes

Lab Rujukan Provinsi • Uji silang mikroskop


Dinkes Provinsi (BBLK/BBTKL/Lokalitbang/ (discordance)
Mal center/Labkesda) • PCR

Lab Rujukan Kab/Ko


Dinkes Kab/Ko (BLK/Labkesda/Mal center) Uji silang mikroskop

Fasyankes
(PKM/RS/Lab klinik) • Mikroskop
• RDT

RDT (+) RDT (+)

Puskesmas
PustuPembantu / Bidan Fasyankes tanpa
RDT
desa/ Post Malaria Desa mikroskopis
Pengobatan
Malaria 05
Pengobatan Malaria (1)

Pengobatan : ACT
(Artemisinin based Combination Therapy)
+ Primakuin
Pengobatan Malaria (2)
Pengobatan Malaria Pengobatan Malaria
Falciparum Vivaks

DHP + PRIMAKUIN

1. DHPselama 3 hari 1. DHP selama 3 hari


2. Primakuin dosis 0.25 mg/kg BB 2. Primakuin dosis 0.25 mg/kg BB selama 14
pada hari I hari

Primakuin tidak boleh pada bayi < 6 Primakuin tidak boleh pada bayi < 6
bulan dan ibu hamil bulan dan ibu hamil
Pengobatan Malaria (3)

● PENGOBATAN MALARIA ● PENGOBATAN MALARIA


OVALE MALARIAE

DHP saja
DHP + PRIMAKUIN
1. DHP selama 3 hari
Seperti Mal. Vivaks
2. Tanpa Primakuin
1. DHP selama 3 hari
2. Primakuin dosis 0.25 mg/kg BB selama 14 PENGOBATAN MALARIA
hari CAMPURAN (MIX)

● Primakuin tidak boleh pada bayi < 6 bulan DHP + Primakuin = Mal. Vivaks
DHP selama 3 hari dan primakuin selama 14
dan ibu hamil hari
31
Pengobatan Malaria (4)
Pengobatan Malaria Pengobatan Malaria Pada
Knowlesi Ibu Hamil
TRIMESTER 1-3 : ACT
ACT (DHP )selama 3 hari
Primakuin dosis 0.25 mg/kg BB pada
hari I ACT selama 3 hari
Primakuin tidak boleh pada bayi < 6 Tanpa Primakuin
bulan dan ibu hamil
Pengobatan Malaria Berat (1)
● Dahulu malaria berat hanya disebabkan oleh Plasmodium falciparum
● Biasanya timbul pada kasus Plasmodium falciparum ringan-sedang
yang terlambat ditangani dengan baik
● Penemuan sekarang, malaria berat juga dapat disebabkan oleh: P.
vivax dan P. knowlesi
Pengobatan Malaria Berat (2)
● LINI 1
 Artemisinin :
○ Artesunat injeksi

○ Setelah pasien sadar dgn pemberian artemisinin iv/im, dilanjutkan


dengan obat anti-malaria oral (ACT) kombinasi:
■ DHP + Primakuin, jika tidak tersedia DHP dpt diberikan:
■ Kina tab + Tetrasiklin/ Doksisiklin/ Klindamisin + Primakuin

● LINI 2 : KINA HCl 25 % 35


ARTESUNAT Obat untuk Malaria Berat
I.V / I.M

Kina HCl

1 fl = 60 mg

36
SITUASI
MALARIA
PROVINSI
NTB
06
Profil Malaria di Nusa Tenggara Barat
Tahun 2021
Kab. Eliminasi Kab. Endemis Rendah
Malaria
1. Kota Mataram 1. Kab. Lombok Utara
2. Kab. Lombok 2. Kab. Sumbawa
Tengah Barat
3. Kota. Bima 3. Kab. Sumbawa
4. Kab. Bima 4. Kab. Lombok Barat
5. Kab. Dompu
6. Kab. Lombok
Timur

• Trend kasus malaria di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami


penurunan dari tahun ke tahun.
• 70% Penduduk di Prov. Nusa Tenggara Barat berada di Wilayah 0.425
2250
Bebas Malaria. 1750 0.325
1250 0.225
• Kelengkapan laporan SISMAL Tahun 2021 Prov. Nusa Tenggara 750 0.125
250
Barat 62%
0.025
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

• Cakupan konfimasi lab Prov. Nusa Tenggara Barat belum 2014


P 1168 765 1702 954 247 367
o
mencapai diatas 95% (83%) s
i Kasus Positif dan API
• Cakupan pengobatan sudah mencapai diatas 95% (98%) t
i
f
• 99% kasus positif telah dilakukan PE125. 0.42
A 0.24 0.15 0.3 0.19 0.07 0.0692
P 652653
• Kasus Malaria Tertinggi tercatat di Kab. Sumbawa Barat (157 I 944883

Kasus)
• Kelengkapan laporan logistik tahun 2021 : 56%
PROVINSI NTB

API (2021)

Positivity Rate
(2021)
Kasus Indigenous
2021

Kasus Indigenous
2022
DAERAH STAGNAN MALARIA DI INDONESIA

65 Kabupaten/Kota yang mengalami stagnansi penurunan kasus lebih dari 5 tahun


Provinsi Kabupaten/Kota Provinsi Kabupaten/Kota Provinsi Kabupaten/Kota
Sumatera Utara Tapanuli Tengah Kalimantan Barat Bengkayang Sulawesi Tenggara Buton
Sumatera Utara Labuhan Batu Kalimantan Barat Landak Sulawesi Tenggara Konawe Selatan
Sumatera Utara Langkat Kalimantan Barat Ketapang Sulawesi Tenggara Muna Barat
Sumatera Utara Nias Selatan Kalimantan Barat Sintang Sulawesi Tenggara Buton Selatan
Sumatera Utara Nias Utara Kalimantan Barat Kapuas Hulu Gorontalo Gorontalo
Sumatera Utara Nias Barat Kalimantan Barat Sekadau Sulawesi Barat Mamuju Utara
Riau Indragiri Hulu Kalimantan Barat Melawi Maluku Buru
Jambi Merangin Kalimantan Barat Kayong Utara Maluku Kota Tual
Jambi Sarolangun Kalimantan Tengah Gunung Mas Maluku Utara Halmahera Barat
Jambi Batang Hari Kalimantan Tengah Murung Raya Papua Barat Maybrat
Jambi Tebo Kalimantan Selatan Kota Baru Papua Tolikara
Sumatera Selatan OKU Kalimantan Selatan Banjar Papua Lanny Jaya
Sumatera Selatan Muara Enim Kalimantan Selatan Tanah Bumbu
Sumatera Selatan Musi Rawas Kalimantan Timur Kutai Timur
Bengkulu Bengkulu Tengah Kalimantan Timur Berau
Kalimantan Timur Mahakam Ulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Lampung Selatan
Bangka Barat Kalimantan Utara Malinau Penerima Sertifikat Eliminasi
Kep. Riau Bintan Kalimantan Utara Bulungan Malaria Tahun 2021 Prov NTB
Jawa Barat Pangandaran Sulawesi Utara Minahasa Selatan
Jawa Tengah Banjarnegara Sulawesi Utara Kota Manado 1. Kab. Dompu
Jawa Tengah Purworejo Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Kota Bitung
Morowali
2. Kab. Bima
DI Yogyakarta Kulon Progo
NTB Sumbawa Sulawesi Tengah Donggala 3. Kab. Lombok Timur
NTB Lombok Utara Sulawesi Tengah Parigi Moutiong
NTT TTU Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan
NTT Sikka Sulawesi Selatan Tana Toraja
Sulawesi Selatan Toraja Utara

43
LESSON LEARN DARI UPAYA ELIMINASI DI BERBAGAI
DAERAH
1. Dukungan Pemerintah Daerah Prov/Kab/Kota sangat urgen
- Penyusunan Regulasi Eliminasi Malaria (Peraturan Bupati, surat Edaran dll
- Dukungan Anggaran dan penguatan LP/LS
2. Pemetaan Masalah spesifik dan Intervensi yang tepat
3. Pemetaan daerah Fokus Penularan (Puskesmas, Kecamatan, Desa, Dusun dst)
4. Perlu berbagai upaya penemuan kasus secara maksimal (MBS, Kader malaria, Surveilans Migrasi)
Penguatan Kab/Kota menuju Eliminasi Malaria di Provinsi NTB

1. Penyusunan Regulasi Eliminasi Malaria (Peraturan Bupati, surat Edaran dll) (Follow up
penandatanganan komitmen menuju Eliminasi saat HMS Bulan Mei 2022 di Mandalika)
2. Pemetaan daerah Fokus Penularan (Puskesmas, Kecamatan, Desa, Dusun dst)
3. Pertemuan Fasyankes pemerintah & swasta untuk Komitmen eliminasi Malaria (Pelaporan,
Diagnostik, Tata Laksana)
4. Mendata total kebutuhan logistik malaria sesuai target di seluruh Kabupaten/Kota dan fasyankes,
untuk kemudian dipenuhi baik dari APBD Kabupaten/Provinsi atau diusulkan ke Pusat
5. Penguatan surveilans migrasi (Libatkan LP/LS) identifikasi stake holder yg terlibat
6. Penguatan diagnostic dan tata laksana (Kapasitas Nakes, Mikroskopis, Alat dan Bahan)
7. Penguatan PE 1-2-5 (notifikasi Kasus)
8. Identifikasi Permasalahan spesifik ( Intervensi : MBS, Kader malaria, Surveilans Migrasi, dll)
Thanks!
Visit ou
rw
informa ebsite for mo
tion: m r
alaria.i e
d

CREDIT
S: T
created b his presentation
t
Flaticon y Slidesgo, inclu emplate was
, infogra ding icon
phics &
images b s by
y Freepi
k

Anda mungkin juga menyukai