Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUAN KE-2

PENDIDIKAN PANCASILA

FILSAFAT PAnCASILA DAN PENGETAHUAN


ILMIAH

Dosen:
Dr. Dra. Herlina Tarigan, MPPM
PERTEMUAN MATERI PEMBELAJARAN (TOPIK)
KE-

2 FILSAFAT PANCASILA DAN PENGETAHUAN ILMIAH





PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
CARA BERFIKIR FILSAFAT PANCASILA
PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT PANCASILA
❖ TINGKATAN PELAJARAN PANCASILA YANG DAPAT
DIHUBUNGKAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN ILMIAH
❖ IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM TAHAPAN
PENGETAHUAN DESKRIPTIF, KAUSAL, NORMATIF, DAN
ESENSIAL

2
❖ PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
a. Konsep Pancasila Sebagai Filsafat
▪ Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
▪ Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap
yang sangat dijunjung tinggi (arti formal).
▪ Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan (arti
komprehensif).
▪ Keempat, filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep (arti analisis linguistik).
▪ Kelima, filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat (arti aktual-fundamental).

3
b. Beberapa Alasan Pancasila Dikatakan Sebagai Sistem Filsafat
▪ Pertama, dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno
memberi judul pidatonya dgn nama Philosofische
Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun
pidatonya sbb:
“Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang
Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta
Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai
perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang
mulia minta suatu Weltan schauung, di atas mana kita
mendirikan negara Indonesia itu”.

4
▪ Kedua, Pancasila adalah hasil permenungan mendalam para tokoh kenegaraan Indonesia.
Hasil permenungan itu sesuai dengan ciri-ciri pemikiran filsafat, yakni koheren, logis,
inklusif, mendasar, dan spekulatif.
▪ Ketiga, Pancasila menjadi ideologi negara. Pancasila adalah dasar politik yang mengatur
dan mengarahkan segala kegiatan yang berkaitan dengan hidup kenegaraan, seperti
perundang-undangan, pemerintahan, perekonomian nasional, hidup berbangsa, hubungan
warga negara dengan negara, dan hubungan antarsesama warga negara.

5
c. Perbedaan antara Filsafat dan Weltan Schauung
▪ Filsafat lebih bersifat teoritis dan abstrak, yaitu cara berpikir dan memandang realita
dengan sedalam-dalamnya untuk memperoleh kebenaran.
▪ Weltan schauung lebih mengacu pada pandangan hidup yang bersifat praktis. Weltan
schauung belum tentu didahului oleh filsafat karena pada masyarakat primitif terdapat
pandangan hidup yg tidak didahului rumusan filsafat.
▪ Filsafat berada dalam lingkup ilmu, sedangkan weltanshauung berada di dalam lingkungan
hidup manusia, bahkan banyak pula bagian dari filsafat (seperti: sejarah filsafat, teori-teori
tentang alam) yang tidak langsung terkait dengan sikap hidup.
▪ Nilai-nilai filosofis yg terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan
hukum yg berlaku di Indonesia. Pancasila sebagai Weltan schauung, artinya nilai-nilai
Pancasila itu merupakan sesuatu yg telah ada dan berkembang di dalam masyarakat
Indonesia, yg kemudian disepakati sbg dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag).

6
d. Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
1) Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Subjectivus
▪ Pancasila sbg genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sbg objek yg
dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yg
berkembang di Barat.
▪ Pancasila sbg genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk
mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal
yg sesuai dgn nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yg tidak sesuai dgn
nilai-nilai Pancasila.
▪ Pancasila adalah dasar politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat. Fungsi Pancasila untuk memberikan orientasi ke
depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi kehidupan yang
sedang dihadapinya.

7
2) Landasan Ontologis Filsafat Pancasila
▪ Ontologi adalah cabang filsafat yg membahas tentang hakikat segala yg ada secara
umum sehingga dapat dibedakan dgn disiplin ilmu-ilmu yg membahas sesuatu secara
khusus.
▪ Ontologi membahas tentang hakikat yg paling dalam dari sesuatu yg ada, yaitu unsur
yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga dengan istilah substansi.
▪ Inti persoalan ontologi adalah menganalisis tentang substansi. Substansi berasal
dari bahasa Latin “substare” artinya serentak ada, bertahan, ada dalam kenyataan.
Substantialitas artinya sesuatu yg berdiri sendiri, hal berada, wujud, hal wujud.
▪ Ontologi adalah ilmu yg paling universal karena objeknya meliputi segala-galanya
menurut segala bagiannya (ekstensif) dan menurut segala aspeknya (intensif). Bakker
mengaitkan dimensi ontologi ke dalam Pancasila dalam uraian berikut. Manusia adalah
makhluk individu sekaligus sosial (monodualisme), yang secara universal berlaku pula
bagi substansi infrahuman, manusia, dan Tuhan.
8
▪ Kelima sila Pancasila menurut Bakker menunjukkan dan mengandaikan kemandirian
masing-masing, tetapi dengan menekankan kesatuannya yang mendasar dan
keterikatan dalam relasi-relasi. Dalam kebersamaan itu, sila-sila Pancasila merupakan
suatu hirarki teratur yang berhubungan satu sama lain, khususnya pada Tuhan.

Sila
Kelima
Sila
Keempat
Sila
Ketiga
Sila
Kedua
Sila
Pertama

Susunan Pancasila yang Hirarkis dan Berbentuk Piramidal

9
▪ Ontologis dapat diterapkan ke dalam Pancasila sebagai sistem filsafat:
✔ Pertama, determinisme berarti perilaku manusia disebabkan oleh banyak kondisi
sebelumnya shg manusia pada dasarnya bersifat reaktif dan pasif. Pancasila sbg
sistem filsafat lahir sbg reaksi atas penjajahan yg melanggar HAM, yang tercantum
dalam alinea I Pembukaan UUD 1945 yg berbunyi, ”Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-
keadilan”.
✔ Kedua, pragmatisme berarti manusia merencanakan perilakunya untuk mencapai
tujuan masa depan shg manusia merupakan makhluk yg aktif dan dpt mengambil
keputusan yg memengaruhi nasib mereka. Sifat aktif yg memunculkan semangat
perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan termuat dalam alinea
II Pembukaan UUD 1945 yg berbunyi: “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. 10
✔ Ketiga, kompromisme berarti manusia yang membuat pilihan dalam jangkauan yang
terbatas, sedangkan perilaku yang lain dilakukan secara bebas. tercermin dalam alinea
III Pembukaan UUD 1945 yg berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
dengan didorongkan…. dsb

11
3) Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila
▪ Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang sifat dasar
pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan. Epistemologi
terkait dengan sesuatu yang paling sederhana dan paling mendasar.
▪ Pada problem yang pertama, terdapat dua aliran sumber pengetahuan manusia, yakni
rasonalisme dan empirisme. Kaum Rasionalis berpendapat bahwa sumber utama
pengetahuan manusia adalah akal budi. Unsur apriori sangat ditekankan. Kaum empiris
berpendapat bahwa sumber utama pengetahuan manusia adalah pengalaman. Unsur
aposteriori sangat ditekankan. Bila dikatikan dengan Pancasila, sebagaimana menurut
Soekarno, merupakan pengetahuan yang sudah tertanam dalam pengalaman rakyat
Indonesia. Soekarno menggabungkan kedua paham rasionalis dan empiris. Menurut
Soekarno Pancasila menghargai pluralitas etnis, religi dan budaya.

12
▪ Pada problem yg kedua, dibedakan dua bentuk tingkat pengetahuan yakni mutlak dan
relatif. Pancasila dikatakan sebagai pengetahuan yg mutlak karena sifat universal yg
terkandung dalam hakikat sila-silanya, yaitu Tuhan, manusia, satu (solidaritas,
nasionalisme), rakyat, dan adil dapat berlaku di mana saja dan bagi siapa saja.
Notonagoro menamakannya dengan istilah Pancasila abstrak-umum universal. Pancasila
dikatakan sebagai pengetahuan yg relatif karena Pancasila dapat dipahami secara
beragam, namun semangatnya bersifat umum.

13
4) Landasan Aksiologis Filsafat Pancasila
▪ Aksiologi sebagai cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai. Masalah utama
dalam aksiologi adalah bisakah teori bebas dari nilai?. Positivisme meyakini bahwa teori
dan ilmu harus bebas dari nilai sehingga unsur ilmiah terjaga. Padahal tidak semua
aspek kehidupan manusia dapat diukur secara ilmiah. Pancasila tidak mengikuti
positivisme. Pancasila adalah sumber nilai bagi bangsa Indonesia seperti nilai
spiritualitas, kemanusiaan, solidaritas, musyawarah, dan keadilan.
▪ Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral.
Sila kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung
jawab. Sila persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat
mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila keadilan
mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

14
❖ CARA BERFIKIR PANCASILA
a. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
▪ Manusia memerlukan filsafat dengan beberapa alasan.
✔ Pertama, manusia telah memperoleh kekuatan baru
yang besar dalam sains dan teknologi, telah
mengembangkan bermacam-macam teknik untuk
memperoleh ketenteraman (security) dan kenikmatan
(comfort).
✔ Kedua, filsafat melalui kerjasama dengan disiplin ilmu
lain memainkan peran yang sangat penting untuk
membimbing manusia kepada keinginan-keinginan dan
aspirasi mereka.

15
b. Beberapa Faedah Filsafat yang Perlu Diketahui dan Dipahami
▪ Pertama, faedah terbesar dari filsafat adalah untuk menjaga kemungkinan terjadinya
pemecahan-pemecahan terhadap problem kehidupan manusia.
▪ Kedua, filsafat adalah suatu bagian dari keyakinan-keyakinan yang menjadi dasar
perbuatan manusia. Ide-ide filsafat membentuk pengalaman- pengalaman manusia pada
waktu sekarang.
▪ Ketiga, filsafat adalah kemampuan untuk memperluas bidang-bidang kesadaran manusia
agar dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat membedakan, lebih kritis, dan lebih pandai.

16
c. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat atau Filsafat Pancasila, Artinya Refleksi
Filosofis Mengenai Pancasila Sebagai Dasar Negara
▪ Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-
sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik.
▪ Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-
bidang yang menyangkut hidup bernegara.
▪ Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
▪ Keempat, agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut
paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta memberikan
perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.

17
d. Esensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
▪ Hakikat Sila Ketuhanan terletak pada keyakinan bahwa Tuhan adalah prinsip utama dalam
kehidupan semua makhluk. Setiap orang memiliki kebebasan yang bertanggungjawab.
▪ Hakikat Sila Kemanusiaan terletak pada manusia monopluralis, yang terdiri dari susunan
kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial), dan kedudukan kodrat.
▪ Hakikat Sila Persatuan terletak pada semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan terwujud
dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah
air formal, dan tanah air mental. Tanah air real adalah bumi tempat orang dilahirkan dan
dibesarkan, bersuka, dan berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari. Tanah air formal
adalah negara bangsa yang berundang-undang dasar, yang Anda, manusia Indonesia,
menjadi salah seorang warganya, yang membuat undang-undang, menggariskan hukum
dan peraturan, menata, mengatur dan memberikan hak serta kewajiban. Tanah air mental
adalah bukan suatu tempat territorial karena dibatasi oleh ruang dan waktu melainkan
imajinasi yg dibentuk dan dibina oleh ideology atau seperangkat gagasan vital.

18
▪ Hakikat Sila Kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan yang diambil
lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat,
▪ Hakikat Sila Keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal dan
komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi dari negara kepada warga
negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara terhadap negara atau dinamakan
keadilan bertaat. Hakekat Komulatif adalah keadilan antara sesama warga negara.

19
e. Urgensi bagi Pengembangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
▪ Memulihkan harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik,
yuridis, dan juga merdeka dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan
bangsa, baik secara materiil maupun spiritual.
▪ Membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri
sehingga mampu dalam menghadapi berbagai ideologi dunia.
▪ Menjadi dasar pijakan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan
semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi perekonomian yang berorientasi pada
kesejahteraan rakyat banyak.
▪ Menjadi way of life sekaligus way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga
keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan pemikiran.

20
❖ PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM
FILSAFAT PANCASILA

a. Pancasila yg bulat dan utuh yang bersifat majemuk tunggal itu menjadi dasar hidup bersama
bangsa Indonesia yg bersifat majemuk tunggal pula. Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia
itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, kebudayaan dan agama yg berbeda.
b. Secara hakiki, bangsa Indonesia yg memiliki perbedaan-perbedaan itu juga memiliki
kesamaan, bangsa Indonesia berasal dari keturunan nenek moyang yg sama, jadi dapat
dikatakan memiliki kesatuan darah. Dapat diungkapkan pula bahwa bangsa Indonesia yg
memiliki perbedaan itu juga mempunyai kesamaan sejarah dan nasib kehidupan.
c. Bangsa Indonesia mempunyai kesamaan tekad yaitu mengurus kepentingannya sendiri
dalam bentuk negara yg merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Kesadaran akan
perbedaan dan kesamaan inilah yang menumbuhkan niat, kehendak untuk selalu menuju
kepada persatuan dan kesatuan bangsa atau yg lebih dikenal dgn wawasan “bhineka tunggal
ika“.

21
❖ TINGKATAN PELAJARAN PANCASILA YANG
DAPAT DIHUBUNGKAN DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN ILMIAH
a. Pancasila memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah sehingga dapat dipelajari
secara ilmiah. Di samping memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah. Pancasila
juga memiliki susunan kesatuan yang logis, hubungan antar sila yang organis, susunan
hierarkhis dan berbentuk piramidal, dan saling mengisi dan mengkualifikasi.
b. Pancasila dapat juga diletakkan sebagai objek studi ilmiah, yakni pendekatan yg
dimaksudkan dalam rangka penghayatan dan pengamalan Pancasila yakni suatu penguraian
yg menyoroti materi didasarkan atas bahan-bahan yg ada dan dengan segala uraian yg selalu
dapat dikembalikan secara bulat dan sistematis kepada bahan-bahan tersebut. Sifat dari
studi ilmiah haruslah praktis dalam arti bahwa segala yang diuraikan memiliki kegunaan atau
manfaat dalam praktek. Contoh pendekatan ilmiah terhadap Pancasila antara lain:
pendekatan historis, pendekatan yuridis konstitutional, dan pendekatan filosofis.

22
❖ IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM
TAHAPAN PENGETAHUAN DESKRIPTIF,
KAUSAL,NORMATIF DAN ESENSIAL

a. Pengetahuan Deskriptif. Pengetahuan deskriptif yaitu suatu jenis pengetahuan yang


memberikan suatu keterangan, penjelasan obyektif. Kajian Pancasila secara deskriptif berkaitan
dengan kajian sejarah perumusan Pancasila, nilai-nilai serta kajian tentang kedudukan dan
fungsinya.
b. Pengetahuan Kausal. Pengetahuan kausal adalah suatu pengetahuan yang memberikan
jawaban tentang sebab akibat. Kajian Pancasila secara kausal berkaitan dengan kajian proses
kausalitas terjadinya Pancasila yg meliputi 4 kausa yaitu kausa materialis, kausa formalis, kausa
efisien dan kausa finalis.
c. Pengetahuan Normatif. Pengetahuan normatif adalah pengetahuan yg berkaitan dengan suatu
ukuran, parameter serta norma-norma. Dengan kajian normatif dapat dibedakan secara
normatif pengamalan Pancasila yg seharusnya dilakukan (das sollen) dan kenyataan faktual (das
sein) dari Pancasila yg bersifat dinamis.
d. Pengetahuan Esensial. Pengetahuan esensial adalah tingkatan pengetahuan untuk menjawab
suatu pertanyaan yg terdalam yaitu pertanyaan tentang hakekat sesuatu. Kajian Pancasila
secara esensial pada hakekatnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan tentang intisari/
makna yg terdalam dari sila-sila Pancasila (hakekat Pancasila).
Terima Kasih
Selamat Belajar
25

Anda mungkin juga menyukai