Anda di halaman 1dari 109

REGULASI DAN KEBIJAKAN KONSEP RUMAH

SAKIT RAMAH LINGKUNGAN GREEN HOSPITAL


DAN PENGELOLAAN LIMBAH DAN BANK SAMPAH

DISAMPAIKAN OLEH :
WIDI HARTANTO, S.T., M.T.
KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PROVINSI JAWA TENGAH
ISU-ISU PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Kondisi Pengelolaan Air Limbah


oleh Oknum Usaha dan/atau Kegiatan
PERMASALAHAN
PENGELOLAAN SAMPAH

MENINGKATNYA
JUMLAH
TIMBULAN DAN
JENIS SAMPAH
POLA PENGELOLAAN SAMPAH
DI JAWA TENGAH

No Pola Pengelolaan Sampah %


1 TPA 39,87
2 Dikubur/timbun dlm tanah 6,43
3 Dibuat kompos 7,63
4 Dibakar 6,99
5 Dibuang ke perairan 4,15
6 Dibuang di lahan kosong 6,90
7 Daur ulang 10,10
8 Lainnya 17,93
Menyia-nyiakan
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan,2023 sumber bahan baku
KONDISI PENGELOLAAN SAMPAH

11/08/2023
Perilaku Masyarakat Dalam Kelola
Sampah
DAMPAK SAMPAH TIDAK DIOLAH

Pencemar & Perusak LH


Tidak
bernilai Gangguan
kesehatan

Kotor & kumuh Sampah =


Masalah Banjir

Sumber konflik
Kebakaran
Bau, dll
CH4
CO2
DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN
DISENTRI
Radang usus
disebabkan oleh
amuba atau
AMOEBIASIS bakteri pada
sampah SALMONELLOSIS
Amuba yang Infeksi akibat
hidup di air infeksi bakteri
tercemar. Salmonella di
Menginfeksi dalam perut dan
usus besar dan usus
hati.

AKIBAT
SAMPAH
KOLERA TAK PES
Disebabkan TERURUS Bakteri Yersina
bakteri Vibrio ditularkan oleh
cholerae tikus

HEPATITIS A DEMAM
BERDARAH
Gangguan Virus dengue
fungsi hati dibawa oleh
akut nyamuk Aedes
aegypti
Pengelolaan Limbah B3
tidak sesuai ketentuan
Manifest Manual sudah tidak
berlaku lagi sejak Agustus 2020
MALANG, 14/12 - LIMBAH MEDIS. Seorang polisi
memeriksa barang bukti berupa puluhan kilogram
sampah medis diantaranya botol infus dan alat
suntik yang berhasil disita di Mapolwil, Malang,
Jawa Timur, Minggu (14/12). Polwil Malang
berhasil menggagalkan praktek penjualan sampah
medis yang seharusnya dimusnahkan dan kini
sedang memeriksa 3 petugas IPL (Instalasi
Pengolahan Limbah) RSSA (Rumah Sakit Saiful
Anwar) yang diduga terlibat dalam kasus tersebut.
Foto ANTARA/Ari Bowo Sucipto/ss/mes/08.
14/12/2008 15:47
[http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1229244476/
limbah-medis]
12
GREEN
HOSPITAL
KONSEP GREEN Pengolahan
HOSPITAL Minimasi
penggunaan
Air
Limbah Pemanfaata
n Air
air
Limbah

Pengelolaan Pembatasan
Lanjutan LB3 Sampah
GREEN
HOSPITAL
Penyimpanan Daur Ulang
LB3 Sampah

Penguranga Guna Ulang


n LB3 Sampah
Kebijakan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Pasal 20 : Setiap Orang diperbolehkan untuk membuang Limbah UU No 6 TAHUN 2023 tentang
ke media Lingkungan Hidup dengan persyaratan: Penetapan Peraturan Pemerintah
a. memenuhi Baku Mutu Lingkungan Hidup; dan Pengganti Undang-Undang Nomor
b. mendapat persetujuan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
Daerah. Menjadi Undang-Undang

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal atau UKL/UPL yang


melakukan kegiatan pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah,
wajib memiliki: PermenLHK No 5
a. Persetujuan Teknis; dan Tahun 2021

b. SLO.
Pencemaran Air Emisi
Baku Mutu Air Limbah
Masuk atau dimasukkannya makhluk Ukuran batas atau kadar unsur
hidup, zat, energi, dan/atau pencemar dan/atau jumlah unsur
komponen lain ke dalam air oleh pencemar yang ditenggang
kegiatan manusia sehingga keberadaannya dalam Air Limbah
melampaui Baku Mutu Air yang telah yang akan dibuang atau dilepas ke
ditetapkan dalam media air dan tanah dari suatu
Usaha dan/atau Kegiatan.

Persetujuan Teknis Surat Kelayakan Operasional

Persetujuan dari Pemerintah Pusat atau Surat yang memuat pernyataan


Pemerintah Daerah berupa ketentuan pemenuhan mengenai standar
mengenai standar perlindungan dan perlindungan dan pengelolaan
pengelolaan lingkungan hidup dan/atau lingkungan hidup Usaha dan/atau
analisis mengenai dampak lalu lintas
Kegiatan sesuai dengan ketentuan
Usaha dan/atau Kegiatan sesuai
peraturan perundang-undangan
peraturan perundang-undangan;
Pasal 3
PERMEN LHK 5/2021
TENTANG Tata Cara Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib
Penerbitan Persetujuan Teknis Amdal atau UKL – UPL yang
dan SLO Bidang melakukan kegiatan pembuangan
Pengendalian Pencemaran dan/atau pemanfaatan air limbah wajib
Lingkungan memiliki Persetujuan Teknis dan SLO
METODA PENGELOLAAN LIMBAH

2
Persetujuan Teknis Pemenuhan
BMAL
U/K wajib AMDAL atau UKL UPL yg membuang atau memanfaatkan air limbah wajib memiliki :
Persetujuan Teknis pemenuhan BMAL dan Surat Kelayakan Operasional (SLO)

a) Pembuangan Air Limbah ke Badan Air


permukaan;
b) Pembuangan Air Limbah ke formasi tertentu; Pj U/K wajib Amdal: ajukan Pertek
c) Pemanfaatan Air Limbah ke formasi tertentu; bersamaan dg permohonan
d) Pemanfaatan Air Limbah untuk aplikasi ke tanah; Perling atau sebelum ajukan
Perling
e) Pembuangan Air Limbah ke Laut.
Tahapan: penapisan secara mandiri permohonan Pertek
Dokumen pendukung permohonan Persetujuan Teknis:
PJ U/K wajib UKL/UPL: ajukan
Pertek sebelum ajukan Perling
1. Kajian teknis dan Sistem Manajemen Lingkungan atau
2. Dokumen pemenuhan Standar teknis (BMAL d/a Standar Teknologi) yg ditetapkan
pemerintah dan Sistem Manajemen Lingkungan.

Pasal 133, PP22/2021


Sebagai dasar pertimbangan dlm penetapan Persetujuan Teknis pemenuhan BMAL Pasal 3,4,5 PermenLHK 5/2021
Persetujuan Teknis (Pertek) Pemenuhan
BMAL
1. Pembuangan Air Limbah ke Badan Air Permukaan
2. Pembuangan Air Limbah ke Formasi Tertentu Injeksi

3. Pemanfaatan Air Limbah untuk Aplikasi Ke Tanah  Menambah


4. Pemanfaatan Air Limbah Ke Formasi Tertentu nutrisi tanah
 Penyiraman
5. Pembuangan Air Limbah Ke Laut  pencucian

 Menahan intrusi
air laut
Note :  Imbuhan air tanah
Air limbah yg direncanakan tdk boleh dibuang ke  Resapan ke formasi
sal. Drainase, saluran Irigasi, saluran air baku air ttt
minum atau saluran dengan peruntukan tertentu  Resapan di perm
tanah

Lampiran I, PermenLHK 5/2021


PEMBUANGAN DAN ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH
PERLU KAJIAN TEKNIS ATAU DOKUMEN PEMENUHAN STANDAR
TEKNIS?? DOKUMEN PEMENUHAN STANDAR
DOKUMEN KAJIAN TEKNIS
TEKNIS
1. Pembuangan Air Limbah Ke Badan Air Permukaan 1. Pembuangan Air Limbah Ke Badan Air Permukaan

2. Pembuangan Air Limbah Ke Formasi Tertentu 2. Pemanfaatan Air Limbah Ke Formasi Tertentu :untuk
resapan ke permukaan tanah
3. Pemanfaatan Air Limbah Ke Formasi Tertentu:
menahan intrusi air laut, imbuhan air tanah 3. Pemanfaatan Air Limbah untuk Aplikasi Ke Tanah:
dengan injeksi, resapan ke formasi tertentu penyiraman atau pencucian

4. Pemanfaatan Air Limbah untuk Aplikasi Ke Tanah: 4. Pembuangan Air Limbah Ke Laut
menambah nutrisi tanah untuk budidaya, bagi air
limbah infeksius Ketentuan muatan Dokumen pemenuhan standar teknis :
lampiran III
5. Pembuangan Air Limbah Ke Laut

Ketentuan muatan kajian teknis : lampiran II


KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 53 Permen LHK 5 Tahun 2021

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Usaha dan/atau Kegiatan:
a. yang telah memiliki perizinan pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah,
dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya Usaha dan/atau Kegiatan;
b. yang sedang dalam proses permohonan perizinan pembuangan dan/atau pemanfaatan
Air Limbah baru atau perpanjangan sebelum tanggal 2 Februari 2021 dan telah
dinyatakan lengkap secara administratif dan/atau memenuhi persyaratan teknis,
dilanjutkan sampai dengan penerbitan Persetujuan Teknis dan/atau SLO sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri ini; atau
c. yang melakukan kegiatan pembuangan Emisi tetap dapat melakukan kegiatannya
sepanjang telah mencantumkan standar teknis pemenuhan Baku Mutu Emisi di dalam
Persetujuan Lingkungannya.
Kewajiban Penghasil Air Limbah
a) memisahkan saluran Air Limbah dengan saluran limpasan air hujan;
b) memiliki unit pengolahan dan saluran Air Limbah kedap air;
c) memiliki alat ukur debit;
d) memiliki sistem tanggap darurat instalasi pengolahan Air Limbah;
e) melakukan pemantauan air limbah 1 bulan sekali;
f) melakukan penanggulangan Pencemaran Air dan pemulihan Mutu Air jika
terjadi Pencemaran Air.

a) membuang Air Limbah secara sekaligus dalam 1


(satu) kali pembuangan
Larangan b) mengencerkan Air Limbah dalam upaya penaatan
batas kadar yang dipersyaratkan; dan
c) membuang Air Limbah di luar titik penaatan
NOTE

Air limbah yang direncanakan


tidak diperbolehkan dibuang

Dalam hal tidak ada badan air


atau lokasi usaha dan/atau
kegiatan jauh dari badan air

PJ U/K lakukan pemanfaatan air


limbah atau dikelola oleh pihak
ketiga
PENGHEMATAN AIR DALAM RANGKA KURANGI DEBIT
AIR LIMBAH
KETAHUI BERAPA PEMAKAIAN AIR

Standar pemakaian air Hotel = 250 liter/tempat tidur/hari


(*) SNI 03-7065-2005 Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing
BINATU (LAUNDRY) Menggunakan peralatan hemat air.
Shower Urinal

Water Closet
Blackwater * *) membutuhkan pengolahan lebih

Keran wudhu

Keran wastafel Greywater

Melalui proses pengolahan (daur ulang), kemudian digunakan kembali

Siram tanaman Flushing WC Make up water Pembersihan


cooling tower drainase
Menggunakan grease trap untuk limbah dapur
PENGGUNAAN SANITER HEMAT AIR
WATER DIFFUSER
DUAL FLUSH PADA KERAN DAN SHOWER
DAPUR (KITCHEN)

Menggunakan peralatan hemat air.


BIOPORI

MEMPERBANYAK RESAPAN
SUMUR RESAPAN

Pada dasar U Ditch yang dibalik,


diberi lapisan agregat dan ijuk.
Penerapan sistem ini
menjadikan air hujan terserap
ke dalam tanah.
U Ditch

U- DITCH TERBALIK
RAIN GARDEN

Sumber: www.ci.superior.wi.us

Sumber: www.laurensgardenservice.com
MENGGUNAKAN AIR ALTERNATIF

Mengurangi penggunaan air PDAM dan air tanah...

…dengan memanen air hujan dan mendaur ulang air.

…dapat digunakan untuk penyiraman tanaman,


flushing WC, pembersihan drainase dan utilitas,
atau kebutuhan lainnya.
MENDAUR ULANG AIR

Sumber air daur ulang, berasal dari grey water,


seperti: air bekas keran, shower, wudhu,
fasilitas binatu/laundry, dan lainnya…

…dapat digunakan untuk penyiraman


tanaman, flushing WC, pembersihan drainase
dan utilitas, atau kebutuhan lainnya.

Memeriksa kualitas air hasil pengolahan daur


ulang, sesuai dengan peruntukannya.
PENGELOLAAN
SAMPAH
PENGERTIAN SAMPAH

"Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau


proses alam yang berbentuk padat” (UU Nomor 18 Tahun 2008)

"Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari


kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik” (PP Nomor 81 Tahun 2012)

"Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah


tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas
lainnya” (PP Nomor 81 Tahun 2012)

“Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi,


dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus” (UU
Nomor 18 Tahun 2008)
SAMPAH VS LIMBAH

Limbah Limbah B3 Limbah Sampah Sejenis


NonB3 Sampah RT Sampah
Sisa suatu Sisa suatu Sampah Spesifik
usaha usaha Sisa suatu Sampah RTyang
dan/atau dan/atau usaha sisa kegiatan berasal dari Sampah
sehari-hari kawasan mengandung
kegiatan kegiatan yang dan/atau B3 & Limbah
mengandung kegiatan manusia komersial,
B3, sampah
B3 yang tidak dan/atau kawasan
akibat
proses alam industri,
menunjukka bencana,
yang kawasan khusus, bongkaran
n fasilitas sosial,
karakteristik berbentuk bangunan,
padat fasilitas umum, timbul tidak
Limbah B3 dan/atau periodik
fasilitas lainnya
JENIS-JENIS SAMPAH DISEKITAR KITA
LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH
 UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
 PP No. 81 Tahun 2012 tentang Sampah RT dan Sampah Sejenis Sampah RT
 PP No. 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik
 Perpres No. 97 Tahun 2017 tentang Jakstranas
 Perpres No. 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut

1. RPP Cukai Kantong Plastik 1. Permen LHK No. 14 Tahun 1. Peraturan Presiden No.35 Tahun
2. Peraturan Menteri Lingkungan 2021 tentang Pengelolaan 2019 tentang PLTSa
Hidup No.75 Tahun 2019 Sampah pada Bank Sampah 2. Peraturan Menteri 10 Tahun
tentang Peta Jalan Pengurangan 2. Surat Edaran Menteri LHK 2018 tentang Jakstrada
Sampah Oleh Produsen Gerakan Pilah Sampah Dari 3. Peraturan Menteri 24 Tahun
3. Peraturan Rumah 2019 tentang BLPS
Gubernur/Bupati/Walikota 4. Peraturan Menteri 76 Tahun
(Pembatasan Sampah) 2019 tentang Adipura

PRODUSEN PUBLIK/KOMUNITAS PEMERINTAH DAERAH


UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

PASAL 12 PASAL 20
Ayat (1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud
1. Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga
dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan:
dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi
a.pembatasan timbulan sampah;
dan menangani sampah denan cara yang berwawasan
b.pendauran ulang sampah; dan/atau
lingkungan.
c.pemanfaatan kembali sampah.

PASAL 19 Ayat (4) MASYARAKAT dalam melakukan kegiatan


Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampah rumah tangga terdiri atas: menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur
a.PENGURANGAN sampah; dan ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
b.PENANGANAN sampah.
URUSAN PENGELOLAAN SAMPAH

AWALNYA : Sampah Menjadi Urusan Wajib 100 % Pemerintah


MENJADI

SEHARUSNYA : Sampah menjadi Urusan Masyarakat (rumah tangga tangga,


perkantoran, swasta, akademisi, produsen, pengelola kawasan)
Pemerintah : Regulator, Fasilitator, Pengawas dan Pemberi Insentif/Disinsentif

“FASILITAS LAINNYA” adalah yang tidak termasuk


Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial,
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, antara lain
sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas
rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, RUMAH
pemilahan sampah, meminimalkan jumlah sampah yang
SAKIT, klinik, pusat kesehatan masyarakat, kawasan
dihasilkan, dan bertanggungjawab terhadap sampah yang
pendidikan, kawasan pariwisata, kawasan berikat,
ditimbulkan dari aktivitas usahanya.
dan pusat kegiatan olah raga
Perda Prov Jateng No 3 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Sampah di Jawa Tengah
Perilaku menuju 3 Ng
1. Pembentukan perilaku dengan cara
membiasakan diri untuk berperilaku
seperti yang di harapkan, akhirnya akan
terbentuklah perilaku tersebut

2. Pembentukan perilaku dengan pengertian


yaitu pembentukan perilaku yang
ditempuh dengan pengertian atau
insight. Cara ini berdasarkan atas teori
belajar kognitif, yaitu belajar dengan
disertai adanya pengertian

3. Pembentukan perilaku dengan


menggunakan model yaitu pemimpin
dijadikan model atau contoh oleh yang
dipimpinnya
Jateng Gayeng Telung Ng
(Ngelongi, Nganggo, Ngolah)

Ngelongi
Menyediakan air minum isi ulang
Membawa tempat minum & makan guna ulang
Acara sekolah bebas sampah plastik & styrofoam
Makanan & minuman tanpa kemasan plastik
sekali/styrofoam yang dijual di kantin
Kampanye tidak menggunakan plastik
Minum tanpa sedotan
Makan tanpa sendok plastik
Menghabiskan makanan & minuman
Upaya lainnya
Nganggo
Menggunakan botol plastik bekas u/media tanam
Menggunakan cup kopi plastik u/ tempat pensil
Gunakan kertas bolak balik u/ buku catatan
Gunakan kertas bekas sebagai amplop/gunakan
amplop berulang
Gunakan kemasan bekas dari produk-produk yang
dibeli semaksimal mungkin
Buat loker khusus untuk pengumpulan donasi
barang bekas ke warga
Upaya lainnya
Ngolah
Kirim sampah plastik, kertas ke pemulung/bank
sampah
Pengomposan sisa makanan
Membuat kerajinan tangan berbahan
plastik/kertas
Sisa makanan untuk pakan pada budidaya ikan
Upaya lainnya
PEMBATASAN SAMPAH
Memaksimalkan
penggunaan komputer dan
surat elektronik untuk
mengurangi penggunaan
kertas.

Mengutamakan online
(email, media social,
tayangan TV) sebagai
sarana komunikasi.
PEMILAHAN SEBAGAI KUNCI AWAL
KEBERHASILAN DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH

Hal-hal yang penting diperhatikan:


 Tujuan: mengurangi sampah melalui seleksi sampah yang bisa dimanfaatkan
 Menyediakan tempat/wadah secara terpisah sesuai dengan jenis sampah yang
dipilah (2 wadah/3 wadah atau lebih, sesuai kesiapan sumber sampah)
 Membiasakan untuk langsung memilah sampah pada saat dihasilkan
TEMPAT PILAH SAMPAH

Penempatan dan penentuan jumlah tempat


sampah berdasarkan Identifikasi sumber,
jenis dan jumlah timbulan sampah yang
dihasilkan
ALUR PENGELOLAAN BERDASAR
JENIS SAMPAH

No Jenis Sampah Komposisi


(%)
1 Sisa makanan 28,53 Maggot,
2 Sampah daun 10,45 Kompos,pakan
3 Organik lainnya 12,64 ternak
4 Kayu 3,72
5 Plastik 17,81
6 Kertas 9,17
7 Anorganik Lainnya 5,37
8 Karet dan kulit 1,24 Guna Ulang,
9 Kain 2,15 Daur Ulang
10 Kaca/Gelas 1,53
11 Logam 2,61 Tempat Penyimpanan Limbah
12 B3 0,52 B3
13 Pembalut/Nappies 1,40
TPA
Sumber : Hasil Olah Data SIPSN, 2023
CONTOH SKEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TEKNIK PEMILAHAN SAMPAH DI SUMBER

Sampah yang Sampah yang Sampah yang


Sampah yang Sampah
mengandung dapat diguna dapat didaur
mudah terurai lainnya
B3/LB3 ulang ulang
Batere, lampu Sisa makanan, Botol plastik, Sampah plastik, Sampah yang
neon, aki bekas sayuran, ranting, kantong plastik kertas, besi, kaca tidak bisa
dedaunan dimanfaatkan/dig
una ulang

Dropping Industri Daur


point
KOMPOS Tempat Ulang/ TPA
menyimpan Produk daur
(diolah/daur ulang
ulang)

 KOMPOSTER
Pihak ke-3  BIOPORI BANK SAMPAH
yang berizin  TPS 3R
BANK SAMPAH
Fasilitas untuk mengelola Sampah dengan prinsip 3R (Reduce,
Reuse dan Recycle), sebagai sarana edukasi, perubahan
perilaku dalam pengelolaan sampah, dan pelaksanaan
Ekonomi Sirkular, yang dibentuk dan dikelola oleh
masyarakat, badan usaha, dan/atau pemerintah daerah

BANK SAMPAH INDUK ( BSI) BANK SAMPAH UNIT (BSU)


Bank Sampah yang area pelayanannya Bank Sampah yang area pelayanannya
mencakup wilayah administratif mencakup wilayah administratif setingkat
Kabupaten/Kota rukun tetangga, rukun warga, kelurahan,
atau desa/sebutan lainnya
PermenLHK No 14 Tahun 2021 tentang Bank Sampah
MANFAAT BANK SAMPAH

1. ASPEK LINGKUNGAN 3. ASPEK SOSIAL EKONOMI


• Mengurangi sampah • Merubah persepsi negatif terhadap
• Mengurangi kebauan sampah
• Menciptakan lingkungan rumah sakit yang • Menciptakan/melatih jiwa entreprenuer
lebih bersih dan sehat serta estetik bagi pengelola bank sampah
• Menambah pendapatan

2. ASPEK PENDIDIKAN
• Menanamkan pentingnya mengelola sampah
di rumah sakit dan di rumah tangga
• Pendidikan lingkungan hidup bagi karyawan
rumah sakit dan terhadap keluarga
• Makna sampah berkah yang harus dikelola
LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN BANK SAMPAH

1. Melakukan sosialisasi bank sampah


2. Membentuk pengelola bank sampah
3. Melatih pengelola bank sampah
4. Menyiapkan kelengkapan bank sampah
5. Mempromosikan berdirinya bank sampah
6. Mencari offtaker sampah (pengepul, BSI,
PDU)
Penyamaan persepsi tentang
Faktor yang Perlu pengelolaan sampah
Diperhatikan dalam
Pembentukan Kelembagaan Melakukan kemitraan dengan
pembeli sampah/pengepul/BSI/PDU
Pengelolaan Sampah
Sebelum menjadi Melakukan koordinasi dengan
Bank Sampah instansi terkait dalam pengelolaan
sampah (seperti DLH, PU)
SYARAT PEMBENTUKAN BANK SAMPAH

FASILITAS BANK SAMPAH TATA KELOLA BANK SAMPAH


Bangunan yang memiliki kapasitas tertentu untuk Memenuhi 3 komponen : Pengelola, Penabung dan
pengumpulan sampah Offtaker sampah
Memiliki sarana alat timbang Memiliki struktur kelembagaan sesuai kebutuhan dan
masing-masing memiliki tusi yang jelas
Tersedia buku induk, buku tabungan Dibentuk oleh Kepala Kelurahan atau Kepala Desa atau
Kepala Instansi
Dilengkapi dengan label atau tanda pada sarana Cakupan pelayanan untuk community setempat
Memiliki sarana untuk mengelompokkan sampah Memiliki prosedur operasional standar
berdasarkan jenis sampah penyelenggaraan bank sampah
Mudah diakses dan tidak menganggu kegiatan lain Memiliki jejaring kemitraan/offtaker untuk
pengelolaan lanjutan/pemasaran atas sampah yang
sudah dikumpulkan
Memungkinkan melakukan kegiatan pengolahan Komitmen pengurus maupun nasabah bank sampah
sampah mudah terurai maupun kegiatan guna ulang dalam pengelolaan sampah
Tidak mencemari lingkungan sekitarnya
1. Penabung : Karyawan rumah
sakit/perwakilan per bidang/seksi
1. Komponen
Bank Sampah 2. Pengelola : Direktur, wakil direktur,
teller, seksi-seksi
3. Pembeli sampah: rosok, pengepul, BSI,
PDU
2. Sarana Prasarana
Bank Sampah

a) Buku Rekening Tabungan


Sampah
b) Buku Induk Tabungan Sampah
c) Timbangan
d) Tempat transaksi/kantor
e) Tempat penyimpanan sampah
MODEL CATATAN HARIAN/TRANSAKSI
LAINNYA
JENIS SAMPAH (kg)
Total
Botol Botol Kaleng Perkiraan
NO NAMA Tutup Kertas Gelas air Berat
Duplek air plastic alumini Lain-lain harga
galon hvs mineral sampah
bersih warna um
1 Risna 2 0,4 0,2 0,1 0,2 0,1 Botol kaca 4 bh
Besi 2 kg
Botol plastic
kotor 0,2kg
2 Dona 3 5 0,2 Kresek 0,1kg
Kardus 1,5 kg
2 Budi 1 0,3 0,2 0,2 Paralon 0,2
Kabel tembaga
0,3
Total 5 1,4 0,5 5 0,3 0,6 0,1 12,9+

Rekapan bulanan dan tahunan akan diketahui:


1. Jumlah dan jenis sampah yang dapat dikelola oleh bank sampah (kontribusi lingkungan)
2. jumlah omset penjualan bank sampah (kontribusi ekonomi)
3. Jumlah orang/nasabah yang ikut berperan dalam kemasyarakatan (social dan edukasi)
3. Mekanisme
a) Pemilahan sampah di rumah
b) Penyetoran sampah ke bank
sampah
c) Penimbangan di bank sampah
d) Pencatatan di Buku Induk dan
Buku tabungan
e) Pemilahan Kembali di bank
sampah dan penyimpanan
f) Penyimpanan sampah
g) Pemanfaatan sampah/penjualan
sampah/produk
h) Menikmati hasil penjualan
sampah/produk
PELAKSANAAN BANK SAMPAH
1. JAM KERJA (sepakatwaktu efisien);
2. PENARIKAN TABUNGAN (sebaiknya boleh diambil stlh 3 bl  modal);
3. BUKU TABUNGAN (Bukti, kredit, debit, saldo);
4. JASA PENJEMPUTAN SAMPAH;
5. JENIS TABUNGAN (individu, kolektif, pendidikan, lebaran, sosial dsb.);
6. JENIS SAMPAH (kertas, plastik, logam, dll yg ekonomis);
7. PENETAPAN HARGA (fluktuatif=bayar & stabil=tabung);
8. KONDISI SAMPAH (bersih/tdk rsk/biji plastik);
9. BERAT MINIMUM (± 1 Kg, efisien buku, simpan di rumah dulu, dll));
10. WADAH SAMPAH (pemilahan jalan baik);
11. SISTEM BAGI HASIL (nasabah : bank/85 : 15);
12. PEMBERIAN UPAH KARYAWAN (Upah layak/sukarela)
CONTOH JENIS SARANA DAN PRASARANA
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN SAMPAH
No Nama Barang Jumlah
1 Komposter Skala Rumah Tangga + Sekop kecil + Pupuk Kompos 5 Kg 100 Buah
2 Kantong/Karung Tempat Pemilah Sampah (Proses Pemesanan, Sablon dan Jahit) 600 Buah
3 Drum Pemilah Sampah 30 Buah
4 Gerobag 2 Unit
5 Papan Nama Bank Sampah 1 Unit
6 Leaflet Pedoman Pemilahan dan Pengomposan Sampah 2 rim
7 Mesin Jahit untuk kreativitas 3 Unit
8 Rak Data (Locker) Type 4D (yang menerima locker type 4D tidak Menerima locker type 3D) 1 Unit
Rak Data (Locker) Type 3D (yang menerima locker type 3D tidak Menerima locker type 4D) 1 Unit
9 Rak Lemari Display 3R (Rak Besi) 1 Unit
10 Meja Kerja Besi 2 Unit
11 Kursi Besi 6 Unit
12 Alat Pelubang Biopori 70 Unit
13 Penutup Lubang Biopori 70 Unit
14 Timbangan Meja (Digital) 30 Kg 1 Unit
15 Timbangan Gantung (Digital) 50 Kg 1 Unit
16 Printer Laser 1 Unit
17 Note Book 1 Unit
18 Buku Rekening Tabungan Sampah (Penabung Sampah) 100 buku
Bank Sampah di RS. Emanuel Banjarnegara
Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit
ECO-ENZYME
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PERATURAN TENTANG
UU No 32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No 23/2014 Pemerintahan Daerah
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
UU No 6/2023
Kerja Menjadi Undang-Undang
PP No 5/2021 Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko

Pepres No 21 Tahun 2019 Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri

PP No 22/2021 Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan LH

PermenLH 14/2013 Simbol dan Label Limbah B3

Permenlhk No 56/2015 Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Permenlhk No 63/2016 Persyaratan dan Tata Cara Penimbunan Limbah B3 di Fasilitas Penimbusan Akhir
Sistem Pelaporan Elektronik Perizinan Bidang Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau
Permenlhk No 87/2016
Kegiatan
Permenlhk No 101/2018 Pedoman Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3
Permenlhk No 74/2019 Program Kedaruratan Pengelolaan B3 dan/atau Limbah B3
Daftar Usaha dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Permenlhk No 4/2021 Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Permenlhk No 6/2021 Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
73
Pasal 59 UU No 6 Tahun 2023

1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan


pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya
2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1)
telah kedaluwarsa, pengelolaannya mengikuti ketentuan
pengelolaan Limbah B3
3) Dalam hal setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan Limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain
4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat perizinan berusaha atau
persertujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah

74
Prinsip Pengelolaan Limbah B3

• Penghasil bertanggung jawab terhadap


Polluter pays principle limbah B3 yang dihasilkan

• Pengawasan sejak limbah B3 dihasilkan


From cradle to grave sampai dengan pengelolaan akhir

• Mendahulukan reduksi dan hirarki


Minimisasi Limbah B3 pengelolaan limbah B3 yg dihasilkan

• Pengelolaan/pengolahan sedekat mungkin


Proximity dengan tempat dihasilkan

• Kesalahan tidak perlu dibuktikan sebagai dasar


Tanggung Jawab Mutlak pembayaran ganti rugi atas tindakan yang
diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan dalam
(strict liability) pengelolaan Limbah B3 yang menimbulkan ancaman
serius terhadap lingkungan hidup 75
Tujuan Pengelolaan LB3

1. Mencegah dan/ atau mengurangi resiko dampak limbah B3


terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan mahluk
hidup lainnya
2. Melaksanakan kewajiban dalam menjalankan ketaatan dalam
bidang LH dan/atau mencegah terjadinya pelanggaran dalam
pengelolaan Limbah B3
PP No 22 Tahun 2021
PENGELOLAAN LIMBAH B3
TERINTEGRASI

PENYIMPANAN a. NIB untuk usaha dan/atau kegiatan wajib SPPL


LIMBAH B3 b. Persetujuan Lingkungan untuk kegiatan wajib AMDAL
atau UKL-UPL

PENGANGKUTAN REKOMENDASI IZIN DARI


LIMBAH B3 PENGANGKUTAN LIMBAH B3 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

• PENGUMPULAN LIMBAH B3
• PEMANFAATAN LIMBAH B3
• PENGOLAHAN LIMBAH B3 PERSETUJUAN PERSETUJUAN PERIZINAN
• PENIMBUNAN LIMBAH B3 TEKNIS LINGKUNGAN BERUSAHA

DUMPING LIMBAH B3 SLO

Pasal 235 PermenLHK No 6 Tahun 2021


TATA CARA DAN PERSYARATAN
Izin Pengelolaan Limbah B3 yang telah terbit, PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH
dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya NON B3 DIATUR DALAM PERATURAN
MENTERI LHK NO 6 TAHUN 2021
masa berlaku izin.
PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGURANGAN PENYIMPANAN & PEMANFAATAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PENIMBUNAN


PENGUMPULAN

FILOSOFI :TRANSPORTASI DAN TRANFORMASI

78
PENGURANGAN LIMBAH B3

Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan


pengurangan limbah B3 (Pasal 283)
I. Substitusi Bahan II. Modifikasi III. Penggunaan Teknologi
Proses/kegiatan Ramah Lingkungan
pemilahan bahan baku  Pengambilan  Tindakan operasi
dan/atau bahan sampel darah dengan menggunakan
penolong yang semula dengan alat rapid laser
mengandung B3 test  Tidak menggunakan
digantikan dengan  Pemakaian USG alkes bermerkuri
bahan baku dan/atau dengan sistem  Menggunakan peralatan
bahan penolong yang komputerisasi lebih dari 1x pakai
tidak mengandung B3 (desinfektan)

79
Strategi untuk kurangi Limbah B3

 Hindari penggunaan material yang mengandung bahan berbahaya dan


beracun;
 Menggunakan produk atau bahan kimia sampai dengan habis
 melakukan tata kelola yang baik u/ bahan kimia untuk menghindari
kedaluwarsa
 Bekerja sama dengan pemasok untuk mengurangi kemasan produk
 Menerapkan sistem FIFO alias pertama masuk pertama keluar dalam
penggunaan produk
 Menggunakan produk atau bahan kimia habis pakai
 Memastikan tanggal kadaluarsa seluruh produk saat diantar pemasok
CONTOH PENGURANGAN Penarikan Alkes
Bermerkuri

TERMOMETER TERMOMETER
MERKURI DIGITAL

SPYGNOMETER SPYGNOMETER
MERKURI DIGITAL

Amalgam (Merkuri) Bahan Komposit


PERATURAN PEMERINTAH NO 22 TAHUN 2021
Pasal 285
1) Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan penyimpanan
Limbah B3
2) Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang melakukan pencemaran Limbah B3 yang disimpannya
3) Untuk dapat melakukan penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib memenuhi :
a. Standar penyimpanan Limbah B3 yang diintegrasikan ke dalam Nomor Induk
Berusaha, bagi penghasil Limbah B3 dari usaha dan/atau kegiatan wajib SPPL;
dan/atau
b. Rincian teknis Penyimpanan Limbah B3 yang dimuat dalam persetujuan
lingkungan, bagi :
1. Penghasil Limbah B3 dari Usaha dan/atau Kegiatan wajib AMDAL atau UKL
UPL; dan
2. Instansi Pemerintah yang menghasilkan Limbah B3
4) Standar dan/atau rincian teknis Penyimpanan Limbah B3
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi :
a. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang
disimpan;
b. dokumen yang menjelaskan tentang tempat penyimpanan Limbah
B3;
c. dokumen yang menjelaskan tentang pengemasan Limbah B3;
d. persyaratan lingkungan hidup; dan
e. kewajiban pemenuhan standar dan/atau rincian teknis
Penyimpanan Limbah B3.
5) Tata cara pengintegrasian standar penyimpanan Limbah B3 terhadap
NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
Rintek Penyimpanan Limbah B3
Selama ini Kewenangan
izin Penyimpanan LB3
Hanya di Kab/Kota
Tidak ada lagi izin
Penyimpanan LB3

Cukup dengan memenuhi


persyaratan & ketentuan
Izin PENYIMPANAN LB3
teknis Tempat Penyimpanan
TERINTEGRASI ke dalam NIB
LB3 yg ditetapkan
atau dokumen Amdal,
UKL-UPL (tergantung risiko
Pelaku Usaha)

Bila izin penyimpanan LB3 telah


habis, menyusun Rincian teknis
Penyimpanan Limbah B3

Perubahan Persetujuan Lingkungan mll


mekanisme pengelolaan & pemantauan
LH pada AMDAL/UKL UPL sesuai
kewenangan perizinan berusaha
Instalasi IGD Instalasi Farmasi

Kunci
Pengelolaan
Limbah B3 Limbah botol infus, spuit, kasa,
tabung gas anestesi, gas cartridge Limbah kemasan bekas B3,
obat kadaluarsa
, kaleng aerosol, peralatan terapi
adalah pernafasan, oksigen dalam
bentuk gas atau cair

Identifikasi
Sumber
Sumber dan Jenis dihasilkannya Limbah B3 dari Kegiatan Utama

1) Instalasi Gawat Darurat, limbah B3 yang dihasilkan : spuit, ampul, plester, kassa,
kapas, sarung tangan, infus set, transfuse set, urine bag, cateter, apron, underpad,
nasal canul O2, plabot infus, sisa jaringan, kemasan bekas B3, limbah elektronik
2) Instalasi Rawat Intensif, limbah B3 yang dihasilkan : spuit, ampul, plester, kassa,
kapas, sarung tangan, infus set, transfuse set, urine bag, cateter, apron, underpad,
nasal canul O2, plabot infus sisa jaringan, kemasan bekas B3, limbah elektronik
3) Instalasi Rawat Inap, limbah B3 yang dihasilkan : spuit, ampul, plester, kassa,
kapas, sarung tangan, infus set, ransfuse set, urine bag, cateter, apron, underpad,
nasal canul O2, plabot infus, kemasan bekas B3
4) Instalasi Rawat Jalan
a) Poliklinik Bedah : kassa, cairan pencuci luka, benang hecting, sarung tangan,
masker, spuit, ampul, plester, perban, sisa jaringan, dan kemasan bekas B3
b) Poliklinik Bedah Digestif : kassa, cairan pencuci luka, benang hecting, sarung
tangan, masker, spuit, ampul, plester, perban, apron, dan kemasan bekas B3
Hasil Identifikasi LB3 dari RUMAH SAKIT
Limbah B3 yang dihasilkan
disesuaikan dengan kode
dalam Lampiran IX tabel
1,2,3,4 PP No. 22 Tahun 2021
Limbah B3 yang
dihasilkan
disesuaikan dengan
kode dalam
Lampiran IX tabel
1,2,3,4 PP No. 22
Tahun 2021
Flow
Kegiatan
Pendukung
Sumber dan Jenis dihasilkannya Limbah B3 dari Kegiatan Pendukung

Beberapa kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi :


a) Genset, sebagai sumber cadangan listrik untuk
menunjang kegiatan operasional rumah sakit. Jenis
limbah B3 yang dihasilkan : aki bekas, minyak pelumas
bekas, kain majun bekas, filter oli bekas
b) Pemeliharaan sarana, berupa kegiatan perbaikan dan
perawatan sarana prasarana rumah sakit. Jenis limbah
B3 yang dihasilkan : minyak pelumas bekas, kain majun
bekas, limbah elektronik
c) Penggantian lampu, berupa kegiatan perbaikan
maupun penggantian lampu di seluruh ruang rumah
sakit. Jenis limbah B3 yang dihasilkan : limbah
elektronik lampu TL dan lampu LED
d) Servis LCD TV, berupa kegiatan perbaikan dan
pemeliharaan fasilitas televisi di seluruh ruang rumah
sakit. Jenis limbah B3 yang dihasilkan : limbah
elektronik LCD TV
JENIS DAN JUMLAH LIMBAH B3 YANG DIHASILKAN
KEGIATAN PENDUKUNG
PENYIMPANAN LIMBAH B3
PENGOLAHAN LIMBAH B3

Wajib mengolah
Yang Hasilkan sendiri atau
Setiap orang
Limbah B3 diserahkan ke
pihak 3

PENGOLAHAN LIMBAH B3 adalah proses untuk mengurangi


dan/atau menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun.
Bentuk Pengolahan Limbah B3
• Memenuhi BM emisi
Termal (hasilkan • Efisiensi pembakaran 99,99 % kecuali Kiln semen
residu berupa abu • Efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa
dan cairan) organik berbahaya 99,99 % kecuali karakteristik
infeksius, PCB

• mengubah sifat fisik dan kimiawi limbah B3


Stabilisasi dan dengan cara penambahan senyawa pengikat B3
solidifikasi agar pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau
(penimbunan) terbatasi dan membentuk massa monolit dengan
struktur yang kekar

• Bioremediasi, elektrokoagulasi, pencucian


Sesuai dengan tangki kapal (tank cleaning) dan pencucian
perkembangan iptek kemasan bekas B3 dan/atau Limbah B3
Spesifikasi teknis Pengolahan Limbah B3
secara Termal

1. sistem pengumpanan dilakukan secara mekanik


2. memiliki 2 (dua) atau lebih ruang pembakaran dengan
temperatur:
a. paling rendah 800°C untuk ruang pembakaran pertama;
b. 2. 850°C – 1.200°C untuk ruang pembakaran kedua;
c. sistem pembakaran terdiri dari sistem pembakaran utama
(primary combustion burner) dan sistem pembakaran kedua
(secondary combustion burner);
d. fasilitas pengendalian pencemaran udara.
Persyaratan Lokasi
Pengolahan Limbah B3 secara Termal

1. Daerah bebas banjir;


2. Berada di kawasan industri dan/atau daerah yang
diperuntukkan sebagai daerah industri sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan bagi Pengolah Limbah B3
3. Memiliki jarak yang aman, paling dekat:
a. 150 m (seratus lima puluh meter) dari jalan utama atau
jalan tol;
b. 300 m (tiga ratus meter) dari daerah pemukiman,
perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau
kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan dan
pendidikan;
c. 300 m (tiga ratus meter) dari garis pasang naik laut,
sungai, daerah pasang surut, danau, rawa, mata air; dan
d. 300 m (tiga ratus meter) dari daerah yang dilindungi (cagar
alam dan hutan lindung).
Penyusunan
Rincian Kajian
Teknis sebagai
syarat
Pengajuan
Pertek
Printout Manifest
Elektronik

Sebagai Bukti
Legal Pengelolaan
Lanjutan Limbah
B3 ke Pihak Lain
yang berizin
REGULASI PENEGAKAN
HUKUM PIDANA
YANG HARUS DIPERHATIKAN
Sanksi Pidana dalam UU No. 11 Tahun 2020 & UU
No. 32 Tahun 2009

Pasal Sangkaan Berdasarkan UU No. 32/2009


Dugaan Tindak Pidana
tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH

Tidak memiliki izin pengelolaan Dihapus pada UU No 11/2020


Limbah B3

Menghasilkan limbah B3 Pasal 103


dan tidak melakukan Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan
pengelolaan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 3.000.000.000,- (tiga miliar
rupiah)
Mari Mencoba Memaknai
“Tidak Melakukan Pengelolaan Limbah B3”
sebagaimana Pasal 103. Apa Benar seperti ini ? Perlu dibahas

A. Tempat Penyimpanan Limbah B3


1. Tidak memiliki Tempat Penyimpanan Limbah B3;
2. Tidak memfungsikan Tempat Penyimpanan Limbah B3 hanya
sebagai tempat Penyimpanan Limbah B3;
3. Tempat Penyimpanan Limbah B3 over capacity sehingga
menganggu akses loading unloading dan terjadi potensi
pencemaran dan/atau kerusakan LH di sekitar Tempat
Penyimpanan Limbah B3
4. Tidak menyimpan Limbah B3 di tempat penyimpanan Limbah
B3
B. Pengelolaan Lanjutan
1. Tidak memiliki kontrak kerja sama dengan pihak pengelola lanjutan
(pengumpul/pemanfaata/pengolah/penimbun Limbah B3 yang berizin)
2. Menyerahkan Limbah B3 ke pihak lain yang tidak memiliki Perizinan
Berusaha untuk kegiatan bidang usaha Pengelolaan Limbah B3 dan
Surat Kelayakan Operasional (SLO);
3. Bukti penyerahan Limbah B3 ke pihak lain tidak dilengkapi dengan
manifest elektronik
4. Melakukan Pemanfaatan Limbah B3 tanpa memiliki persetujuan teknis
untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 dan Surat Kelayakan
Operasional (SLO);
5. Melakukan Pengolahan Limbah B3 tanpa memiliki persetujuan teknis
untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 dan Surat Kelayakan
Operasional (SLO); dan/atau
6. Melakukan Penimbunan Limbah B3 tanpa memiliki persetujuan teknis
untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 dan Surat Kelayakan
Operasional (SLO);
C. Tindakan yang potensi menimbulkan Pencemaran dan/atau
Kerusakan LH
1. Menempatkan, membuang Limbah B3 di luar tempat
Penyimpanan Limbah B3 termasuk di media lingkungan
hidup
2. Melakukan open burning terhadap Limbah B3 yang
dihasilkan
Pasal Sangkaan Berdasarkan UU No. 32/2009
Dugaan Tindak Pidana
tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH
Pasal 104
Melakukan pembuangan Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan / atau bahan
(dumping) limbah dan/atau ke media lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud
bahan ke media dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
lingkungan hidup tanpa (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,- (tiga
izin miliar) rupiah

Berdasar ketentuan umum UU No 32 Tahun 2009, bahwa Dumping


(Pembuangan) merupakan kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu,
dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media Lingkungan
Hidup tertentu. -------- Limbah dimaksud sangat umum belum merujuk
pada Limbah tertentu sehingga Limbah dimaksud dapat diterjemahkan
berupa Limbah B3, Limbah nonB3, emisi, air limbah
Pasal Sangkaan Berdasarkan UU No. 32/2009 tentang
Dugaan Tindak Pidana
Perlindungan dan Pengelolaan LH
Memberikan informasi Pasal 113
palsu, menyesatkan, Setiap orang Memberikan informasi palsu,
menghilangkan menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
informasi atau informasi atau memberikan keterangan yang tidak
memberikan benar dalam kaitannya dengan pengawasan dan
keterangan yang tidak penegakan hukum yang berkaitan dengan
benar dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
penegakan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)
lingkungan hidup dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar
rupiah)

Anda mungkin juga menyukai