Anda di halaman 1dari 8

POLITIK & MILITER

Oleh :
1. Ade Ramdhan Carlitos
2. Nadia
3. Rai Mukharam
POLITIK MILITER KONFLIK AGRARIA YANG
DIALAMI WARGA

Konflik agraria yang dialami warga Wates terjadi sejak 1942, ketika tentara
Jepang yang kala itu menjajah Indonesia membangun landasan udara dan
pangkalan militer di Desa Beber, Majalengka.Sengketa tanah antara warga
Wates dan TNI AU ini merupakan salah satu konflik agraria terlama di
Indonesia, yang telah berlangsung selama 73 tahun.
• Warga Wates yang tinggal di sekitar
landasan udara merasa keselamatan dan
keamanan mereka terancam lantaran
berada dekat dengan zona perang.
Mereka kemudian mengungsi ke lokasi
yang lebih aman.

• Mereka mengungsi ke Dukuh Peusing,


masih di Desa Jatisura yang jaraknya
sekitar 1,5 km dari Dusun Wates.
Ketika Jepang kalah perang pada 1945 dan meninggalkan Indonesia, warga
Wates kembali ke kampung halamannya. Akan tetapi, mereka dikejutkan
dengan klaim sepihak TNI AU – yang pada saat itu bernama AURI (Angkatan
Udara Republik Indonesia) – atas tanah mereka pada 1950.
Kawasan yang diklaim militer mencakup sembilan desa,
yaitu :
1. Desa Buntu
2. Desa Beber
3. Desa Beusi
4. Desa Cibogor
5. Desa Kertasari
6. Desa Wanasalam di Kecamatan Ligung
7. Desa Salawana
8. Desa Kampek di Kecamatan Dawuan
9. Desa Jatisura di Kecamatan Jatiwangi

Klaim sepihak itu membuat warga kesulitan


melegalkan tanah miliknya hingga kini
Seolah mendukung klaim tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka
menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah tahun 2011-2031 yang menetapkan kawasan di sekitar
Pangkalan Udara Sugiri Sukani sebagai kawasan peruntukkan pertahanan dan
keamanan.

Adapun, dalam rencana pola ruang kawasan budi daya yang dirilis Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Majalengka, kawasan pertahanan dan
keamanan meliputi lima kecamatan, termasuk di dalamnya Kecamatan
Jatiwangi yang kini menjadi sengketa antara warga dan TNI AU.
Sebanyak 3.886 kepala keluarga mendiami lahan seluas 92,79 di empat wilayah,
yakni Desa Cibogor, Salawana, Kertasari, dan Dusun Wates. Lahan pemukiman itulah
yang dituntut hak kepemilikan atas tanah oleh warga, namun tuntutan itu belum
dipenuhi hingga kini.

Kecamatan Ligung sebagai kawasan pertahanan keamanan, pengembangan industri dan


pelayanan sosial, pertanian dan perikanan. Kecamatan Dawuan sebagai simpul
transportasi regional, pusat komersial, pusat pelayanan sosial, dan pendukung kegiatan
industri.Sementara itu, Kecamatan Jatiwangi sebagai kawasan pengembangan industri,
kawasan komersial, pelayanan sosial termasuk pengembangan perumahan, dan
pertanian.Saat warga Wates didera kekhawatiran dan kesulitan melegalkan kepemilikan
tanahnya, di sisi lain, Lanud Sugiri Sukani menerima sembilan sertifikat tanah dari Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Majalengka.
Dikutip dari situs TNI Angkatan Udara, sembilan sertifikat tanah itu diterima
langsung oleh Komandan Lanud Sugiri Sukani, Letkol Pnb Supardo Butarbutar
di kantor BPN Kabupaten Majalengka, Oktober 2022
Ismal Muntaha dari BKP mengungkapkan sejumlah faktor menjadi penyebab
mengapa sengketa lahan antara warga Wates dan otoritas angkatan udara itu
sulit diselesaikan.Selain berhadapan dengan institusi milter, kata Ismail, warga
tidak memiliki surat tanah yang menguatkan posisi mereka terhadap tanah itu.

Anda mungkin juga menyukai