Konsep Dasar Farmakologi
Konsep Dasar Farmakologi
FARMAKODINAMIK,
FARMAKOKINETIK
FASE FARMASETIK
PENGERTIAN OBAT
• Obat merupakan semua zat, baik kimiawi, hewani maupun nabati
yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau
mencegah penyakit berikut gejalanya.
NASIB OBAT SETELAH DIMINUM
PERORAL
• ADA 3 FASE FARMASETIK, FARMAKOKINETIK, FARMAKODINAMIK
OBAT
• Waktu paruh selama 4-8 jam dianggap singkat, dan 24 jam atau lebih
dianggap panjang.
• Jika suatu obat memiliki waktu paruh yang panjang (seperti digoksin, 36
jam), maka diperlukan beberapa hari agar tubuh dapat mengeliminasi obat
tersebut seluruhnya.
Presentasi Pengikatan dengan Protein dan
Waktu Paruh obat-obat tertentu
OBAT PENGIKATAN DENGAN PROTEIN WAKTU PARUH (t ½) (jam)
(%)
Aspirin 49 0,25 – 2
Klorpromazin 95 30
Diazepam 98 30 – 80
Digitoksin 90 8
Digoksin 25 36
Furosemid 95 1,5
Lidokain 50 2
Fenitoin 88 10 – 40
Propanolol 92 4
Teofilin 60 9
4. EKSKRESI atau ELIMINASI
• Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain
meliputi empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu.
• Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat
yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal.
• Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh
ginjal.
• Sekali obat dilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi
bebas dan akhirnya akan diekskresikan melalui urin.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSKRESI
• pH urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5
sampai 8.
• Urin yang asam meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa
lemah. Aspirin, suatu asam lemah, dieksresi dengan cepat dalam
urin yang basa.
• Jika seseorang meminum aspirin dalam dosis berlebih, natrium
bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin menjadi basa.
• Juice cranberry dalam jumlah yang banyak dapat menurunkan pH
urin, sehingga terbentuk urin yang asam.
FARMAKODINAMIK
FARMAKODINAMIK
• Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan
biokimia selular dan mekanisme kerja obat.
• Respons obat dapat menyebabkan:
• efek fisiologis primer atau
• Efek sekunder atau
• Efek kedua-duanya.
• Efek primer adalah efek yang diinginkan dan efek sekunder bisa
diinginkan atau tidak diinginkan.
Contoh obat dengan efek primer dan sekunder
• Salah satu contoh dari obat dengan efek primer dan sekunder adalah
difenhidramin (Benadryl), suatu antihistamin.
• Efek primer dari difenhidramin adalah untuk mengatasi gejala-gejala
alergi, dan efek sekundernya adalah penekanan susunan saraf pusat
yang menyebabkan rasa kantuk.
• Efek sekunder ini tidak diinginkan jika pemakai obat sedang
mengendarai mobil atau beraktivitas lain, tetapi pada saat tidur, efek
ini menjadi diinginkan karena menimbulkan sedasi ringan.
1. MULA, PUNCAK dan LAMA KERJA
OBAT
• Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir
sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC= minimum
effective concentration).
• Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi
dalam darah atau plasma.
• Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis.
• jadi waktu paruh merupakan pedoman yang penting untuk menentukan interval
dosis obat.
• Jika sebuah obat dengan waktu paruh panjang diberikan dua kali atau lebih dalam
sehari, maka terjadi penimbunan obat di dalam tubuh dan mungkin dapat menimbulkan
toksisitas obat.
• Jika terjadi gangguan hati atau ginjal, maka waktu paruh obat akan meningkat. Dalam hal
ini, dosis obat yang tinggi atau seringnya pemberian obat dapat menimbulkan toksisitas
obat.
2. Efek Terapetik, Efek Samping, Reaksi
yang merugikan dan Efek Toksik
• Efek terapeutik dari suatu obat disebut juga efek yang diinginkan,
adalah efek yang utama yang dimaksudkan yakni alasan obat
diresepkan.