Anda di halaman 1dari 33

SERIVANIJA

JATAKA
Kisah Pedagang dari Seriva
• Pedagang dari Seriva, menjual gerabah dan peralatan dapur, serta pernak-
pernik perhiasaan.
• Suatu hari ada dua pedagang melintasi sungai Telavaha dan menuju kota
Andhapura
Engkau
pergi
kemana?

Aku ke
arah sini

Semoga
Berhasil !

Terima
Kasih

Mereka selalu pergi ke arah yang berbeda selama berjualan


Andhapura adalah kota yang biasa saja, tidak banyak keluarga kaya di kota
itu, bahkan beberapa keluarga cenderung miskin
Peralatan
dapur, pernak-
pernik, gerabah,

Dibeli-dibeli.

Salah satu keluarga yang hanya terdiri dari anak perempuan


dan neneknya adalah keluarga yang miskin
Nenek Aku mau beli
gelang, Nek. Boleh
minta uang?
Nenek gak
punya cukup
uang, sayangku

kapan-
kapan
ya

Coba aku lihat ke


rumah, mencari
barang untuk
ditukar

Nenek, aku
menemukan
nampan ini

Anak perempuan itu ingin membeli gelang, tetapi neneknya tidak punya
uang. Akhirnya ia mencari barang dalam rumah untuk ditukar
Ayo Kita
Coba

Pedagang,
tolong ke sini
sebentar

Akhirnya mereka mencoba untuk menukarkan nampan yang ditemukan anak


itu kepada pedagang keliling
Saya memiliki nampan ini,
saya ingin menukar
Berat
Juga Hmm
dengan beberapa barang

Pedagang itu mengamati dengan seksama nampan yang


ditawarkan oleh si nenek kepadanya
Ini emas murni Aku tipu saja mereka

Hmm

Pedagang itu menyadari bahwa nampan yang ditawarkan terbuat dari emas
murni, namun karena keserakahan, akhirnya pedagang itu berniat untuk
menipu mereka
Benda ini
tidak ada
nilainya

Jangan
menangis

Sudah..

Akhirnya pedagang itu berkata bahwa nampan itu tidak bernilai dan
kemudian pergi
Kemudian, pedagang yang satunya pun melewati rumah mereka
Ayo kita
beli, Nek

Apakah kalian
mau membeli
sesuatu?

Pedagang itu kemudian menawarkan dagangannya dengan ramah


Kita tidak Kita tidak Dilihat dari
memiliki uang bisa penampilannya,
sayangku pedagang ini lebih
ramah, kita coba
nampan tadi lagi saja

Baiklah
kalau mau
coba

Karena pembawaannya yang ramah, anak itu membujuk neneknya untuk


kembali menawarkan nampan tadi kepada pedagang itu
Pedagang Coba tolong engkau
periksa nampan ini

Akhirnya pedagang yang ramah itu melihat dan memeriksa nampan


mereka
Ini emas Ini terbuat dari Sungguh
murni emas murni

Pedagang itu mengatakan kepada mereka bahwa nampan itu terbuat dari
emas murni
Kok
bisa? Ya, tidak
Engkau
salah lagi
yakin?

Anak perempuan dan Neneknya pun kaget mendengar perkataan pedagang


ramah itu
Lalu berapa Terserah ada
nilainya? untuk
menawarnya

Akhirnya Nenek itu menjual nampan berbahan emas murni tersebut


kepada pedagang ramah itu
Dan delapan
Saya bisa memberi Saya hanya keping uang
ingin tongkat untuk
500 keping uang dan timbangan membayar
seluruh barang saya perahu
dagangan saya

Terima
kasih

Pedagang itu memberi 500 keping uang dan seluruh barang dagangannya
kecuali tongkat timbangan dan juga delapan keping untuk membayar
perahu untuk menyebrang sungai
Selamat
tinggal

Semoga
berhasil

Kemudian pedagang ramah itu pergi meninggalkan rumah mereka dan


menuju ke sungai untuk menyebrang kembali dengan perahu
Nenek !!
Nenek !!

Ada apa??

Aku akan
mengambil
nampan itu

Sementara itu, pedagang yang serakah, kembali ke rumah itu berniat untuk
mengambil nampan emas murni
Saya mau
menukarkan
barang dengan
nampan itu

Engkau penipu

Pedagang serakah itu belum mengetahui bahwa nampan emas murni


tersebut telah dijual kepada pedagang ramah
Kau
Engkau menipu Aku telah menjualnya menjualnya?
kami mengatakan kepada pedagang
bahwa nampan itu yang lebih ramah
tidak berharga

Mengetahui nampan itu telah dijual, pedagang serakah terkejut tidak


percaya
Hancur
sudah
impianku

Aku akan
memberikan
barang apapun
yang kau minta

Seakan tidak percaya, pedagang itu pun mengatakan akan memberikan apa
saja demi nampan emas murni tersebut
Asalkan aku
mendapatkan
nampan itu

Seakan tidak percaya, pedagang itu pun mengatakan akan memberikan apa
saja demi nampan emas murni tersebut
Tunggu
kau

Aku akan merebut


nampan itu

Seakan kehilangan kendali, pedagang serakah itu mengambil tongkat


timbangan dan mengejar si pedagang ramah
Hari ini adalah hari
keberuntunganku

Sementara si pedagang ramah telah sampai di atas perahu dan akan segera
menyebrangi sungai
Berhenti, tunggu, Siapa itu yang
berhenti !!! teriak-teriak??

Pedagang serakah hanya bisa berteriak di tepi sungai melihat perahu itu
telah berada di tengah sungai
Tetap jalan,
saudaraku Apa kau tidak
mendengarku, aku
bilang berhenti !!!

Pedagang serakah hanya bisa berteriak di tepi sungai melihat perahu itu
telah berada di tengah sungai
Mulai sekarang
Tunggu aku akan
aku menaruh dendam
kepadamu !!!

Diliputi kepedihan yang amat dalam, pedagang serakah itu pun akhirnya
menaruh dendam kepada si pedagang ramah
Mulai sekarang
Aku akan
hingga
membalasmu kehidupan-
kehidupan
selanjutnya !!!

Diliputi kepedihan yang amat dalam, pedagang serakah itu pun akhirnya
menaruh dendam kepada si pedagang ramah
Kasihan sekali
dia

kepedihan mendalam datang menghantuinya, hatinya semakin panas,


darah mengucur dari mulutnya, dan akhirnya tewas saat itu juga
Si pedagang ramah yang mendapatkan keberuntungan memiliki nampan
emas murni pun kemudian menjadi saudagar kaya raya. Namun tak lupa ia
selalu berdana dan melakukan kebajikan lainnya
Cerita ini adalah awal mula dendam Devadatta kepada Sang Buddha,
dimana pedagang yang serakah adalah Devadatta dan pedagang yang
ramah adalah Buddha.

Anda mungkin juga menyukai