Anda di halaman 1dari 10

REVIEW BUKU

LITERASI BACA
REVIEW NOVEL
SAGA NO GABAI BACHAN
Judul Buku : Saga No Gabai Bachan
Penulis : Yoshichi Shimada
Penerbit : Kansha Books
Tahun Terbit : 2011
Genre : Fiksi
Jumlah Halaman : 245
“Kebahagiaan itu bukanlah sesuatu yang ditentukan oleh
uang. Kebahagiaan itu adalah sesuatu yang ditentukan oleh
diri kita sendiri, oleh hati kita.”

Demikianlah kira-kira inti dari buku ini.

Saga No Gabai Bachan atau yang diterjemahkan ke dalam


Bahasa menjadi Nenek Hebat dari Saga merupakan
sepenggal kisah masa kecil penulis, Yoshichi Shimada, yang
kala itu lebih akrab dipanggil dengan Akihiro Tokunaga dan
nenek Akihiro yang bernama Nenek Osana.
Semua berawal dari ibu Akihiro yang mendorong
Akihiro ke dalam kereta yang sedang dalam posisi siap
melaju di mana di dalamnya sudah ada bibi Akihiro
yang sudah siap menangkap bocah malang tersebut. Ibu
dan bibi Akihiro sebelumnya sudah bersekongkol untuk
mengikutsertakan Akihiro dalam perjalanan kereta yang
menuju Saga itu.
Akihiro menjalani hari-harinya bersama Nenek
Osana dengan berbagai macam kesederhanaan
yang tentunya karena dipaksa oleh kemiskinan.
Namun Akihiro mampu bertahan berkat ilmu-
ilmu melawan kemiskinan yang diajarkan
neneknya.
Kemiskinan neneknya tidak menjadi penghalang
kebahagian mereka. Bagaimanapun neneknya
memiliki “swalayan” sendiri tanpa membayar. Ya
gratis, bahkan telah diantarkan hingga pekarangan
rumah. Tidak hanya makanan, “swalayan” itu
mengirimkan berbagai barang yang mereka
butuhkan juga.
Si nenek selalu pergi kerja sambil mengenakan tali
yang ujungnya ditempeli magnet. Jadi, jika magnet
itu menempel pada sampah logam, maka pulangnya
si nenek bisa menjual besi itu ke pengumpul besi.
Uangnya bisa digunakan untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari.

“Sungguh sayang kalau kita sekedar berjalan. Padahal kalau kita berjalan sambil menarik magnet,
lihat, begini menguntungkannya, kalau kita jual, sampah logam lumayan tinggi harganya. Benda
yang jatuh pun kalau kita sia-siakan, bisa dapat tulah.” (hal 42)
Ketika seorang tukang tahu keliling menghancurkan tahunya
dengan sengaja agar bisa dibeli oleh Nenek Osana. Karena
keterbatasan uang, sesuai persetujuan penjual, Nenek Osana boleh
membeli tahu yang bentuknya sudah rusak dengan harga setengah
harga normal.

“Seperti yang selalu diucapkan oleh Nenek Osana bahwa


kebaikan sejati dan tulus adalah kebaikan yang dilakukan tanpa
diketahui orang yang menerima kebaikan dan kejadian tahu ini
bisa menjadi salah satu contohnya.”
Bagi Nenek Osana kehidupan yang dialaminya adalah
anugerah yang harus dijalaninya dan tanpa ragu ia berkata
bahwa “Hidup itu selalu menarik. Daripada hanya pasrah,
selalu coba cari jalan”

Hal-hal seperti inilah yang dilihat dan dialami oleh


Tokunaga selama ia tinggal bersama neneknya. Bagi
Tokunaga ini adalah kesempatan berharga dimana dia bisa
memiliki pengalaman yang luar biasa untuk menjalani
hari-hari bersama neneknya yang sangat menyenangkan
walau kemiskinan membelit hidup mereka.

Anda mungkin juga menyukai