Bahan Hidrologi 1-14 (No Animation)
Bahan Hidrologi 1-14 (No Animation)
Daftar Pustaka
Pustaka
1.
1. Sujono,
Sujono, S.,
S., Kensaku,
Kensaku, T. T. Hidrologi
Hidrologi untuk
untuk Pengairan
Pengairan,,
Jakarta,1977
Jakarta,1977
2.
2. Barren
Barren Vrisman,
Vrisman, P. P. dkk.,
dkk., Introduction
Introduction toto
Hidrology
Hidrology,, London,
London, 1977
1977
3.
3. Ray.
Ray. K.
K. L.L. Mau
Mau A. A. K.,
K., Joseph
Joseph L.L. P.,
P., Hidrologi
Hidrologi
untuk
untuk Insinyur
Insinyur,, Jakarta,1989
Jakarta,1989
4.
4. Ersin
Ersin Seyhan,
Seyhan, Dasar-Dasar
Dasar-Dasar Hidrologi
Hidrologi,, Gajah
Gajah Mada
Mada
University
University Pres,
Pres, 1990
1990
5.
5. C.
C. D.
D. Soemarto,
Soemarto, Hidrologi
Hidrologi Teknik
Teknik,, Surabaya,
Surabaya, 1986
1986
6.
6. Sri
Sri Harto,
Harto, Analisis
Analisis Hidrologi
Hidrologi,, Jakarta
Jakarta 1993
1993
7.
7. Yusron
Yusron Lubis,
Lubis, Hidrologi
Hidrologi untuk
untuk Bangunan
Bangunan AirAir,,
Bandung,
Bandung, 1984
1984
03/25/24 1
8.
8. Santosh
Santosh Kumar
Kumar Garg,Garg, Water
Water Resources
Resources and and
Hydrology,
Hydrology, New
New Delhi,
Delhi, 1979
1979
9.
9. Victor,
Victor, M.
M. P.,
P., Engineering
Engineering Hydrology
Hydrology (Principles
(Principles
and
and Practices),
Practices), Prentice
Prentice Hall,
Hall, Englewood
Englewood Elipps,
Elipps,
New
New Jersey,
Jersey, 1989.
1989.
10.
10. Dept.
Dept. PU.
PU. Ditjen
Ditjen Pengairan,
Pengairan, Cara
Cara Menghitung
Menghitung
Design
Design Flood,
Flood, Jakarta
Jakarta 1980.
1980.
11.
11. Charles
Charles T.
T. Harn,
Harn, Statistical
Statistical Methods
Methods inin Hydrology
Hydrology ,,
Iowa,
Iowa, 1977
1977
12.
12. G.
G. W.W. Kite,
Kite, Frequency
Frequency and and Risk
Risk Analisis
Analisis in
in
Hydrology,
Hydrology, USA,
USA, 1988.
1988.
13.
13. Soewarno,
Soewarno, Aplikasi
Aplikasi Metode
Metode Statistik
Statistik untuk
untuk Analisis
Analisis
Data
Data Hidrologi,
Hidrologi, Bandung,
Bandung, 1995
1995
14.
14. A.T.
A.T. Hjilmfelt,
Hjilmfelt, Jr.
Jr.
J.J.
J.J. Cassidy,
Cassidy, Hydrology
Hydrology for for Engineers
Engineers and and
Planners,
Planners, Iowa
Iowa State
State University
University Press/
Press/ Ames,
Ames,
03/25/24 IOWA,
IOWA, 1975
1975 2
Sesi Perkuliahan I
Pengenalan
Hidrologi
03/25/24 3
Pengenalan Hidrologi
ilmu yang berkaitan dengan air di bumi,
terjadinya, peredaran, dan agihannya sifat-sifat
kimia dan fisikanya, reaksi dengan
lingkungannya, termasuk hubungannya
dengan makhluk-makhluk hidup
(International Glossary of Hidrologi, 1974)
03/25/24 4
Ilmu lain yang berkaitan :
• Hydrography :
– menyangkut kegiatan-kegiatan survei, sungai, pendataan, debit
pengaliran dan tinggi air
• Hydrometri :
– menyangkut pengukuran dan pendataan aliran sungai, saluran-
saluran dan pengaliran yang melewati suatu waduk/danau
• Hydrogeologi :
03/25/24 5
Ilmu Pendukung :
• Meteorologi :
ilmu cuaca, tentang perubahan-perubahan di atmosfera.
• Klimatologi :
tentang iklim, terhadap temperatur udara, kelembaban, hujan,
penguapan
• Soil science :
antara keadaan tanah dan gerakan air baik, run off maupun
aliran bawah tanah
• Mekanika fluida :
sifat-sifat gerakan air
• Statistik :
menganalisa untuk mendapatkan kumpulan dari suatu hasil
03/25/24
pendataan 6
Hidrologi dibedakan menjadi 2 bagian:
bagian
• Surface hidrologi :
– yaitu hidrologi yang mempelajari air permukaan
03/25/24 7
Kegunaan Hidrologi :
03/25/24 8
Siklus Hidrologi (Hidrologic Cycle)
5
7 2 4
6
3
8
9 1
10
12 11
13
Laut
(1)&&(3)
(1) (3)Evaporation
Evaporation 8.8. Hujan
Hujan
2.2. Transpiration
Transpiration 9.9. “Overland
“OverlandFlow”
Flow”
4.4. Awan
Awan 10.Infiltration
10. Infiltration
5.5. Awan
AwanPenyebab
PenyebabHujan
Hujan 11.Interflow
11. Interflow
6.6. Presipitasi
Presipitasi 12.Percolation
12. Percolation
03/25/24 7. Penguapan sebelum sampai tanah 13.AirAirTanah
Tanah 9
7. Penguapan sebelum sampai tanah 13.
Agihan Vertikal Air Tanah
UNDER HYDROSTATIC
ZONE OF PRESSURE
SATURATION
03/25/24 10
Akuifer
SUMUR ARTESIS
RECHARGE AREA
GRS SUMUR DANGKAL
PIESOMETRIK
MA BL BAS
IMPERVIOUS
LAYER
PREVIOUS
LAYER
IMPERVIOUS LAYER
SR
P E DARATAN
LAUT GWF
03/25/24 12
Diagram disederhanakan dari daur hidrologi (Ward,1967)
Awan
i
as
s
en
nd
Ko
Pr ir
es p A
ipit Ua
as
i
intersep Evapot
si ranspir
asi
Infiltrasi lim
pas
an
permukaan
nah
s ta
a
ng
na ir
e
Ta n A
Pe tana
L
rem
h
i ra
air
Al
bes
an
h
Model Daerah Aliran Sungai Rekayasa (Allen, 1975)
Transpirasi Evaporasi Presipitasi
Limpasan
Infiltrasi permukaan
Mintakat
aerasi Kapasitas lapangan
Perkolasi yang
Kenaikan kapiler dalam
Saluran
Air tanah sungai
Perembesan ke
saluran
03/25/24 14
Water Balance untuk Lautan
berlaku persamaan :
P E SR S GWF
– Dengan :
• P = presipitasi (hujan)
• E = penguapan (evaporsi)
S = “ change in storage”
• SR = “surface run-off ”
• GWF = “Ground Water run-off ” aliran air tanah
03/25/24 15
Water Balance untuk Daratan
berlaku persamaan :
P E SR S GWF
– Dengan :
• P = presipitasi (hujan)
• E = penguapan
• ∆S = perubahan dalam tampungan (storage)
• SR = aliran permukaan (surface run-off)
• GWF = aliran air tanah
03/25/24 16
Dengan memperhatikan persamaan diatas secara
umum Ven Te Chow (1964) menuliskan :
• Dengan I O ∆ s
• I = Aliran masuk “in flow”
• ∆S = “change in storage’
03/25/24 17
Water balance untuk sebuah waduk
Untuk S > 0
1 + 2 + 3 = 4 + 5 + 6 S
S Untuk S < 0
1 + 2 + 3 S = 4 + 5 + 6
Dengan : = “surface run-off”
= “sub-surface run-off”
= presipitasi (hujan)
= evaporasi (penguapan)
= kebutuhan air (irigasi, tenaga listrik)
03/25/24 = kebutuhan /rembesan 18
Beberapa istilah
• Interception
• Depression storage
• Surface detention
• Infiltrasi
• Soil moisture
• field capacity
03/25/24 19
Proses peredaran air yang terjadi,
oleh Hoyt (1939)dijelaskan dengan
lima fase :
Fase 1
Merupakan fase akhir musim kemarau. Pada fase ini tidak
terdapat masukan sama sekali, sehingga proses yang ada
semata-mata merupakan keluaran dari DAS, yaitu penguapan
dan limpasan. Akibat penguapan yang terjadi di bagian atas
tanah, kelembaban makin menurun, yang berarti “ soil moisture
defficiency” (perbedaan antara “field capacity” dengan
kelembaban nyata) makin besar. Selama itu akibat aliran (Aliran
dasar) sungai terjadi terus menerus, yang berarti pengatusan dari
akuifer, yang mengakibatkan penurunan muka air pada akuifer.
03/25/24 20
Fase II
Merupakan fase pada permulaaan musim hujan,
dengan jumlah hujan yang masih sedikit. Jumlah
hujan ini sebagian besar tertahan sebagai intersepsi
(interseption). Selebihnya akan masuk ke dalam tanah
sebagai air infiltrasi. Air ini masih akan digunakan
untuk mengembalikan tanah ke kapasitas lapangan
(field capacity), sehinggaada air yang mencapai
akuifer, yang berarti aliran dasar tidak berubah.
Demikian pula bila limpasan dapat terjadi, masih
akan tersimpan sebagai tampungan sebagai
tampungan cekungan (depression storage) sehingga
03/25/24 21
belum menambah aliran di sungai
Fase III
adalah fase pertengahan musim hujan. Jumlah air hujan
telah cukup besar. Intersepsi telah mencapai nilai
maksimum, kondisi tanah telah berada pada kapasitas
lapangan, dan kehilangan air akibat tampungan
cekungan sangat kecil. Jumlah air perkolasi (percolation)
menaikkan kandungan air akuifer yang menyebabkan
kenaikan aliran dasar sungai. Demikian pula limpasan
memberikan sumbangan pada perubahan debit sungai.
75 % S e b a g a i e s d a n g la c i e r
24 % A ir d i b a w a h ta n a h
0 ,3 % A ir d i d a n a u
0 ,0 6 % S e b a g a i “ s o il m o is te re ”
0 ,0 3 5 % S e b a g a i a ir d i a tm o s fe r
0 ,0 3 % D i s u n g a i-s u n g a i
03/25/24 23
Hidrologi
Sesi Perkuliahan II
03/25/24 24
• Curah hujan jam-jaman (hourly-rainfall)
• Curah hujan harian (daily-rainfall)
• Curah hujan bulanan dan tahunan
(monthly and annual rainfall)
• Hujan rata-rata
• Hujan titik dan hujan daerah (point
rainfall and areal rainfall)
• Intensitas curah hujan
03/25/24 25
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada curah hujan adalah :
• Intensitas curah hujan
• Sifat penyebaran
• Frekuensi
03/25/24 27
Untuk tipe “tipping bucket”, air hujan dari corong akan
masuk ke dalam salah satu ruang dalam “bucket”-nya,
yang apabila telah penuh, akan terjungkir dan signal
akan diteruskan pada recordernya
03/25/24 28
Contoh hasil catatan dari suatu rainfall-recorder
yang disederhanakan
corong grill
Bejana Ukur brush
tinggi
Ground level
Standard Raingauge Raingauge
MANNUAL RAINGAUGE
03/25/24 29
ke recorder
Automatic raingauge
(rain-recorder)
03/25/24 36
Cara Rata-Rata Aljabar
(Arithmatic Mean Method)
Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun yang
bersangkutan, untuk digunakan sebagai faktor koreksi (weighing factor) dalam
menghitung hujan rata-rata
03/25/24 38
pengamatan luas % luas pengamatan
X (mm) (ha/km2) berbobot
X1 y1 I1 X 1I 1
X2 y2 I2 X 2I 2
X3 y3 I3 X 3I 3
X4 y4 I4 X 4I 4
y XI
03/25/24 39
Cara Isohiet
(Isohyetal Method)
P1
P2
I Cara ini menggunakan isohiet
P3 sebagai garis-garis yang membagi
P4 daerah aliran sungai menjadi daerah-
II daerah, yang luasnya dipakai sebagai
faktor koreksi (weighing factor)
III dalam perhitungan
IV P5
03/25/24 40
Cara perhitungan sama dengan Cara Poligon Thiesen di atas,
dengan pengertian bahwa :
P1 P2 P2 P3
X1 X2
2 2
P3 P4 P4 P5
X3 X4
2 2
03/25/24 41
Menurut Whitmore (1960),
hujan rata-rata diperhitungkan dengan :
i (2a b)
r B
3a b
03/25/24 42
Perkiraan Data Hilang
I. “Normal Ratio Method”
II. “Inverseh Square Distance” atau “Reciprocal Method”
1 Nx Nx Nx
Px PA PB PC
3 NA NB NC
1 1 1
P A P B PC
2 2 2
(dXA) (dXB) (dXC)
PX
1 1 1
2
2
(dXA) (dXB) (dXC) 2
T. 50 tahun
tinggi hujan (mm)
T. 10 tahun
03/25/24 46
Intensitas (mm/jam) T = 100 tahun
T = 50 tahun
T = 10 tahun
03/25/24 47
6 jam
luas
12 jam
18 jam
tinggi hujan
03/25/24 49
Rumus Mononobe
2
R24 24 3
I
24 t
Keterangan :
I . t I 2 I 2 .t I
a
a N I 2 I I
I
tb
b
I I . t N I 2 .t
N I 2 I I
03/25/24 51
Rumus Sherman
a
I n
t
dengan penjelasan :
log a
log I log t 2 log t.log I log t
N log t 2 log t log t
keterangan :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = waktu curah hujan (menit)
a,b,n = konstanta
N = jumlah data
03/25/24 53
Intensitas Hujan, I (mm/jam) Intensity Duration Frequency (IDF)
(Halim Perdana Kusumah - Jakarta)
400
I100
300
I50
I25
200
I10
I5
100
1. Radiasi matahari
2. Temperatur
3. Kelembaban
4. Angin
1. Radiasi matahari
Radiasi matahari merupakan sumber utama panas.
Hal tersebut mempengaruhi jumlah evapotranspirasi
di atas permukaan bumi yang tergantung pada garis
lintang dan musim.
2. Temperatur
Semakin tinggi temperatur, semakin besar kemampuan
udara untuk menyerap uap air. Selain itu, semakin tinggi
temperatur, energi kinetik molekul air meningkat, sehingga
molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara
di atasnya dalam bentuk uap air.
3. Kelembaban
• Perbedaan tekanan uap menyebabkan terjadinya penguapan. Apabila jumlah uap air yang
masuk ke udara semakin banyak, tekanan uap airnya juga semakin tinggi. Akibatnya
perbedaan tekanan uap semakin kecil, sehingga menyebabkan berkurangnya laju
penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh uap air, tekanan udara telah
mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti.
4. Kecepatan angin
• Apabila proses evaporasi terus berlangsung, udara akan menjadi jenuh
terhadap uap air dan evaporasi akan terhenti. Agar proses penguapan
dapat berjalan terus, lapisan udara yang telah jenuh harus diganti
dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada
angin. Di daerah terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih
besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
Pengukuran Evaporasi
• Besarnya evaporasi dapat diperkirakan dengan
pendekatan teoritis maupun dengan pengukuran
langsung. Cara pertama memerlukan banyak data
meteorologi dan data penunjang lain yang tidak
selalu mudah didapatkan. Oleh karena itu
pengukuran langsung di lapangan sering dilakukan
untuk keperluan analisis secara lebih praktis.
1. Atmometer
25.4cm = 10”
Rangka kayu
4”
• Mengingat cara pengukuran tidak dapat mewakili
keadaan yang sebenarnya, hasil pengukuran
dengan panci evaporasi akan selalu lebih besar
dari nilai penguapan yang sesungguhnya. Untuk
itu, nilai penguapan yang sesungguhnya dapat
diperkirakan dengan mengalikan koefisien panci
(pan coefficient) yang besarnya antara 0.65-0.85
tergantung dari spesifikasi alat.
Panci Penguapan Tertanam
• Penggunaan alat panci penguapan tertanam
didasari pada kelemahan panci klas A tersebut,
yaitu dengan upaya memperhitungkan pengaruh
latent heat yang terdapat dalam tanah di sekitar
massa air yang menguap dengan cara memasang
panci masuk ke bawah permukaan tanah. Sebagai
contoh adalah Colorado sunken pan seperti dapat
dilihat pada gambar di bawah. Koefisien panci alat
ini besarnya 0.75-0.86.
3’x3’
4’’
3’
Panci Penguapan Terapung
• Untuk panci terapung, pada dasarnya bentuk alat
mirip dengan tipe lain. Alat tipe ini dapat
digunakan untuk mengukur penguapan di danau
atau waduk dimana alat diapungkan di atas ponton
yang diikat dengan angker dan dilengkapi dengan
kisi-kisi untuk mencegah terjadinya percikan air
(splashing) ke dalam panci penguapan. Ilustrasi
pemasangan alat tipe ini disajikan pada gambar di
bawah.
Kisi-kisi Kisi-kisi
Ponton
Angker
Angker
Perkiraan Evaporasi dengan Pendekatan
Teoritik
• Seperti telah disinggung pada uraian tentang fator-faktor yang mempengaruhi
laju penguapan, pendekatan teoritik untuk perkiraan nilai penguapan
memerlukan data parameter klimatologi.
• Data tersebut meliputi
– temperatur udara (T),
– kelembaban relatif udara atau relative humidity (RH),
– kecepatan angin pada ketinggian tertentu, yang umumnya diukur pada
ketinggian 2 m di atas permukaan tanah (U2),
– lama penyinaran matahari atau sunshine duration dalam jam (n),
– lama penyinaran matahari maksimum pada suatu hari tertentu di lokasi
pengukuran (N),
– radiasi matahari (Rn)
– dan kemungkinan data lain tergantung pada pendekatan yang digunakan
untuk menurunkan rumus empiris hitungan evaporasi.
Pendekatan Hitungan Evaporasi
I O S
dengan:
I = total inflow,
O = total outflow,
ΔS = selisih jumlah tampungan
Pendekatan Energy Balance Method
Surface
Rn =(1-α)Ri - Re
(1-α)Ri
Net radiation
Absorbed
absorved
Rn Ri 1 Re
Pendekatan Aerodynamic Method
E a Be as e a
dengan:
Ea = evaporasi dari muka air bebas selama periode
pengamatan,
B = faktor empiris tergantung kepada konstanta von
Karman (k), rapat massa udara (ρa), rapat massa air
(ρw), kecepatan angin pada 2 m di atas permukaan
(U2) dan tekanan udara ambient (p),
eas = tekanan uap jenuh di udara pada temperatur sama
dengan temperatur air,
ea = tekanan uap nyata pada ketinggian pengamatan.
Rumus Hitungan Perkiraan
Evapotranspirasi
• Hitungan perkiraan laju evapotranspirasi, yaitu
jumlah evaporasi dari permukaan tanah dan
transpirasi dari tanaman juga diturunkan dengan
memperhatikan faktor-faktor seperti halnya pada
penurunan rumus evaporasi.
• Persamaan yang umum digunakan diantaranya
adalah cara Penman dan Thornthwaite.
Rumus Thornthwaite
a 1, 514
10 Tm 12
Tm
ET 1,62 I
I m 1 5
Bulan Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agt. Sep. Okt. Nov Des.
Suhu (°C) 26,6 27,1 26,8 27,3 26,9 26,3 25,8 25,9 26,3 26,7 26,4 26,2
Penyelesaian
1, 514
12
Tm
I 150,11
m 1 5
(Lihat tabel di bawah)
• Kemudian dihitung nilai a berdasar nilai I yang
telah diperoleh:
a = 3,725
• Dari nilai a dan I yang telah diperoleh dan untuk
setiap nilai Tm, dihitung ET setiap bulan:
3, 725
10 Tm
ET 1,62
150,11
Bulan T m (°C) I ET (cm)
Dengan:
ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari),
W = faktor bobot temperatur,
Rn = radiasi neto ekuivalen dengan nilai evaporasi
(mm/hari),
f(u) = fungsi faktor kecepatan angin,
ea-ed = selisih tekanan uap jenuh dan nyata pada
temperatur udara (mbar),
c = faktor koreksi efek perubahan kondisi siang
malam.
Pengukuran Evaporasi dan
Evapotranspirasi
• Atmometer
• Panci Evaporasi
03/25/24 96
Perkiraan besarnya evaporasi
• Cara budget air
• E=P+IU–O S
• Cara budget energi
• Persamaan empiris
– Thornthwite
– Blaney – Criddle
– Penman
– Turc – Langbein – wundt
03/25/24 97
Contoh Perhitungan dengan cara Penman
03/25/24 98
Prosedur Perhitungan
a. data suhu udara (t) menghasilkan
a1. Tekanan uap jenuh ea (atau e sat) (tabel )
a2. kemiringan tekanan uap jenuh (tabel )
a3. Suhu absolut kelvin Ta = toC + 273
b. data kecepatan angin
b1. Tekanan uap air ed = h * ea
c. data lokasi atau gariis lintang (LS atau LU) didapat
c1. Harga radiasi maksimal RA (lihat tabel )
c2. Harga konstanta a dan b ( a = 0,2, b=0,8)
a = 0.29 dan b = 0,42 bb triadmodjo
c3. Lama kecerahan sinar matahari yang
mungkin
atau albedo (lihat tabel)
03/25/24 c4. Koefisien pemantulan/albedo(air bebas = 0,6) 99
d. Perhitungan
• d1. Parameter dari aliran uap (Ea)
Ea = 0,35(ea-ed) * (0,5+0,54 U2)
• d1. Radiasi benda hitam steven boleman
Ta4 = 118,0 * 10-9 * Ta
• d2. Radiasi bersih disimpan di tanah RI
RI = RA (1-r) (a + b* n/N)
• d3. Radiasi yang dipantulkan kembali
RB = Ta 4 (0,47 – 0,077/ed) (0,2 + 0,8 * n/N)
• d4. Jumlah bersih tenaga matahari yang tertinggal
H = RI – RB
• d5. Evaporasi air bebas
H/60 + *Ea
Eo = ---------------------
+
03/25/24 100
Contoh perhitungan
• Perhitungan dengan menggunakan Metode Penman
dilakukan dengan memasukkan parameter pencatatan
klimatologi di Stasiun Klimatologi yang berada pada
07˚52’ LS dan 110˚55’ BT dengan ketinggian +104,00 m.
Data klimatologi yang digunakan meliputi data
kelembaban udara, kecepatan angin, lama peyinaran
matahari, dan suhu udara. Contoh perhitungan
Evapotranspirasi menggunakan Metode Penman pada
bulan Januari adalah sebagai berikut:
03/25/24 101
Data
- Temperatur (t) = 26,51 ˚C
- Kelembaban relatif (h) = 83,91 %
- Kecepatan angin (U2) = 2,13 m/dt
- Rasio keawanan (n/N) = 43,51 %
- Koefisien pemantulan (r) = 0,25
03/25/24 102
Perhitungan dari tabel
- Radiasi angot (RA) = 945,16 cal/cm2/hari
(Tabel Lampiran Perhitungan.)
- Tekanan uap jenuh rata – rata (ea) = 26,04 mmHg
(Tabel Lampiran Perhitungan.)
- Tekanan uap jenuh air di udara (ed) = ea x h
= 26,04 x 83,91 %
= 21,85 mmHg
- Tangen lengkung tekanan uap jenuh (Δ) = 1,53 mmHg/˚C
(Tabel Lampiran perhitungan)
03/25/24 103
Contoh mencari nilai RA & ea
Angka Angot (RA) 26.51 Tekanan Uap Jenuh (ea)
LS Jan Jan Feb
0 885
10 965 26 25.31 26.0448 25.9099
lintang 7.9 948.2 27 26.74 0 0
7o52'
03/25/24 105
Menghitung Rb, H dan Ea
- RB
= Ta 4 0,47 0.077 ed 0,2 0,8 n
N
= 949,62 (0,47–0,077 21,85 ) (0,2+0,8.43,51 5)
= 57,28 cal/cm2/hari
-H = RI – RB
= 346,53 – 57,28
= 289,25 cal/cm2/hari
- Parameter aliran uap (Ea) = 0,35 ea ed 0,5 0,54 U 2
= 0,35 (26,04-21,85) (0,5+0,54. 2,13)
= 2,42 mm/hari
03/25/24 106
Menghitung Eto dan Eto 30 hari
H Ea
- Evapotranspirasi Potensial harian (Eto) = 60
1,53 289,25 0,49 2,42
= 60
1,53 0,49
= 4,24 mm/hari
- Evapotranspirasi Potensial bulanan = Eto x n hari
= 4,24 x 31
= 131,406 mm/bln
03/25/24 107
Hidrologi
SESI PERKULIAHAN
III & IV
03/25/24 108
INFILTRASI
• Infiltrasi
• Laju Infiltrasi
• Kapasitas Infiltrasi Kondisi permukaan,
struktur tanah, tumbuh-
tumbuhan, dan suhu
03/25/24 109
Kurva Kapasitas Infiltrasi
Kurva kapasitas infiltrasi limpasan permukaan
Bagian atas curah hujan lebih limpasan
detensi permukaan
Bagian bawah curah hujan yang meresap ke tanah
fo
fc
t Standard ICC
03/25/24 (Infiltration capacity curve) 110
Kecepatan Infiltrasi (Infiltration Rate)
Kurve Infiltrasi ; Horton, 1930 :
f fc fo - fc . e k.t
k kecil
kecepatan infiltrasi
i < fp fo
k besar
i > fp
fc fc
t t
Liku infiltrasi Variasi Infiltrasi dengan harga k
f = kapasitas infiltrasi pada suatu saat t (cm/jam)
fo = kapasitas infiltrasi permulaan
fc = kapasitas infiltrasi setelah mencapai harga tetap
k = konstante
t = waktu dihitung dari permulaan hujan
03/25/24 111
Persamaan Kurva Kapasitas Infiltrasi
Horton :
1
t log f f c log f o fc
K log e
1 1
t log f fc log f o fc
K log e K log e
03/25/24 113
1
m
K log
Bentuk e :
Umum y mx c
x log f f c
1
c log fo f c
K log e
K log10 e
Log10(f-fc)
03/25/24 115
Cara menentukan kapasitas infiltrasi :
1. Langsung Alat ukur infiltrasi
Infiltro meter
Rain simulator
Data hujan
Data limpasan
03/25/24 116
Analisis Hidrograf
Grafik hubungan antara waktu dan distribusi run off
117
03/25/24
Penting
• Infiltrasi dimulai pada saat mulai ada hujan lebih dan terus
terjadi meskipun hujan itu berhenti
40
• Curva
30
• infiltrasi
20
fa
10 fb
0
10 20 30 40 50 10 20 30 40
11,8 15,8
waktu
Run off, m3/detik
A = 100 m3 B = 150 m3
03/25/24 22 51 15 55 120
waktu
5 5 10
Pa 40 x 50 x 60 x 17,5 cm
60 60 60
15 10
Pb 45 x
35 x 17,08 cm
60 60
100
Qa 100 m 3 x 100 2 cm
5000
150
Qb 150 m 3 x 100 3 cm
5000
Fa Pa - Qa 17,5 - 2 15,5 cm
03/25/24 121
51 - 40
ta 20 23,67 menit
3
Fa 15,5
ta/2 11,84 menit fa 39,3 cm/jam
ta 23,67
Fb Pb - Qb 17,08 - 3 14,08 cm
55 - 35
tb 25 31,67 menit
3
tb/2 15,84 menit
Fb 14,08
fb 0,445 cm/menit
tb 31,67
26,40 cm/jam
03/25/24 122
Basin besar
• Periode ekstra kecil, dibanding dengan waktu terjadinya hujan
lebih diabaikan
• Hidrograf tidak sensitif mengikuti variasi curah hujan
Ada 3 metode
• Dari data hujan, tentukan intensitasnya, dan gambar sebagai pola intensitas
hujan
• Gambarkan hidrograf dari data aliran, tentukan base flow dan aliran langsung
• Jumlahkan aliran langsung, jumlahkan hujan yang ada
• Ubah aliran langsung tebal air
• Basin recharge : R - Q
• Cari lama hujan yang mungkin menyebabkan aliran langsung misal t
R -Q
Index Q
t
mm/jam
Hujan mm jam m3/dt jam m3/dt 9
8
16 - 17 0 16 200 3 315 7
17 - 18 1 17 200 4 280 6
5
18 - 19 11 18 200 5 260
4
19 - 20 8 19 265 6 230 3
2,43 Q
20 - 21 12 20 425 7 210 2
1
21 490 8 200 0
21 - 23 5 22 500 9 200 17 18 19 20 21 23 24 1 2 3
23 - 24 4 23 455 10 200 jam
500
24 - 1 2 24 425
m3/dt
1 - 2 1 1 390
2 - 3 0 2 350 200
03/25/24 125
jam
Waktu Aliran Aliran Aliran
(Pukul) Dasar Langsung
1770 x 3600
m3/dt m3/dt m3/dt Aliran langsung : 0,0254 m
250 x 10 6
18 200 200 0
19 265 200 65 25,4 mm
20 425 200 225
21 490 200 290
22 500 200 300 Trial t = 9 jam
23 455 200 255 Basin recharge : 44 - 25,4 = 18,6 mm
24 425 200 225 18,6
1 390 200 190 Index Q 2,1 mm 3 /jam
9
2 350 200 150
3 315 200 115 Hujan di bawah 2,1 mm/jam tidak efektif
4 280 200 80 Kontrol hujan eff : 40 - 6 . 2,1
5 260 200 60 = 40 - 12,6
6 230 200 30 = 27,40 25,4
7 210 200 10
8 200 200 0
14 1770
03/25/24 126
Trial t = 6 jam
Basin recharge : 40 - 25,4 = 14,6 mm
14,6
Index Q 2,43 mm 3 /jam
6
03/25/24 127
SESI PERKULIAHAN VII-VIII
HIDROMETRI
DAN ALIRAN
03/25/24
SUNGAI 128
HIDROMETRI :
• Ilmu utk mengukur air
• Ilmu utk mengumpulkan data dasar
bagi analisa hidrologi
• Data dasar :
Tinggi Muka Air (TMA)
DEBIT aliran
03/25/24 129
Tinggi Muka Air (TMA)
- Dengan Papan Duga (staff gauge)
03/25/24 130
Tinggi Muka Air (TMA)
- Dengan alat ukur otomatik
(Automatic Water Level recorder/AWLR)
Banjir ! !
?
03/25/24 131
Pengukuran Debit :
Area-Velocity method : Q = A.V
Current Meter
Q ( m3/detik)
Rating Curve
dimana ?.
debit
waktu
A Base flow:
Time Of Concentration: Debit minimum yg masih ada
waktu yg dibutuhkan oleh air krn adanya aliran keluar dari
utk mengalir dr titik yg terjauh akifer
03/25/24 134
sampai statiun pengukuran A
Berdasarkan kontinuitas aliran, SUNGAI :
• EPHEMERAL RIVERS:
- aliran pd saat hujan saja
- m.a.t. << dasar sungai
t
03/25/24 135
• INTERMITTEN RIVERS:
- aliran selama musim hujan dan tidak mengalir selama
musim kering (kecuali kalau ada hujan)
- m.a.t. << dasar sungai pd musim kering
hujan
kering
t
03/25/24 136
• PERENNIAL RIVERS:
- mengalir sepanjang tahun -> wouw…. rawan
- m.a.t. selalu >> dasar sungai banjir dong !
t
03/25/24 137
SESI VII
• MID SEMESTER
• KUNJUNGAN LAPANGAN
03/25/24 138
Sesi perkuliahan IX
03/25/24
139
Jump to first page
SIFAT-SIFAT DAERAH ALIRAN
(CATCHMENT) KECIL
DISTRIBUSI HUJAN DIANGGAP SAMA
SEPANJANG WAKTU DAN TEMPAT
03/25/24
140
Jump to first page
Pengertian :
Banjir
Aliran yang relatif lebih tinggi tidak tertampung lagi
oleh alur sungai / saluran
141
Jump to first page
Kala ulang
Selang waktu pengulangan banjir pada kurun
waktu tertentu (T) , mis : 5 tahunan, 10 tahunan
Probabilitas kejadian banjir
Kemungkinan terjadinya banjir pada sembarang tahun
(p)
Debit banjir rencana
Debit maksimum dari suatu sungai yang besarnya
didasarkan kala ulang tertentu
Debit desain
Debit banjir maksimum yang ditentukan
03/25/24
berdasarkan kala ulang, faktor keamanan, ekonomi,
dan142
sosial
Jump to first page
Metode rational
143
Jump to first page
Qp = Puncak debit
C = Koefisien run off
Qp = C . I . A I = Intensitas hujan rata-rata
A = Luas catchment
I A Q
Q = 2 ,7 8 O C . I . A m m /ja m ha l/d t
2
Q = 0 ,2 7 8 C . I . A m m /ja m km m 3/d t
Q = 1 ,0 0 8 C . I . A in c i/ ja m acre C fs = f3/d t
U S S U A L L Y
N E G L E C T E D
03/25/24
144
Jump to first page
Aplikasi Metode Rasional
Beberapa Qp pada area 1 km2 dengan
karakteristik sbb :
AA = 0,4 km 2 ; AB = 0,6 km2
CA = 0,6 ; CB = 0,3
tcA = 20 menit ; tcB = 60 menit A
B
Gunakan assumsi kala ulang (t) = 10 tahun
dengan fungsi IDF
1000T 0 , 2
I
(t r 20) 0 , 7
03/25/24
145
Jump to first page
SOLUSI
L a m a h u ja n tr I n te n s ita s H u ja n K o n tr ib u s i a r e a B
( m e n it) ( m m /ja m ) (k m 2)
20 1 1 9 ,8 3 0 ,2
30 1 0 2 ,5 0 0 ,3
40 9 0 ,2 2 0 ,4
50 8 0 ,9 9 0 ,5
60 7 3 ,7 6 0 ,6
ANALISA FREKUENSI
03/25/24 147
ANALISA FREKUENSI
Analisa yang dilakukan berdasarkan sifat
statistik data yang tersedia untuk memperoleh
probabilitas besar air hujan (debit) di masa yang
akan datang
Sifat statistik data yang akan datang dianggap
sama dengan sifat statistik data yang tersedia
Jenis distribusi frekuensi yang sering digunakan
1. Normal dan Log Normal
2. Pearson tipe III Log Person Type III.
3. Gumbel
03/25/24 148
I. DISTRIBUSI NORMAL
Px Luas dibawah kurva = 1
P( x ) P( x) 1
x x
• Untuk aplikasi digunakan tabel luas berdasar
x μ
t
03/25/24
σ 149
Contoh :
Suatu DPS mempunyai Rrata-rata = 2527 mm/th dan = 586
mm
/th.
Bila data hujan sebarannya normal, tentukan :
1.Peluang curah hujan kurang dari 2000 mm/th
2.Peluang curah hujan lebih dari 3500 mm/th
3.Peluang hujan antara 2400 dan 2700 mm/th
4.Bila hujan (R) rata-rata dihitung dari data 100 tahun,
berapa jumlah data yang R-nya antara 2400 2700 mm/th ?
03/25/24 150
Solusi
1.
tabel
2000 2527 x
2000 2527
t 0.899
586
P ( X 2000) P (t 0.8999) 0.1867
R 2000 mm berpeluang 18.67%
03/25/24 th 151
2.
25273500 x
3500 2527
t 1.66
586
P ( X 3500) P (t 1.66)
1 P (t 1.66) 1 0.9515
0.0485
Hujan 3500 mm berpeluang 4.85152%
03/25/24
th
3.
2400 2527
P ( x 2400) t
586
0.216
2700 2527
P ( x 2700) t
586
03/25/24
0.296 153
P(2400 x 2700) P(0.216 t 0.296)
P(t 0.296) P(t 0.216)
0.6141 0.4168 0.1973
Hujan antara 2400 2700 mm memp. peluang 19.75%
th
4.
Jumlah data
Jumlah data yang
yang curah
curah hujannya
hujannya antara
antara 2400-2700
2400-2700
mm
mm /th adalah
/th adalah == 0.1973
0.1973 xx 100
100 data
data
== 19.73
19.73 data
data
03/25/24 154
Analisa distribusi Grafis
Frekuensi Analitis
N 1 m
Rumus Weibul : T ; P
m N 1
Rumus Umum ; X T x k .s
Xt = nilai variat x pada periode ulang T tahun
x = nilai variat x rat-rata
03/25/24 155
k = faktor frekuensi ; s = standart deviasi
II DISTRIBUSI GUMBLE
S
X X (Y Yn )
Sn
Rumus Umum Garis Lurus
X X k.S
Gumbel X T X k.S
03/25/24 158
Q/R
Q/Rrencana
rencana(design
(designflood)
flood)
Nilai kala ulang (return periode yang
ditetapkan)
T
03/25/24 159
Besaran banjir untuk
Besaran banjir untuk
Design flood menentukan dimensi
menentukan dimensi
bangunan - bangunan hidro-
bangunan - bangunan hidro-
lik sehingga kerusakan
lik sehingga kerusakan
yang ditimbulkan oleh
Debit puncak yang ditimbulkan oleh
banjir tidak boleh terjadi
Volume banjir banjir tidak boleh terjadi
selama besaran banjir itu
selama besaran banjir itu
TMA tidak terlampaui
tidak terlampaui
hidrograf
03/25/24 160
Penetapan banjir Rancangan
(QR)
Tergantung :
1. Data yang tersedia
2. Daerah yang dilindungi Teknis
Teknis
3. Dana yang ada Ekonomi
Ekonomi
4. Ukuran / jenis proyek Sosial
Sosial
5. Kebijaksanaan politik Keuangan
Keuangan
03/25/24 161
Dalam praktek analisis hidrologi :
Teknis cara penetapan QR dipengaruhi :
• Data yang ada
• Tingkat ketelitian
• DAS yang ditinjau
Diragukan kesesuaian
Weduwen, Melchior, Havpers dengan kondisi Ind. (Sri
Harto, ’85)
Penyimpangan
89,72 % 85,26 % 55,01 % dibandingkan dengan
03/25/24 164
analisis frekuensi data debit
4.Probable Maximum Flood (PMF)
• Q>>>> bangunan sangat mahal
• Untuk bangunan multipurpose dan menyangkut
“human life” (spillway pada bendungan)
• Probable maximum precipitation (PMP) digunakan
jika data debit tidak ada
Estimasi PMP : X Max X n K Max .Sn
15 ( hershfield '61 )
Contoh penggunaaan PMF : Bend. Jatiluhur, Wadaslintang,
Mrica, Wonogiri, Saguling, Cirata, Bili-bili
03/25/24 165
5.Analisis frekuensi (cara Statistik)
• Cara terbaik dengan memanfaatkan langsung data aliran
sungai
• Distribusi normal, Log Normal, Log-PersonIII, Gumble
Urutan analisis
1. Parameter : x ,S, Cv, Cs, Ck
2. Urutkan data dari besar kecil
3. Plot pada kertas
4. Tarik garis (curve fitting) dengan metode : Graphical(visual),
least square, moment, maximum likelly hood
03/25/24 167
Sesi perkuliahan XII/XIII/XV
Banjir : aliran yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh
alur sungai /saluran
n
Kala ulang
Selang waktu pengulangan suatu kejadian (banjir)
pada kurun waktu tertentu (T), misal : 5 th, 10 th,
…100 th.
Debit desain
Debit banjir maksimum yang ditentukan berdasarkan
kala ulang, faktor keamanan, ekonomi, dan sosial
03/25/24 171
PERHITUNGAN DEBIT
BANJIR (RENCANA)
Data yang diperlukan :
Karakteristik Daerah Pengaliran Sungai (DPS)
(luas, kemiringan, bentuk, data-data geologi,…
dll)
Hujan : tinggi curah hujan, intensitas hujan,
periode pencatatan.
Debit sungai debit banjir tahunan
Morfologi sungaai :~ L, B, i, n
03/25/24 172
Metode penghitungan :
Rumus Empiris DAS kecil.
Prosedur Statistik
Unit hidrograf
03/25/24 174
Variabel statistik hidrologi
• Kontinyu ( a)
• Deskrit (b)
500
400
Tgl Jam H Q
300
1-1-76 12.00 0.5 4
Debit m3/det
100
3-12-80 4.30 0.4 2.5
0
J F M A M J J A S O N D
Bulan
A) Continous
03/25/24
Time Series B) Discontinous Time Series
175
Var. debit Q = 100 m3/det
03/25/24 176
3 Nilai data
Devasi rata- Nilai rata - rata penyim-pangan
mutlak dari rata -rata hitungan
rata untuk semua nilai variat
Penyimpangan
n
1
MD
n
i 1
xi x
(x i x) 2
(x i x) 2
S i 1
S
2 i 1
n n
Deviasi standar Varian
S>>> penyebaran data sangat besar terhadap nilai rata-ratanya
••Koefisien
Koefisien variasi
variasi (CV
(CV == variation
variation coefficient)
coefficient)
S S = deviasi standar
CV x = rata-rata hitung
x
S
03/25/24 persen : CV
dalam 100 % 178
x
•Kemencengan (skewness)
= nilai yang menunjukkan derajat ketidak simetrisan dari
suatu bentuk distribusi
α
CS 3 (untuk populasi)
σ
α S = deviasi
CS 3 (untuk Sample)
S standar
n
a n
(n - 1)(n - 2) xi x
3
03/25/24 i 1 179
frekuensi
frekuensi
x Md nilai Md x nilai
frekuensi
nilai
x Md
•Median (Md) = nilai tengah dari suatu distribusi
= variabel yang membagi distribusi menjadi 2
03/25/24 bagian yang sama 180
1. Distribusi Normal
Data debit hujan yang telah dihitung besar periode
ulangnya, jika digambarkan pada kertas grafik
peluangnya garis lurus
03/25/24 185
Prosedur menentukan kurve distribusi log pearson
tipe III
S log x
n 1
n log x- log x
3
Penelusuran Banjir
(FLOOD ROUTING)
03/25/24 189
Penelusurn Banjir Di Sungai
TUJUAN
Menentukan UH dibeberapa lokasi bedasarkan UH
dari tempat lain di sungai yang sama
Peramalan banjir jangka pendek
METODE MUSKINGUM
Penelusuran banjir sungai dengan assumsi
Tidak ada anak sungai yang masuk
Penambahan /pengurangan air diabaikan
Hidrograf diket Hidrograf
dicari = ?
A
03/25/24 B 190
Persamaan kontinuitas : I - O = S .................
S
m3
X = X3
X = X1 X = X2
xI + (1-x)O m3/dtk
S
K = tg x ( I ) (1 x )O .............dt
03/25/24 193
Contoh
I
Pada bagian sungai A - B
A
I = debit masuk di A data
B O
O = debit keluar di B data
Hitung K dan X dari ke-2 data tersebut
Hitung hidrograf debit keluar di B jika diketahui I di A pada lain
periode.
(lihat Hidrologi teknik - CD Soemarto hal 182-188)
03/25/24 194
Penelusuran Banjir Di Waduk
I ds/dt ds
I O
dt
O
S
I = inflow
O
O = outflow
S = Storage
I1 I 2 O1 O2 S 2 S1
2 2 t
03/25/24 195
2S2 2 S1
O2 I1 I 2 O1
t t
Unknown Known
(belum diketahui) (sudah diketahui)
03/25/24 196
Contoh Reservoir
Reservoirrouting
routingmelalui
melaluipelimpah
pelimpah
Diketahui
Diketahui:: --lebar
lebarspillway
spillway==10
10m
m
--coef
coefdebit
debit==Cd
Cd==1,7
1,7
--Elevasi
Elevasipuncak
puncakSpillway
Spillway== ++1070
1070m
m
--Elevasi
Elevasipuncak
puncakDam
Dam== ++1076
1076m
m
--Base
BaseFlow
Flow17
17m3/dtk
m3/dtk
--Elevasi
Elevasiawal
awalwaduk
waduk== ++1071
1071m
m
** Dengan
Denganmelakukan
melakukanrouting,
routing,berapa
berapaelevasi
elevasimaximum
maximum
muka
mukaair
airwaduk?
waduk?
** Gambar
Gambaroutflow
outflowhidrograf
hidrograf
(lihat
(lihatVictor
03/25/24M.
Victor M.Ponce,
Ponce,Engineering
EngineeringHydroogy,
Hydroogy,hal
hal261-263)
261-263)197