Anda di halaman 1dari 31

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

“KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN


PEMERINTAHAN DAERAH”
(DISAMPAIKAN PADA RAKORNAS APIP TAHUN 2016)

S U M AT E R A K A L IM A N TA N

IR IA N J AYA

J AVA

Oleh :
INSPEKTUR JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

1
JAKARTA, AGUSTUS 2016
O ESENSI PENGAWASAN PEMDA
U
T KONDISI & TANTANGAN PEMDA
L
I KEBIJAKAN & HASIL PENGAWASAN
N
E
PENUTUP

2
PENGAWASAN SEBAGAI BINGKAI
PEMBERDAYAAN DAERAH

Langkah akhir untuk memperkuat Otonomi


Daerah adalah adanya mekanisme
pembinaan, pengawasan, pemberdayaan,
serta sanksi yang jelas dan tegas. Adanya
pembinaan dan pengawasan serta sanksi yang
tegas dan jelas tersebut memerlukan adanya
kejelasan tugas pembinaan, pengawasan dari
Kementerian yang melakukan pembinaan dan
pengawasan umum serta kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian yang
melaksanakan pembinaan teknis. Sinergi
antara pembinaan dan pengawasan umum
dengan pembinaan dan pengawasan teknis
akan memberdayakan Daerah dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Source : Lampiran UU Nomor 23 Tahun 2014 3


PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMDA

PEMERINTAH

PASAL 8 ayat (3)


Pembinaan Pengawasan BINWAS Secara Nas.
koordinasikan Mendagri

Mendagri K/L

Binwas Umum Binwas Teknis

Provinsi

Gubernur sbg wakil Pem. Binwas umum &


teknis (Pasal 378 ayat 1 UU 23/2014)
Kab/Kota

4
Source: dioah, 2015
- Pengawasan Umum
- Penjatuhan sanksi administrasi

- Sbg bentuk partisipasi


dalam pemerintahan
- Pengawasan - Pengawasan Teknis
pelayanan
publik
MEN
DAGRI

MASYA MENTRI
RAKAT K/L

WAS
PEMDA
- Pengendalian Pemda
- Pengawasan Perangkat
Pengawasan Umum Kab/ GWPP KDH Daerah
Kota

DPRD

Secara nasional
dikoordinasikan Mendagri
- Pelaksanaan Perda/Perkada
- Peraturan perundang-
undangan
- Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 5
PENGAWASAN PEMDA
PENGAWASAN UMUM PENGAWASAN TEKNIS PENGAWASAN
PERANGKAT DAERAH
pembagian Urusan Pengawasan terhadap
Pemerintahan teknis pelaksanaan Pengawasan oleh Kepala
kelembagaan Daerah substansi urusan Daerah atas
kepegawaian pada pemerintahan yang penyelenggaraan
Perangkat Daerah diserahkan kepada pemerintahan daerah
daerah otonom oleh masing-masing
keuangan Daerah
perangkat daerah
pembangunan Daerah
Pengawasan atas
pelayanan publik di
penerapan SPM/NSKP di
Daerah
daerah sesuai dengan
kerja sama Daerah bidang urusan
kebijakan Daerah pemerintahan masing-
masing K/L
kepala daerah dan DPRD
bentuk pengawasan lain

DILAKSANAKAN OLEH APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH


6
7
8
9
10
KONDISI DAN TANTANGAN PEMDA
100 95%
90 85% 86%
80% 80%
80 75% 76%

70 65%
60% 60%
60
50%
50 45%
40 33%
27,3% 30%
3023 %
18%
20 8.5
3.4 3.4 6.8
10 1 3 1 3 2.2 2.2
0,8% 0% 0%
0
rov ab ta PIP PIP rov ots roc rov ota SN rov ota SIN asy
P P K Ko S A P /k -P P K A
t P b/k m
P T P n s ik b e B b / e v
T W a a a i m o n
W i T
ng ilit Ba K ila Ka lis -G t K
a
sa
i W a
in pin ini ata ab IP aik n
i B na e
ov pu
p O p ap K B B a a g e
O O Kem K SA ip R il sio e- k
k N f e y
Sa RB Pro r ve
Su

2015 2019
Sumber : RPJMN 2015-2019 11
TANTANGAN GLOBAL

12
KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMDA

Jakwas merupakan acuan, sasaran dan prioritas pengawasan dalam


pelaksanaan pembinaan dan pengawasan di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian/Lembaga dan Pemerintahan Daerah.
mensinergikan
meningkatkan
pengawasan
penjaminan mutu

ITJEN K/L ITJEN IT PROV INS KAB/KOTA


KEMENDAGRI
 DK/TP  Binwas urusan
 PHLN Provinsi Membina dan
+ Was Umum  Was Umum mengawasi
 BIN URUSAN
Provinsi Kab/Kota urusan pemda
TEKNIS
 WAS TEKNIS (GWPP)

13
KEBIJAKAN PENGAWASAN 2016
• Pengelolaan tugas dan
fungsi;
• Keuangan, barang, • Pelaksanaan Urusan Prov;
• kepegawaian;
• Penanganan Pengaduan;
• Reviu RKA K/L, Lap
• Pengarusutaman Gender;
Keu dan LAKIP;
• Evaluasi SPIP • Izin Tambang;
• Pengaduan masyarakat • Dana pendidikan;
• Pemeriksaan hibah • Pendampingan
• Pendampingan,/
asistensi
• DK/TP/DAK
Binwas di Binwas di
Kemendagri Provinsi

Percepatan
menuju GG,
• Mengawal Reformasi CG & yan di Penunjang • Penyusunan regulasi;
Birokrasi Kemendagri • Penyusunan
• Stranas Pencegahan dan dan Pemda pedoman/standar di
Pemberantasan Korupsi bidang pengawasan;

• Koordinasi program
• Penguatan SPIP
• Pemantauan TLHP pengawasan;
• Pemantauan isu strategis • Tugas lain sesuai kebijakan
Menteri Dalam Negeri,
14
ARAH PENGAWASAN 2016
PENGAWASAN TEKNIS
Pendidikan Program Indonesia Pintar; Kurikulum 2013; dan Peningkatan Mutu
Guru

Kebudayaan Gerakan standardisasi bahasa Indonesia

Kesehatan Angka Kematian Ibu dan Anak; dan peningkatan Gizi Masyarakat

Pekerjaan Umum dan Mendukung kedaulatan pangan  bendungan, irigasi, dan


Perumahan Rakyat ketersediaan air

Perumahan dan Kawasan Program Sejuta Rumah; dan kualitas permukiman


Permukiman

Ketentraman, Ketertiban penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;


Umum dan Linmas penanggulangan bencana; pemetaan rawan kebakaran

Sosial Komunitas Adat Terpencil (KAT); penertiban pengumpulan sumbangan


dan undian, penanganan korban NAPZA

Kelautan dan Perikanan Penerbitan izin usaha perikanan tangkap untuk kapal perikanan

Energi dan Sumber Daya fokus penetapan dan penerbitan wilayah izin usaha pertambangan
Mineral

Kehutanan pemanfaatan hutan di kawasan hutan produksi dan hutan lindung


15
ARAH PENGAWASAN 2016
PENGAWASAN UMUM
Pembagian Urusan Kelembagaan dan Kepegawaian pada Perangkat Daerah, yang
Pemerintahan berkaitan dengan Penyerahan Personil, Perlengkapan, Pembiayaan
dan Dokumen (P3D) urusan pendidikan menengah, kelautan, energi
dan sumber daya mineral

Kebudayaan Pembinaan wawasan kebangsaan dan penanganan konflik sosial

Kesehatan Penyusunan profil kependudukan provinsi dan pengawasan atas


pelayanan pendaftaran penduduk di Kabupaten/Kota;

Keuangan Daerah Pemanfaatan Pendapatan Asli Daerah (PAD); Dana perimbangan;


pemanfaatan Aset Daerah; dan dukungan anggaran Pilkada 2017

Pembangunan dan Konsistensi kebijakan perencanaan dan penganggaran; evaluasi


Perencanaan Daerah capaian daya serap pendanaan; dan capaian kinerja penyelenggaraan
urusan pemerintahan daerah pelayanan dasar

Pelayanan Publik daerah Perijinan dan SOP Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

Kebijakan Daerah Pembatalan Peraturan Daerah Provinsi; dan penerapan NSPK serta
SPM urusan wajib pelayanan dasar

Kepegawaian Daerah Antisipasi mutasi PNS menjelang Pilkada Tahun 2017; rekruitmen
serta pemberhentian dalam jabatan dan pembinaan jabatan
fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
(P2UPD) 16
PROFIL HASIL PENGAWASAN PEMDA
(2015)

PENGAWASAN KINERJA PEMERIKSAAN KHUSUS

6% 10%
6%
10%

9%
50%
42% 15%

10%
15%

Kebijakan Keuangan dan aset


Kepegawaian Kepegawaian
Proglegda
27%tidak tercapai Penyalahgunaan wewenang
Konsistensi Perencanaan daerah Keuangan
Kepatuhan Tata Ruang Aset
Tapal Batas Minerba
17
PETA MASALAH
Kebijakan Keuangan dan aset • Belum terdapat Perda Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan
dan Barang Milik Daerah
• Sistem dan prosedur belum memadai
• Aset Daerah dikuasai pihak lain / sengketa
Kepegawaian • Mutasi tanpa melalui proses Baperjakat
• Mutasi pejabat Eselon II Kab/Kota tidak dikonsultasikan
kepada Gubernur
• Pengelolaan administrasi kepegawaian belum tertib seperti
SK tidak tepat waktu
Prolegda Tidak Tercapai Pemabahasan Ranperda eksekutif dan DPRD tidak sesuai
dengan tahapan
Konsistensi Perencanaan • Terdapat anggaran yang tidak tercantum dalam KUA PPAS
Daerah • KUA PPAS tidak konsisten dengan RKPD dan Renja
Kepatuhan Tata Ruang • Perda RTRW belum dibuat/sinkron
• Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah belum optimal
seperti melakukan pemantauan
Pengelolaan Tapal Batas • Sengketa batas antar Kabupaten/Kota belum diselesaiakan
• Belum terdapat kesepakatan penegasan batas daerah
Penyalahgunaan Wewenang • KDH tidak mematuhi peraturan yang lebih tinggi seperti
kasus lokasi ibu kota tidak sesuai Undang-Undang
• Dugaan pungutan liar pada perizinan dan pengangkatan PNS
Minerba • Pemberian izin tidak sesuai ketentuan
• Pedapatan daerah dari hasil minerba terlambat/belum
disetor
18
AREA RAWAN KORUPSI
sd 2010 2011 2012
2013 2014
32

Belanja 11
Penyusuna
Perjalanan 4 4 5
n Anggaran
Dinas
JUMLAH KDH di KPK

Pajak dan Rp.1,42 T Rp1,40 T


Belanja Retribusi
Hibah dan daerah
Bansos (Penerimaa
n Daerah) Rp373 M

Pengadaa KERUGIAN DAERAH LKPD 2014


n Barang Kerugian
dan Jasa Potensi Kerugian
Kekurangan Penerimaan

Sambutan Mendagri hari Anti Korupsi Se Dunia Tahun 2014, diolah


19
1. Proposal Permohonan Penerima Hibah
atas Barang Tidak Sesuai
2. Bukti Pertanggungjawaban atas Kegiatan
Reses DPRD Tidak Dapat Diyakini
3. Realisasi Belanja Honorarium PNS pada
DPPKD Tidak Tertib
4. Pembayaran Tambahan Penghasilan
Berdasarkan Beban Kerja Tidak Tertib
5. Kelengkapan Dokumen Pengajuan dan
Laporan Penggunaan Bansos Tidak Ada,
serta Realisasi Belanja Bansos Tidak
Terencana
6. Hibah Diberikan Selama 4 Tahun
1. Pengeluaran Persediaan Barang 1. Penatausahaan Piutang Berturut-Turut 1. Pengelolaan kas umum
yang Dihibahkan Tidak Sesuai Pajak dan Piutang Pajak 7. Perencanaan dan Pelaksanaan Pengadaan daerah tidak memadai
2. Investasi Jangka Panjang pada Hibah Barang kepada Pihak ke III Tidak
Kedaluwarsa Tidak 2. Kekurangan Kas Tunai
Perusahaan Milik Tepat, dan Pendistribusian yang
Daerah/BUMD Tidak Memadai Memadai pada Bendahara
dilakukan oleh Pihak ke III Tidak Tepat Pengeluaran
3. Penganggaran Belanja 2. Pengelolaan Pendapatan
Sasaran 3. Sistem Pencatatan dan
Pemiliharaan Tidak Tepat Pajak Air Permukaan 8. Pihak ke III Menggunakan Dana Hibah Pelaporan Persediaan
4. Proposal Permohonan Penerima Tidak Optimal tahun sebelumnya dan Dana Hibah yang Belum Memadai
Hibah atas Barang Tidak Sesuai 3. Penatausahaan dan Belum Dipertanggungjawabkan 4. Tata Kelola Aset Tetap
5. Mekanisme Penganggaran Hibah 9. Belanja Hibah Tidak Sesuai Ketentuan
Pengendalian Pendapatan Tidak Memadai
Tidak Sesuai Ketentuan, dan Belum Diterima Masyarakat
6. Penerimaan Pegawai non PNS Retribusi Daerah Kurang 5. Saldo Akhir Konstruksi
10. Pengawasan Paket Pekerjaan Tidak Tidak Dapat Diyakini
Membebani APBD Memadai
Dilaksanakan Sesuai KAK 6. Pertanggungjawaban
7. Hibah Diberikan Selama 4 4. Penatausahaan Pajak 11. Pengadaan Kapal dan Alat tangkap Bantuan Keuangan
Tahun Berturut-Turut Bahan Bakar Kendaraan sebagai hibah tidak sesuai ketentuan, Kepada Partai Politik
8. Perencanaan dan Pelaksanaan Bermotor Tidak Sesuai terdapat denda keterlambatan dan Terlambat Disampaikan
Pengadaan Hibah Barang
Ketentuan dan Tidak kekurangan item pekerjaan dan Belum
kepada Pihak ke III Tidak Tepat, 12. Belanja perawatan kendaraan bermotor
dan Pendistribusian yang Optimal Dipertanggungjawabkan
tidak didukung bukti 7. Wanprestasi atas
dilakukan oleh Pihak ke III Tidak 5. Denda pajak kurang
pertanggungjawaban yang valid pekerjaan belum
Tepat Sasaran pungut dan belum 13. paket pekerjaan pada belum diselesaikan dikenakan sanksi sesuai
9. Penganggaran atas Belanja Uang dipungut klaim jaminan pelaksanaannya ketentuan dan denda
untuk Diberikan kepada Pihak 14. Pengadaan alat laboratorium umum
Ketiga/Masyarakat Tidak Tepat belum dikenakan denda keterlambatan

4
dan Pelaksanaan Pemberian 15. Duplikasi pengeluaran belanja perjalanan
Hadiah Prestasi Bidang dinas dan salah pembebanan
Keagamaan Tidak Sesuai 16. Kekurangan volume pekerjaan
Ketentuan 17. Pekerjaan tidak dilaksanakan sesuai

2
spesifikasi PERTANGGUNGJAWABAN

1 PENDAPATAN DAERAH 3
PERENCANAAN &
PENGANGGARAN BELANJA DAERAH
21
22
DAMPAK KORUPSI BAGI PEMERINTAH DAERAH

RUMUS

C = M+D-A penerimaa
n daerah
GONE berkurang

C= N + K
C=O+M+R Bertambahn
Munculnya
ya masalah
C=P-A sosial dan
ekonomi
biaya tinggi
kriminal

REPR PREV Meningkat


Rendahnya
EDUC kemiskina
kualitas
ESSIV ENTIV n dan
infrastrukt
ATIVE penganggu
ur dan
E E rn Kelanjutan pelayanan
publik
I
P K O RU P S pembangu
HP 3
S I D AERA pres 1 201 nan
K
A NA A dan In
RENC s 55/2012 daerah
e
Perpr tidak
terjamin
C = Corruption ; M = Monopoly ; D = Discretion; A = Accountability; G= Greedy
N = Need; P = Power N = Niat; K = Kesempatan; O = Opportunity; M = Motive; 23
R= Rationalization
P
R
I FAKTOR PENYEBAB
L
A
K
U Berikan saya 100 peti mati. 99 akan saya kirim
I untuk para koruptor, dan 1 untuk saya sendiri
N jika saya pun melakukan hal yang sama. (Zhu
S D Rongjhi)
I I
V
I S I
Di negera di mana korupsinya parah, pasti di
N T D sana undang-undangnya berlimpah. (Tacitus)
U
T E Korupsi merupakan sumber kehancuran
E M terbesar masyarakat saat ini (Olusegun
K G Obasanjo)

O R
Yang menumbuhkan kejahatan korupsi
M I seringkali adalah ketidakpedulian kita sendiri
I T (Bess Myerson)
T A
S Masa depan pembrantasan korupsi sedang
M dipertaruhkan hari-hari ini. Indonesia yang lebih
E bersih atau Indonesia yang akan membusuk.
N (Goenawan Mohamad)

24
UPAYA BINWAS KEMENDAGRI

Fasilitasi Pengawasn
Regulasi

- membangun Zona Integritas,


Tunas Integritas; Unit - Optimalisasi
Penyempurnaan PP terkait Pengendalian Gratifikasi, pembinaan dan
Pengelolaan Keuangan Daerah Whistle Blower System pengawasan
Penyempurnaan RPP Binwas - mendorong pemerintahan - Sinergi
Penyusunan RPP Sanksi daerah memiliki peta risiko pengawasan
Adminsitrasi kepada KDH dan - Asistensi penyusnan - Reviu Dokumen
DPRD dokumen anggaran dan Perencanaan dan
belanja Anggaran Tahuan
- Asistensi Pertanggung - Penerapan sanksi
jawaban APBD administrasi

25
SE MENDAGRI NO. 700/025/A.4/IJ TANGGAL 13 JANUARI 2016
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU DOKUMEN RENCANA
PEMBANGUNAN DAN ANGGARAN TAHUNAN DAERAH

 DASARHUKUM
 CAKUPAN
• SUSUNAN TIM
• JADWAL
• TEKNIS REVIU
• PERNYATAAN HASIL REVIU
• PELAPORAN

26
TAHAPAN DAN TATA CARA REVIU
(SESUAI DENGAN SE MENDAGRI NO. 700/025/A.4/IJ TANGGAL 13 JANUARI 2016
DAN SE MENDAGRI NO. 050/795/SJ)

Gubernur, Bupati/Walikota Menugaskan APIP Untuk Melakukan Reviu


Terhadap Dokumen Perencanaan Dan Penganggaran

1. TAHAP PERENCANAAN, meliputi kegiatan untuk memilih dan menentukan objek reviu,
melakukan usulan penugasan reviu dan mempersiapkan bahan penyusunan Program Kerja
Reviu.
2. TAHAP PELAKSANAAN, mencakup kegiatan penelaahan dokumen rencana pembangunan
dan anggaran tahunan daerah.
3. TAHAP PELAPORAN HASIL REVIU, mencakup kegiatan penyusunan Catatan Hasil
Reviu (CHR) dan Laporan Hasil Reviu (LHR).

 Kegiatan reviu dilaksanakan secara objektif oleh auditor APIP lingkup pemerintah
provinsi/kabupaten/kota dan dituangkan dalam Rencana Kerja Pengawasan Tahunan dan
Program Kerja Pengawasan Tahunan.

 Prinsip obyektivitas mensyaratkan agar APIP provinsi/kabupaten/kota yang tergabung


dalam Tim melaksanakan reviu dengan jujur dan tidak mengompromikan kualitas. Pereviu
harus membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi
oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.

27
LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil monitoring Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah
Kementerian Dalam Negeri Tahun 2013, menunjukan bahwa dokumen perencanaan
pembangunan daerah belum menjadi landasan dalam penganggaran.

Hal tersebut tergambar dari besarnya Inkonsistensi RPJMD-RKPD-PPAS-


perbedaaan (inkonsistensi) antara APBD Provinsi Tahun 2013
program dan pagu yang direncanakan
dengan yang dianggarkan.
• 17,07% program dan 85,84% pagu
program yang ditetapkan dalam Perda ttg
RPJMD Provinsi tidak dijabarkan kedalam
peraturan gubernur tentang RKPD

• RPJMD dgn PPAS, inkonsistensi program


mencapai 25,03% dengan pagu anggaran
mencapai 97,49%

• RPJMD dengan APBD, inkonsistensi


program menurun menjadi hanya 14,70%
tetapi pagu anggaran semakin meningkat
menjadi 103,04%.
28
UNSUR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI INKONSISTENSI
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
KONTRIBUSI
NO UNSUR THD KETERANGAN
INKONSISTENSI
kebijakan nasional seperti pembentukan
perangkat daerah perintah dari UU , dana
1 PEMERINTAH 23% pendamping mendukung program
nasional seperti DAK dan tugas
pembantuan
untuk menampung aspirasi para
2 DPRD 28% konstituen di daerah pemilihan ketika
anggota DPRD melakukan reses

kebijakan reaktif di luar janji-janji politik


3 GUBERNUR 18%
KDH yang ditetapkan dalam RPJMD

usulan-usulan program, kegiatan dan


4 SKPD 18% pagu anggaran SKPD yang melampaui
Renstra-PD
usulan kebutuhan baru disampaikan
dalam penyusunan rencana tahunan
5 MASYARAKAT 6%
khususnya untuk memperoleh dana hibah
dan bantuan

mitigasi bencana, melonjaknya sisa lebih


6 LAIN-LAIN 7%
perhitungan anggaran
29
PERMASALAHAN PENGANGGARAN
 RKA-SKPD belum konsisten terhadap kaidah-kaidah perencanaan dan
belum disusun dengan baik dan tepat sesuai dengan kaidah-kaidah
penganggaran
 informasi dalam dokumen RKA-SKPD kerapkali tidak terukur dan
melenceng dari tujuan yang direncanakan
 penganggaran belanja yang belum optimal juga berdampak kepada
penyerapan APBD yang tidak maksimal dan cenderung terjadi
penyerapan pada akhir tahun
 kualitas belanja APBD masih belum optimal dalam mendukung
sasaran pembangunan nasional dan daerah
 Hasil pemeriksaan BPK atau Reviu oleh Inspektorat atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah masih ditemui adanya kesalahan
penganggaran, berupa salah klasifikasi belanja ataupun penempatan
anggaran belanja bila sedemikian material tingkat kesalahan
penganggaran tentu akan mempengaruhi dalam pemberian opini oleh
BPK.

30
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

TERIMA KASIH

S U M AT E R A K A L IM A N TA N

IR IA N J AYA

J AVA

Anda mungkin juga menyukai