Anda di halaman 1dari 52

Modul I

Sub Pokok Bahasan : 1. Tugas & Fungsi DJBC 2. Sejarah UU Kepabeanan 3. Aspek-aspek UU Kepabeanan 4. Hal-hal baru yang diatur UU Kepabeanan 5. Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Tugas & Fungsi Customs :

1.Revenue Collector 2.Trade Facilitator 3.Community Protector

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC :


Tugas Pokok :
Melaksanakan sebagian tugas pokok departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk Atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC :


Fungsi :
1. Perumusan kebijaksanaan teknis dibidang kepabeanan dan cukai, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri dan peraturan perundangundangan yang berlaku 2. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri dan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC :


Fungsi :
3. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan lainnya yang pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku 4. Perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan, kemudahan, ketatalaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Tugas Pokok dan Fungsi DJBC :


Fungsi :
5. Pencegahan pelanggaran, penindakan serta penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

SEJARAH UU KEPABEAN
Berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 Indische Tarief Wet (Undang-undang Tarif Indonesia) Staatsblad Tahun 1873 Nomor 35, Rechten Ordonnantie (Ordonansi Bea) Staatsblad Tahun 1882 Nomor 240, dan Tarief Ordonnantie (Ordonansi Tarif) Staatsblad Tahun 1910 Nomor 628

SEJARAH UU KEPABEAN
Produk UU yang lahir berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan Berlaku 1 Maret 1997 UU No 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

Aspek-aspek UU Kepabeanan
1. Keadilan 2. Pemberian insentif 3. Netralitas dalam pemungutan Bea Masuk 4. Kelayakan administrasi 5. Kepentingan penerimaan negara 6. Penerapan pengawasan dan sanksi 7. Wawasan Nusantara 8. Praktek kepabeanan internasional

Aspek-aspek UU Kepabeanan
1. Keadilan Keadilan, sehingga Kewajiban Pabean hanya dibebankan kepada masyarakat yang melakukan kegiatan kepabeanan dan terhadap mereka diperlakukan sama dalam hal dan kondisi yang sama;

Aspek-aspek UU Kepabeanan
2. Pemberian insentif Pemberian insentif yang akan memberikan manfaat pertumbuhan perekonomian nasional yang antara lain berupa fasilitas Tempat Penimbunan Berikat, pembebasan Bea Masuk atas impor mesin dan bahan baku dalam rangka ekspor, dan pemberian persetujuan impor barang sebelum pelunasan Bea Masuk dilakukan;

Aspek-aspek UU Kepabeanan
3. Netralitas dalam pemungutan Bea Masuk Netralitas dalam pemungutan Bea Masuk, sehingga distorsi yang mengganggu perekonomian nasional dapat dihindari;

Aspek-aspek UU Kepabeanan
4. Kelayakan administrasi Kelayakan administrasi, yaitu pelaksanaan administrasi kepabeanan dapat dilaksanakan lebih tertib, terkendali, sederhana, dan mudah dipahami oleh anggota masyarakat sehingga tidak terjadi duplikasi. Oleh karena itu biaya administrasi dapat ditekan serendah mungkin;

Aspek-aspek UU Kepabeanan
5. Kepentingan penerimaan negara Kepentingan penerimaan negara, dalam arti ketentuan dalam Undang-undang ini telah memperhatikan segi-segi stabilitas, potensial, dan fleksibilitas dari penerimaan, sehingga dapat menjamin peningkatan penerimaan negara, dan dapat mengantisipasi kebutuhan peningkatan pembiayaan pembangunan nasional;

Aspek-aspek UU Kepabeanan
6. Penerapan pengawasan dan sanksi Penerapan pengawasan dan sanksi dalam upaya agar ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini ditaati;

Aspek-aspek UU Kepabeanan
7. Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara, sehingga ketentuan dalam Undang-undang ini diberlakukan di Daerah Pabean yang meliputi wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, dimana Indonesia mempunyai kedaulatan dan hak berdaulat yaitu, diperairan pedalaman, perairan nusantara, laut wilayah, zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan selat yang digunakan untuk pelayaran internasional;

Aspek-aspek UU Kepabeanan
8. Praktek kepabeanan internasional Praktek kepabeanan internasional sebagaimana diatur dalam persetujuan perdagangan internasional.

HAL-HAL BARU DIDALAM UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN.


Bea Masuk Antidumping, Bea Masuk Imbalan, Pengendalian impor atau ekspor barang hasil pelanggaran HAKI, Pembukuan, Sanksi administrasi, Penyidikan, dan Lembaga banding.

Dalam meningkatkan pelayanan kelancaran arus barang, orang, dan dokumen agar menjadi semakin baik, efektif, dan efisien, maka diatur pula antara lain:
1. Pelaksanaan pemeriksaan secara selektif; 2. Penyerahan Pemberitahuan Pabean melalui media elektronik (hubungan antar komputer); 3. Pengawasan dan pengamanan impor atau ekspor yang pelaksanaannya dititikberatkan pada audit di bidang Kepabeanan terhadap pembukuan perusahaan; 4. Peran serta anggota masyarakat untuk bertanggung jawab atas Bea Masuk melalui sistem menghitung dan membayar sendiri Bea Masuk yang terutang (self assessment), dengan tatap memperhatikan pelaksanaan ketentuan larangan atau pembatasan yang berkaitan dengan impor atau ekspor barang, seperti barang pornografi, narkotika, uang palsu, dan senjata api.

LATAR BELAKANG DIUBAHNYA UU KEPABEANAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : .


1.

2.

Adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat Menyesuaikan dengan perjanjian dan konvensi Internasional .

LATAR BELAKANG DIUBAHNYA UU KEPABEANAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : .


1. Adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat agar :
a. Memberikan fasilitasi dan perlindungan perdagangan dan industri b. Mempertegas ketentuan mengenai pidana untuk menangkal penyelundupan c. Memperberat sanksi terhadap pelanggaran kepabeanan untuk menimbulkan efek jera. d. Memberikan kewenangan kepada DJBC untuk mengawasi pengangkutan atas Barang Tertentu dalam Daerah Pabean. e. Kesetaraan pengenaan sanksi bagi Pegawai DJBC yang turut serta dalam pelanggaran kepabeanan.

LATAR BELAKANG DIUBAHNYA UU KEPABEANAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : .


1. Adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat agar :
a. Memberikan fasilitasi dan perlindungan perdagangan dan industri

Pesatnya perkembangan industri dan perdagangan menuntut pemerintah dalam hal ini DJBC untuk dapat memberikan insentif perdagangan dan industri yang lebih luas berupa pelayanan yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah, contohnya jalur prioritas, perluasan fasilitas penangguhan bea masuk, safe guard tariff, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi para investor baik dalam negeri maupun luar negeri.

LATAR BELAKANG DIUBAHNYA UU KEPABEANAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : .


1. Adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat agar :
b. Mempertegas ketentuan mengenai pidana untuk menangkal penyelundupan
Rumusan ketentuan tindak pidana penyelundupan dalam UU No. 10 Tahun 1995 kurang tegas, sehingga susah menjerat pelanggar kepabeanan dengan pidana penyelundupan karena jika pelaku telah memenuhi salah satu kewajiban pabean saja walaupun tidak sepenuhnya, tidak lagi dianggap sebagai penyelundupan . Hal tersebut dianggap kurang memenuhi rasa keadilan masyarakat. Oleh karena itu dipandang perlu untuk merumuskan kembali tindakantindakan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana penyelundupan.

LATAR BELAKANG DIUBAHNYA UU KEPABEANAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : .


1. Adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat agar :
c. Memperberat sanksi terhadap pelanggaran kepabeanan untuk menimbulkan efek jera.
Mengingat masih banyaknya kasus-kasus pelanggaran kepabeanan yang terjadi karena masih ringannya sanksi yang diatur didalam UU No. 10 Tahun 1995, maka untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku pelanggaran kepabeanan, perlu ditetapkan pemberatan sanksi berupa denda, serta memberlakukan sanksi pidana minimal dan maksimal.

LATAR BELAKANG DIUBAHNYA UU KEPABEANAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : .


1. Adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat agar :
d. Memberikan kewenangan kepada DJBC untuk mengawasi pengangkutan atas Barang Tertentu dalam Daerah Pabean.
Salah satu tugas pokok DJBC yang diamanatkan dalam undang-undang No. 10 Tahun 1995 adalah pengawasan atas lalu lintas barang impor dan ekspor. Dalam perkembangannya muncul keinginan masyarakat tentang perlunya pengawasan atas lalu lintas barang tertentu dalam Daerah Pabean dengan tujuan untuk mencegah pengurasan sumber daya alam melalui praktek penyelundupan barang tertentu dengan modus operandi antar pulau , antara lain : - barang-barang strategis berupa kebutuhan pokok, seperti : gula, beras, tepung terigu dan sebagainya ; - barang-barang yang dilarang atau dibatasi , seperti : kayu gelondongan, flora dan fauna, barang purbakala dan lain-lain ; - barang-barang yang dikenai pungutan ekspor ; - barang-barang yang disubsidi oleh Pemerintah seperti bahan bakar minyak dan pupuk.

LATAR BELAKANG DIUBAHNYA UU KEPABEANAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : .


1. Adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat agar :
e. Kesetaraan pengenaan sanksi bagi Pegawai DJBC yang turut serta dalam pelanggaran kepabeanan.

UU No. 10 tahun 1995 tidak mengatur secara eksplisit mengenai sanksi untuk pegawai yang dengan sengaja dan melawan hukum melakukan kegiatan yang merugikan Negara. Demi terciptanya azas kesetaraan hukum maka dipandang perlu untuk mengatur secara khusus untuk pegawai bea dan cukai.

LATAR

BELAKANG DIUBAHNYA UU KEPABEANAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : . 2. Menyesuaikan dengan perjanjian dan konvensi Internasional .
a. World Trade Organization ( Safeguard Tariff, Hirarkhi Penetapan Nilai Pabean) ; b. Revised Kyoto Convention ( Bea Keluar, Penangkutan Barang Tertentu, Pemeriksaan Pabean, Free Trade Zone , Kawasan Berikat ) ; c. Arusha Declaration Declaration of the Customs Cooperation Council Concerning Good Governance And Integrity In Customs (Kode Etik Pegawai ); d. Nairoby Convention International Convention On Mutual Adminstratif Assistance For Preventioan, Investigation anad Repretion of Customs Offences ( Larangan dan Pembatasan, Pemberantasan penyelundupan).

Ketentuan Umum UU Kepabeanan


Meliputi :
Pengertian :Kepabeanan, Daerah Pabean, Kawasan Pabean , Kantor Pabean, Pos Pengawasan Pabean, Kewajiban Pabean, Pemberitahuan Pabean, TPS, TPB, TPP, Impor, Ekspor, Bea Masuk Bea keluar, barang tertentu, audit kepabeanan, dan tarif Pemeriksaan Impor /ekspor selektif Pemberitahuan Pabean formulir/data elektronik Pelaksanaan penegakan UU Pabean DJBC

Pasal 1-6

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Kepabeanan : adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan Pemungutan Bea Masuk.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Daerah Pabean : adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang ini.

DAERAH PABEAN INDONESIA


brg impor
ekspor

zee
zee
Terutang BM
dianggap telah diekspor

zee

batas laut wilayah

zee zee

Daerah Pabean adalah wilayah RI meliputi darat, perairan dan ruang udara diatasnya termasuk tempat-tempat tertentu di ZEE dan LK dimana berlaku UU Kepabeanan

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Kawasan Pabean : adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu-lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Ditjen Bea dan Cukai.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Kantor Pabean : adalah kantor dalam lingkungan Ditjen Bea dan Cukai tempat dipenuhinya Kewajiban Pabean sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Pos Pengawasan Pabean : adalah tempat yang digunakan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan terhadap lalu-lintas impor dan ekspor.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Kewajiban Pabean : adalah semua kegiatan di bidang Kepabeanan yang wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-undang ini.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Pemberitahuan Pabean : adalah pernyataan yang dibuat oleh Orang dalam rangka melaksanakan Kewajiban Pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-undang ini.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Impor : adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Ekspor : kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Bea Masuk : adalah pungutan negara berdasarkan Undang-undang ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Bea Keluar : adalah pungutan Negara berdasarkan undang-undang ini yang dikenakan terhadap barang ekspor.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Tempat Penimbunan Sementara : adalah bangunan dan atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk menimbun Barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Tempat Penimbunan Berikat : adalah bangunan, tempat atau kawasan Yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Tempat Penimbunan Pabean : adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh Pemerintah di Kantor Pabean yang berada dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara berdasarkan Undang-undang ini.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Barang Tertentu : adalah barang yang ditetapkan oleh instansi Teknis terkait sebagai barang yang Pengangkutannya di dalam daerah pabean diawasai

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Audit Kepabeanan:
adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan Dengan kegiatan di bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalm rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang kepabeanan.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pengertian :
Tarif : adalah klasifikasi barang dan pembebanan bea masuk atau keluar.

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Anggapan tentang impor dan ekspor


Secara yuridis pengertian Impor terjadi sejak saat barang impor memasuki Daerah Pabean . Sejak saat itu barang tersebut diperlakukan sebagai barang impor dan terutang Bea Masuk, artinya kewajiban membayar

Barang yang telah dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari Daerah Pabean dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai barang ekspor. Secara nyata Ekspor terjadi pada saat barang melintasi Daerah Pabean.

Pasal 2 UU Kepabeanan

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Tujuan Pengenaan Bea Keluar :


i. menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri ; ii. melindungi kelestarian sumber daya alam; iii. mengatisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional; atau iv. menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri.

Pasal 2A

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Pemeriksaan Pabean :
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan penilaian yang tepat mengenai Pemberitahuan Pabean yang diajukan. Bentuk pemeriksaan pabean adalah penelitian terhadap dokumen dan pemeriksaan atas fisik barang . Pemeriksaan pabean terhadap barang dilakukan secara selektif dalam arti pemeriksaan fisik barang dan penelitian dokumen hanya dilakukan dengan mempertimbangkan resiko yang melekat pada barang dan importir yang bersangkutan.
Pasal 3-4 UU Kepabeanan

Ketentuan Umum UU Kepabeanan Pengawasan pengangkutan barang tertentu dalam Daerah Pabean. :
bertujuan untuk mencegah penyelundupan ekspor dengan modus antarpulau barang-barang strategis seperti hasil hutan, hasil tambang atau barang yang mendapat subsidi, misalnya , pupuk , bahan bakar minyak dan lain-lain.

Pasal 4A UU Kepabeanan

Ketentuan Umum UU Kepabeanan Pemberitahuan & Kewajiban Pabean


Pemenuhan Kewajiban Pabean dilakukan di Kantor Pabean atau tempat lain yang disamakan dengan Kantor Pabean dengan menggunakan Pemberitahuan Pabean.

Pemenuhan Kewajiban Pabean hanya dapat dilakukan di Kantor Pabean. Penegasan bahwa pemenuhan Kewajiban Pabean dilakukan di Kantor Pabean merupakan alat bukti yang sah kalau kedapatan barang dibongkar atau dimuat di suatu tempat yang tidak ditunjuk sebagai Kantor Pabean berarti terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang ini. Pasal 5 5A UU Kepabeanan

Ketentuan Umum UU Kepabeanan

Registrasi Kepabeanan
Orang yang akan melakukan pemenuhan kewajiban pabean wajib melakukan registrasi ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mendapatkan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) dalam rangka akses kepabeanan.

Pengecualian : pemenuhan kewajiban pabean tertentu misalnya barang penumpang, barang diplomatik, atau abarang kiriman melalui pos atau perusahaan jasa titipan.

Pasal 6A UU Kepabeanan

Anda mungkin juga menyukai