Sub Pokok Bahasan : 1. Tugas & Fungsi DJBC 2. Sejarah UU Kepabeanan 3. Aspek-aspek UU Kepabeanan 4. Hal-hal baru yang diatur UU Kepabeanan 5. Ketentuan Umum UU Kepabeanan
SEJARAH UU KEPABEAN
Berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 Indische Tarief Wet (Undang-undang Tarif Indonesia) Staatsblad Tahun 1873 Nomor 35, Rechten Ordonnantie (Ordonansi Bea) Staatsblad Tahun 1882 Nomor 240, dan Tarief Ordonnantie (Ordonansi Tarif) Staatsblad Tahun 1910 Nomor 628
SEJARAH UU KEPABEAN
Produk UU yang lahir berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan Berlaku 1 Maret 1997 UU No 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
Aspek-aspek UU Kepabeanan
1. Keadilan 2. Pemberian insentif 3. Netralitas dalam pemungutan Bea Masuk 4. Kelayakan administrasi 5. Kepentingan penerimaan negara 6. Penerapan pengawasan dan sanksi 7. Wawasan Nusantara 8. Praktek kepabeanan internasional
Aspek-aspek UU Kepabeanan
1. Keadilan Keadilan, sehingga Kewajiban Pabean hanya dibebankan kepada masyarakat yang melakukan kegiatan kepabeanan dan terhadap mereka diperlakukan sama dalam hal dan kondisi yang sama;
Aspek-aspek UU Kepabeanan
2. Pemberian insentif Pemberian insentif yang akan memberikan manfaat pertumbuhan perekonomian nasional yang antara lain berupa fasilitas Tempat Penimbunan Berikat, pembebasan Bea Masuk atas impor mesin dan bahan baku dalam rangka ekspor, dan pemberian persetujuan impor barang sebelum pelunasan Bea Masuk dilakukan;
Aspek-aspek UU Kepabeanan
3. Netralitas dalam pemungutan Bea Masuk Netralitas dalam pemungutan Bea Masuk, sehingga distorsi yang mengganggu perekonomian nasional dapat dihindari;
Aspek-aspek UU Kepabeanan
4. Kelayakan administrasi Kelayakan administrasi, yaitu pelaksanaan administrasi kepabeanan dapat dilaksanakan lebih tertib, terkendali, sederhana, dan mudah dipahami oleh anggota masyarakat sehingga tidak terjadi duplikasi. Oleh karena itu biaya administrasi dapat ditekan serendah mungkin;
Aspek-aspek UU Kepabeanan
5. Kepentingan penerimaan negara Kepentingan penerimaan negara, dalam arti ketentuan dalam Undang-undang ini telah memperhatikan segi-segi stabilitas, potensial, dan fleksibilitas dari penerimaan, sehingga dapat menjamin peningkatan penerimaan negara, dan dapat mengantisipasi kebutuhan peningkatan pembiayaan pembangunan nasional;
Aspek-aspek UU Kepabeanan
6. Penerapan pengawasan dan sanksi Penerapan pengawasan dan sanksi dalam upaya agar ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini ditaati;
Aspek-aspek UU Kepabeanan
7. Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara, sehingga ketentuan dalam Undang-undang ini diberlakukan di Daerah Pabean yang meliputi wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, dimana Indonesia mempunyai kedaulatan dan hak berdaulat yaitu, diperairan pedalaman, perairan nusantara, laut wilayah, zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan selat yang digunakan untuk pelayaran internasional;
Aspek-aspek UU Kepabeanan
8. Praktek kepabeanan internasional Praktek kepabeanan internasional sebagaimana diatur dalam persetujuan perdagangan internasional.
Dalam meningkatkan pelayanan kelancaran arus barang, orang, dan dokumen agar menjadi semakin baik, efektif, dan efisien, maka diatur pula antara lain:
1. Pelaksanaan pemeriksaan secara selektif; 2. Penyerahan Pemberitahuan Pabean melalui media elektronik (hubungan antar komputer); 3. Pengawasan dan pengamanan impor atau ekspor yang pelaksanaannya dititikberatkan pada audit di bidang Kepabeanan terhadap pembukuan perusahaan; 4. Peran serta anggota masyarakat untuk bertanggung jawab atas Bea Masuk melalui sistem menghitung dan membayar sendiri Bea Masuk yang terutang (self assessment), dengan tatap memperhatikan pelaksanaan ketentuan larangan atau pembatasan yang berkaitan dengan impor atau ekspor barang, seperti barang pornografi, narkotika, uang palsu, dan senjata api.
2.
Adanya tuntutan dan masukan dari masyarakat Menyesuaikan dengan perjanjian dan konvensi Internasional .
Pesatnya perkembangan industri dan perdagangan menuntut pemerintah dalam hal ini DJBC untuk dapat memberikan insentif perdagangan dan industri yang lebih luas berupa pelayanan yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah, contohnya jalur prioritas, perluasan fasilitas penangguhan bea masuk, safe guard tariff, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi para investor baik dalam negeri maupun luar negeri.
UU No. 10 tahun 1995 tidak mengatur secara eksplisit mengenai sanksi untuk pegawai yang dengan sengaja dan melawan hukum melakukan kegiatan yang merugikan Negara. Demi terciptanya azas kesetaraan hukum maka dipandang perlu untuk mengatur secara khusus untuk pegawai bea dan cukai.
LATAR
BELAKANG DIUBAHNYA UU KEPABEANAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : . 2. Menyesuaikan dengan perjanjian dan konvensi Internasional .
a. World Trade Organization ( Safeguard Tariff, Hirarkhi Penetapan Nilai Pabean) ; b. Revised Kyoto Convention ( Bea Keluar, Penangkutan Barang Tertentu, Pemeriksaan Pabean, Free Trade Zone , Kawasan Berikat ) ; c. Arusha Declaration Declaration of the Customs Cooperation Council Concerning Good Governance And Integrity In Customs (Kode Etik Pegawai ); d. Nairoby Convention International Convention On Mutual Adminstratif Assistance For Preventioan, Investigation anad Repretion of Customs Offences ( Larangan dan Pembatasan, Pemberantasan penyelundupan).
Pasal 1-6
Pengertian :
Kepabeanan : adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan Pemungutan Bea Masuk.
Pengertian :
Daerah Pabean : adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang ini.
zee
zee
Terutang BM
dianggap telah diekspor
zee
zee zee
Daerah Pabean adalah wilayah RI meliputi darat, perairan dan ruang udara diatasnya termasuk tempat-tempat tertentu di ZEE dan LK dimana berlaku UU Kepabeanan
Pengertian :
Kawasan Pabean : adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu-lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Ditjen Bea dan Cukai.
Pengertian :
Kantor Pabean : adalah kantor dalam lingkungan Ditjen Bea dan Cukai tempat dipenuhinya Kewajiban Pabean sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini.
Pengertian :
Pos Pengawasan Pabean : adalah tempat yang digunakan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan terhadap lalu-lintas impor dan ekspor.
Pengertian :
Kewajiban Pabean : adalah semua kegiatan di bidang Kepabeanan yang wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-undang ini.
Pengertian :
Pemberitahuan Pabean : adalah pernyataan yang dibuat oleh Orang dalam rangka melaksanakan Kewajiban Pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-undang ini.
Pengertian :
Impor : adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean.
Pengertian :
Ekspor : kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean.
Pengertian :
Bea Masuk : adalah pungutan negara berdasarkan Undang-undang ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor.
Pengertian :
Bea Keluar : adalah pungutan Negara berdasarkan undang-undang ini yang dikenakan terhadap barang ekspor.
Pengertian :
Tempat Penimbunan Sementara : adalah bangunan dan atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk menimbun Barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
Pengertian :
Tempat Penimbunan Berikat : adalah bangunan, tempat atau kawasan Yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk.
Pengertian :
Tempat Penimbunan Pabean : adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh Pemerintah di Kantor Pabean yang berada dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara berdasarkan Undang-undang ini.
Pengertian :
Barang Tertentu : adalah barang yang ditetapkan oleh instansi Teknis terkait sebagai barang yang Pengangkutannya di dalam daerah pabean diawasai
Pengertian :
Audit Kepabeanan:
adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan Dengan kegiatan di bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalm rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang kepabeanan.
Pengertian :
Tarif : adalah klasifikasi barang dan pembebanan bea masuk atau keluar.
Barang yang telah dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari Daerah Pabean dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai barang ekspor. Secara nyata Ekspor terjadi pada saat barang melintasi Daerah Pabean.
Pasal 2 UU Kepabeanan
Pasal 2A
Pemeriksaan Pabean :
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan penilaian yang tepat mengenai Pemberitahuan Pabean yang diajukan. Bentuk pemeriksaan pabean adalah penelitian terhadap dokumen dan pemeriksaan atas fisik barang . Pemeriksaan pabean terhadap barang dilakukan secara selektif dalam arti pemeriksaan fisik barang dan penelitian dokumen hanya dilakukan dengan mempertimbangkan resiko yang melekat pada barang dan importir yang bersangkutan.
Pasal 3-4 UU Kepabeanan
Ketentuan Umum UU Kepabeanan Pengawasan pengangkutan barang tertentu dalam Daerah Pabean. :
bertujuan untuk mencegah penyelundupan ekspor dengan modus antarpulau barang-barang strategis seperti hasil hutan, hasil tambang atau barang yang mendapat subsidi, misalnya , pupuk , bahan bakar minyak dan lain-lain.
Pasal 4A UU Kepabeanan
Pemenuhan Kewajiban Pabean hanya dapat dilakukan di Kantor Pabean. Penegasan bahwa pemenuhan Kewajiban Pabean dilakukan di Kantor Pabean merupakan alat bukti yang sah kalau kedapatan barang dibongkar atau dimuat di suatu tempat yang tidak ditunjuk sebagai Kantor Pabean berarti terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang ini. Pasal 5 5A UU Kepabeanan
Registrasi Kepabeanan
Orang yang akan melakukan pemenuhan kewajiban pabean wajib melakukan registrasi ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mendapatkan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) dalam rangka akses kepabeanan.
Pengecualian : pemenuhan kewajiban pabean tertentu misalnya barang penumpang, barang diplomatik, atau abarang kiriman melalui pos atau perusahaan jasa titipan.
Pasal 6A UU Kepabeanan