Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

TUGAS POKOK BEA CUKAI, KEIMIGRASIAN,


KARANTINA
Mata Kuliah: Keimigrasian , Kepabeanan,& Karantina

Disusun Oleh:
Aditya Putra Pangestu (223316016)
DIII-Manajemen Transportasi Laut

I.

TUGAS POKOK BEA CUKAI


TUGAS

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Keuangan dan dipimpin oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan


dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan
optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

FUNGSI

Perumusan kebijakan di bidang penegakan hukum, pelayanan dan


pengawasan, optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai;

Pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan


dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan dan cukai;

Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengawasan,


penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang
kepabeanan dan cukai;

Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan, penegakan


hukum, pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan
dan cukai;

Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan,


penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi penenmaan negara di bidang
kepabeanan dan cukai;

Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; dan

Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

VISI
Menjadi Institusi Kepabeanan dan Cukai Terkemuka di Dunia
Visi DJBC mencerminkan cita-cita tertinggi DJBC dengan lebih baik melalui
penetapan target yang menantang dan sneecara terus-menerus terpelihara di
masa depan.
MISI
Memfasilitasi perdagangan dan industri;

Menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat Indonesia dari


penyelundupan dan perdagangan illegal; dan

Mengoptimalkan penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai.

GOOD GOVERNANCE
Perjuangan berat di dalam mengamankan hak keuangan negara ternyata menjadi
semakin kompleks dengan adanya berbagai terobosan baru di dunia perdagangan
internasional. Citra yang melekat selama ini dengan institusi DJBC tentu menjadikan
tantangan diatas semakin berat karena upaya untuk melakukan dan memelihara
pelaksanaan reformasi menjadi dua kali lipat.Dengan alas an ini, implementasi
reformasi birokrasi menjadi ramuan manjur di dalam memperbaiki citra dan kinerja
DJBC.
Sebenarnya program reformasi ini telah dilaksanakan sejak tahun 1989 dengan
penerapan pertama Customs Fast Release System (CFRS) yang kemudian di lanjutkan
dengan rencana-rencana strategis pembuatan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan (sebagaimana telah diubah menjadi UU Nomor 17 Tahun 2006)
dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (sebagaimana telah diubah
menjadi UU Nomor 39 Tahun 2007).
Program reformasi lanjutan setelah ini adalah di tahun 2002 sebagai konsekuensi
dari Letter of Intent (LOI) negara kita dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Sedangkan program reformasi di tahun 2006 merupakan integrasi seluruh program
reformasi di Kementerian Keuangan dengan penekanan kepada 3 pilar sebagaimana
dalam gambar 2 di atas, dengan porsi yang lebih serius, lebih terarah dan
berkesinambungan.
Selain dari pencapaian diatas, bukti penilaian empiris dari lembaga independen pun
telah menunjukkan hasil yang sama. Lembaga Tranparency internationaltelah
memberikan apresiasi yang baik terhadap kinerja reformasi birokrasi di Kementerian
Keuangan dan secara khusus sebagai hasil dari reformasi di bidang kepabenan dan
perpajakan.
Transparency International 2008 Corruption Perception Index

2007
2008
Rank 143
Rank 126
CPI of 2.3
CPI of 2.6
Bold reform in the tax and customs administration and the ability of Corruption
Eradication Commission to bring forward high profile cases have recently bolstered
the perception that corruption is being addressed more aggressively[3]
Disisi lain, reformasi birokrasi di DJBC juga di lengkapi dengan kerjasama
pembuatan pojok anti korupsi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di
tahun 2009.
Kinerja pelayanan di pelabuhan juga menunjukkan hasil yang sangat baik, bahkan
bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang relative lebih maju.

II.

TUGAS POKOK IMIGRASI


PASAL 529

Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas merumuskan serta


melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang imigrasi.

VISI & MISI


VISI:
Masyarakat Memperoleh Kepastian Hukum.
MISI:
Melindungi Hak Asasi Manusia.
GOOD GOVERNANCE IMMIGRATION
Pemerintah atau government dalam bahasa Inggris adalah: "The auhoritative
direction and administration of the affairs of men/women in a na-loft, state, city,
etc." Atau dalam bahasa Indonesia berarti "Pengarahan dan idministrasi yang
berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah neg-ira, negara bagian, kota, dan
sebagainya." Bisa juga berarti "The governing )Ody of nation, state, city, etc." Atau
lembaga atau badan yang menyeleng-[arakan pemerintahan negara, negara bagian
atau kota, dan sebagainya.
Sedangkan
istilah
"kepemerintahan"
atau
dalam
bahasa
Inggris "governance" adalah "The act, fact, manner of governing," berarti: tindakan,

fakta, pola, dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan." Dengan


demikian 'governance adalah suatu kegiatan (proses), sebagaimana dikemukakan oleh
Kooiman (l993) bahwa govrrnanco lebih merupakan "...serangkaian proses interaksi
sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas
kepentingan-kepentingan tersebut
Suatu tata pemerintahan yang baik membutuhkan adanya penerapan prinsipprinsip transparansi dan akuntabilitas. Sebagai perwujudan penerapan kedua prinsip
tersebut,
Direktorat Jendral Imigrasi Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia telah menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

III.
1

TUGAS POKOK KARANTINA

Melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan


dalam mencegah masuk dan tersebarnya Hama Penyakit Hewan Karantina
(HPHK) dan Organisme Pengganggu Tanaman Karantina (OPTK) dari luar
negeri dan antar area di dalam negeri serta keluar dan tersebarnya HPHK dan
OPTK tertentu yang dipersyaratkan negara tujuan.
Melaksanakan kegiatan pengawasan keamanan hewani, hayati dan
keamanan pangan.

FUNGSI

Melaksanakan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,


penolakan,
pemusnahan, pembebasan (8P) terhadap media pembawa
HPHK dan OPTK.
Melakukan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK
Melaksanakan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK
Mengelola laboratorium karantina pertanian
Mengelola data, informasi serta dokumentasi kegiatan opersional perkarantiaan
Memberikan pelayanan teknis operasional perkarantinaan
Mengelola tata usaha dan rumah tangga.

VISI & MISI

VISI
Menjadi Instansi yang Tangguh dan Terpercaya dalam Perlindungan Kelestarian
Sumber Daya Alam Hayati , Hewani dan Nabati serta Keamanan Pangan Segar di
Provinsi Jawa Tengan dan sekitarnya

MISI

o Melaksanakan Perkarantinaan Hewan dan Tumbuhan untuk


Melindungi Kelestarian Sumber Daya Alam Hayati , Hewani dan Nabati
serta Keamanan Pangan Segar di Provinsi Jawa Tengan dan sekitarnya.
o Mendukung Terwujudnya Keamanan Pangan di Provinsi Jawa Tengah dan
sekitarnya.
o Meningkatkan Citra dan Kualitas Pelayanan Publik.
o Memfasilitasi Perdagangan dalam rangka Akselerasi Ekspor Komoditas
Pertanian di Provinsi Jawa Tengah dan sekitarnya.

GOOD GOVERNANCE

Good Governance yang dapat diartikan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
merupakan prasayarat mutlak dalam era globalisasi dan keterbukaan informasi saat ini.
Setiap penyelenggra pelayanan publik seakan berlomba untuk mencapai dan menjalankan
good governance tersebut. Good governance dapat diraih dan diwujudkan dengan
menciptakan pelayanan yang efektif, efisien dan transparan bagi masyarakat/pelanggan.
Sehingga trust/kepercayaan kepada penyelenggara pelayanan publik dimaksud dapat
ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai