SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata
1 dalam Ilmu Hukum
Oleh :
NPM:
BOGOR
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepuluh tahun terakhir nilai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) terus
meningkat. Nota Keuangan Tahun 2015 sebagaimana disampaikan Presiden dalam Pidato Nota
Keuangan 2015 di depan para wakil rakyat, Rancangan APBN 2015 ditetapkan sebesar
Rp2.019,9 triliun. Sumber utama ditargetkan dari penerimaan pajak sebesar Rp1.370,8 triliun.
Target penerimaan dari pajak tersebut meningkat sekitar 10% dari APBN Perubahan 2014 yang
ditetapkan sebesar Rp 1.246,1. Penerimaan sektor pajak cukup tinggi dalam struktur APBN 2015
sehingga pemerintah memerlukan dukungan segenap masya-rakat termasuk wajib pajak untuk
merealisasikan APBN 2015 terutama wajib badan. Data penerimaan pajak nasional bila
dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (Tax Ra-tio) masih relatif rendah dibandingkan
dengan tax ratio international yang mencapai 20 % pada tahun 2005, tax ratio Indonesia hanya
mencapai 12,3%. Tax ratio Indonesia bahkan apabila dibandingkan de ngan negara yang
pendapatan per kapitanya rendah masih dibawah Pakistan dan Srilangkah memiliki tax ratio
Data yang ada di Direktorat Jenderal Pajak menunjuk-kan bahwa dari 238 juta penduduk
Indonesia, sekitar 44 juta orang dianggap layak membayar pajak. Tetapi dari jumlah itu hanya 8
juta orang yang memenuhi kewajiban perpajakannya. Dari sektor wajib pajak badan, yang
1
Anton, A. „Pengaruh Keadilan Pajak, Tarif Pajak, Diskriminasi Perpajakan Dan Teknologi Informasi
Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak (Tax Evasion) (Studi Empiris pada KPP Pratama
Senapelan Pekanbaru 2015-2016)‟, 2017, JOM Fekon, 4, pp. 3067–3080.
tercatat di Direkto-rat Jenderal Pajak terdapat 22.6 juta badan usaha baik yang berdomisili tetap
maupun tidak, namun hanya 466 ribu badan usaha yang membayar pajak. Dari data tersebut bisa
dilihat bahwa tingkat ke-patuhan wajib pajak (tax compliance) dalam meme-nuhi kewajiban
perpajakan masih sangat rendah. ngan negara yang pendapatan per kapitanya rendah masih
dibawah Pakistan dan Srilangkah memiliki tax ratio 13,76% dan 19,8%.2 Data yang ada di
Direktorat Jenderal Pajak menunjuk-kan bahwa dari 238 juta penduduk Indonesia, sekitar 44 juta
orang dianggap layak membayar pajak. Tetapi dari jumlah itu hanya 8 juta orang yang
memenuhi kewajiban perpajakannya. Dari sektor wajib pajak badan, yang tercatat di Direkto-rat
Jenderal Pajak terdapat 22.6 juta badan usaha baik yang berdomisili tetap maupun tidak, namun
hanya 466 ribu badan usaha yang membayar pajak. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa tingkat
ke-patuhan wajib pajak (tax compliance) dalam meme-nuhi kewajiban perpajakan masih sangat
rendah.3
Pemerintah menyadari kondisi ekonomi yang begitu baik akan berdampak pada
penerimaan pajak. Oleh karena itu, perlu sejumlah strategi khusus untuk mengamankan
penerimaan negara. Dalam mengamankan penerimaan rutin berarti seluruh kepala kantor harus
melihat apa yang pernah dan sudah pernah diterima dari tahun sebelumnya, dari wajib pajak
yang sudah dikenal itu harusnya kalaupun ada koreksi, dia koreksi yang dipertanggungjawabkan.
Perlu usaha ekstra untuk mengamankan penerimaan pajak. Oleh karena itu, perlu adanya
pemetaan terhadap penerimaan rutin pajak. Pengertian pemeriksaan pajak menurut Pasal 1 angka
25 Undang-undang momor 6 Tahun 1983 tantang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
2
Ardyaksa, T. K. and Kiswanto „Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan Pengalokasian, Kecurangan,
Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap Tax Evasion‟, Accounting Analysis Journal, 2014, 3(1), pp. 361–369.
doi: ISSN 2252-6765.
3
Ayu, D. and Hastuti, R. (2009) „Persepsi Wajib Pajak : Dampak Pertentangan Diametral Pada Tax
Evasion Wajib Pajak Dalam Aspek Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan
Pengalokasian, Teknologi Sistem Perpajakan, Dan Kecenderungan Personal. (Studi Wajib Pajak Orang Pribad‟,
Kajian Akuntansi, 1(1), pp. 1–12
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun
2009 adalah : “Pemeriksaan pajak adalah serangkaiana kegiatan menghimpun dana, mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
perpajakan”.4
82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :
“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan /
atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/ atau untuk tujuan
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dana, mengolah data atau keterangan lainnya yang digunakan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk melaksanakan ketentuan
4
Dewi, N. K. T. J. and Merkusiwati, N. K. L. A. „Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Persepsi Wajib Pajak
Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak (Tax Evasion)‟, E-Jurnall Akuntansi Universitas Udayana, 2017, 18, pp.
2534–2564.
5
Dharmayanti, N. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Persepsi
Mahasiswa Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Islam Syekh -
Yusuf Tangerang)‟, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang, 2017
pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pememeriksa sebelum
c. Mengidentifikas masalah
meliputi :6
d. Melakukan pemeriksaan atas buku - buku, catatan - catatan dan dokumen - dokumen
Laporan pemeriksaan pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir laporan
pemeriksaan pelaksanaan yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan
tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Adapun sistematika penyusunan
6
Faradiza, S. A. „Persepsi Keadilan, Sistem Perpajakan dan Diskriminasi Terhadap Etika Penggelapan
Pajak‟, Jurnal Ilmu Akuntansi, 2018, 11(1), pp. 53–74. doi: 10.15408/akt.v11i1.8820.
laporan pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut :
a. Umum
b. Pelaksanaan pemeriksaan
c. Hasil Pemeriksaan
Menurut Safri nurmantu yang dikutip dari Siti kurnia Rahayu mengatakan bahwa kepatu
han perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu kedaan dimana wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan mekasanakan hak perpajakan. Kepatuhan wajib pajak yang
dikemukakan oleh Norman d. Nowark dalam Siti Kurnia Rahayu sebagai “Suatu iklim kepatuhan
a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan
oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan, dewasa ini yang
diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan sukarela. Kepatuhan wajib Pajak menjadi aspek
penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem Self Asessment dimana dalam
prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung,
membayar dan melaporkan kewajibannya, dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal.
Dimensi Kepatuhan Wajib Pajak Kepatuhan Formal bahwa yang dapat diidentifikasi sebagai
7
Friskianti, Y. and Handayani, B. D. „Pengaruh Self Assessment System, Keadilan, Teknologi Perpajakan,
Dan Ketidakpercayaan Kepada Pihak Fiskus Terhadap Tindakan Tax Evasion‟, Accounting Analysis Journal, 2014,
3(1), pp. 543–552. doi: ISSN 2252-6765
kewajiban wajib pajak dalam perpajakan adalah hal-hal berikut dimana dapat diteliti sebagai
dimensi kepatuhan formal Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009, bahwa dimensi kepatuhan wajib pajak adalah
sebagai berikut :8
1. Pasal 2 ayat (1) perihal pendaftaran dan pengukuhan ”Setiap wajib pajak yang telah
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak
2. Pasal 2 ayat (2) perihal pendaftaran dan pengukuhan “Setiap Wajib Pajak sebagai
pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang - Undang Pajak Pertambahan Nilai
1984 dan perubahannya, wajib pajak melaporkaPn usahanya pada Kantor Direktorat
Denderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
pengusaha, dan tempat kegiatan uasaha dalakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak”.
3. Pasal 3 ayat (1) perihal Kewajiban menyampaikan SPT “Setiap wajib pajak wajib nengisi
Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan menandatanagi serta
menyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak ”.
4. Pasal 3 ayat (3) perihal Batas Waktu Penyampaian SPT Batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Pajak adalah : a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua
8
Indriyani, M., Nurlaela, S. and Wahyuningsih, E. M. „Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan,
Diskriminasi, Dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi
Mengenai Perilaku Tax Evasion‟, Seminar Nasional IENACO, 2016, pp. 818–825.
puluh) hari setelah akhir masa pajak b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang pribadi,paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun
pajak; atau c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
5. Pasal 9 ayat (1) perihal pembayaran dan penyetoran pajak “Menteri Keuangan
menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk
suatu saat atau Masa pajak bagi masing – masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas)
B. Rumusan Masalah
Penerimaan Negara ?
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengkaji isu krusial, Penegakan Hukum, Penegakan Hukum (law Inforcemen) Pajak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis,
adalah:
1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu hukum
bisnis, hukum perdata, hukum pidana, hukum administrasi negara, hukum tata negara, teori
hukum, filsafat hukum, terutama bidang hukum Pajak, selain itu dengan adanya tulisan ini
penulis berharap dapat menambah dan melengkapi perbendaharaan koleksi karya ilmiah,
2. Secara Institusional penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca dalam
Mengamankan Penerimaan Negara. Secara praktis penulisan ini diharapkan dapat menjadi
kerangka acuan dan landasan bagi penulis lanjutan dan praktisi hukum, serta dapat
memberikan masukan bagi pembaca, untuk menambah referensi dalam menulis karya
ilmiah.
E. Kerangka Pemikiran
pasal 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.9
a. Fungsi Pajak
Fungsi Budgetair Fungsi budgetair merupakan fungsi utama pajak, dimana pajak
digunakan sebagai alat untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari rakyatnya tanpa imbal
balik secara langsung dari negara kepada masyarakatnya. Maka dari itu untuk memaksimalkan
b. Fungsi Regularend
Fungsi regularend merupakan fungsi pengatur, dimana pajak sebagai alat untuk
melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan
Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
pasal 1 angka 3, badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya,
9
Aritonang. Johannes, Bahan Ajar: Persiapan Pemeriksaan. Bahan Ajar Pusdiklat Pajak, Kementrian
Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan, 2016
10
Bambang Irawan & Teguh Budiono. “Analisis Pemeriksaan Pajak Dalam Rangka Optimalisasi
Penerimaan Negara Di Sektor Perpajakan”. Jurnal Ilmiah Imu Administrasi. Fakultas Ilmu Adminstrasi, Institut
Dari sudut pandang UU PPh, suatu badan menjadi subjek pajak tanpa memandang
apakah badan tersebut bertujuan untuk mencari laba atau tidak. Badan yang tidak bertujuan
mencari laba misalnya yayasan, organisasi sosial ataupun organisasi lain yang dianggap menjadi
subjek pajak, sama halnya dengan badan yang bertujuan mencari laba. Seluruh wajib pajak wajib
mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak
sekaligus mendapat NPWP. Wajib pajak badan berkewajiban untuk melaporkan usahanya ke
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan wajib pajak
badan dan tempat kegiatan usaha yang dilakukan wajib pajak badan tersebut.11
oleh seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu
sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Pengetahuan perpajakan adalah pemahaman mengenai
ketentuan umum dan tata cara mengenai perpajakan, sistem perpajakan dan fungsi pajak yang
berlaku di Indonesia mulai dari subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang,
pencatatan pajak terutang sampai dengan tata cara pengisian pelaporan pajak. Pengetahuan
mengenai pajak menjadi faktor penting untuk mendorong wajib pajak untuk semakin patuh
dalam menjalankan kewajibannya dalam membayar pajak, terutama pada negara yang menganut
Self assessment yang dianut Indonesia menuntut keaktifan dan pengetahuan dari wajib
pajak karena dalam memenuhi kewajibannya, wajib pajak melakukan perhitungan, pelaporan dan
penyetoran sendiri atas besarnya pajak yang harus dibayar. Maka dari itu, memahami dan
mengetahui mengenai pajak akan semakin mendorong wajib pajak untuk selalu memenuhi
Sosial dan Manajemen STIAMI. Vol. VII, Nomor. 02, September 2015
11
Damayanti, Theresia Woro. Pelaksanaan Self Assessment System Menurut Wajib Pajak ( Studi Kasus
Pada Wajib Pajak Badan Salatiga). Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Volume X 2004, No. 1, 109-128.
12
Descalaya. “Efektivitas Pemeriksaan Pajak Teradapa Wajib Pajak Yang Melakukan Perlawanan Pajak
Ditinjau Dari Sisi Fiskus”. Jurnal Perpajakan. Universitas Brawijaya. Jawa Timur, 2013
kewajiban perpajakannya. Ada beberapa indikator didalam pengetahuan perpajakan
Pemeriksaan yang perlu di ketahui wajib pajak, Berbicara tentang perpajakan, Indonesia
adalah negara yang menganut sistem perpajakan Self Assessment. Artinya, Wajib Pajak (WP)
perpajakannya. Namun, sistem ini hanya akan berjalan jika WP memiliki pengetahuan
perpajakan yang baik dan kepatuhan yang tinggi dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.13
keterangan, dan bukti yang dilaksanakan secara objektif serta profesional berdasarkan standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Atau bertujuan untuk
pajak merupakan bagian akhir dari pengendalian proses perpajakan untuk memastikan WP
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) dengan benar, jelas, lengkap. Pemeriksaan
pajak sebagai bagian akhir dari proses pengendalian perpajakan, pemeriksaan pajak penting
b. SPT lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan pajak.
c. SPT rugi.
d. SPT terlambat, yaitu melampaui jangka waktu Surat Teguran yang disampaikan.
13
Erly Suandy, Hukum Pajak Edisi 5. Salemba Empat, Jakarta, 2011, hlm.65
14
Erly Suandy, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. (2018) .
Pedoman Penulisan Skripsi. Medan
e. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
f. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis yang
Selain itu, pemeriksaan pajak juga memiliki tujuan tambahan yang lainnya, yaitu:15
b. Penghapusan NPWP.
d. WP mengajukan keberatan.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Jenis Pemeriksaan Pajak Untuk menjamin Wajib Pajak melakukan kewajiban perpajakan
secara benar dan jujur, petugas pajak akan melakukan dua jenis pemeriksaan pajak.16
1. Pemeriksaan Lapangan
15
Fahrul, Ahmad. Pengaruh Pemeriksaan Dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Makasar Utama”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanudin
Makasar.2016
16
Ibid, hlm.20
Pemeriksaan lapangan dilakukan di tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat bekerja
a. Memperlihatkan buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain
yang berhubungan dengan penghasilan, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek
Memberi kesempatan untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik. Memberi
kesempatan memasuki dan memeriksa ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak yang
diduga digunakan untuk menyimpan buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan,
dokumen lain, uang atau barang yang memberi petunjuk penghasilan yang diperoleh,
b. Menyediakan tenaga dan atau peralatan atas biaya WP jika dalam mengakses data yang
dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan atau keahlian khusus. Memberikan
kesempatan Pemeriksa Pajak membuka barang bergerak dan atau tidak bergerak.
memeriksa buku, catatan, dan dokumen yang tidak memungkinkan dibawa ke Kantor
2. Pemeriksaan Kantor
Memperlihatkan buku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain
termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak.
perpajakan dengan jenis Pemeriksaaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak
berhak:18
a. Meminta Pemeriksa Pajak memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat
Perintah Pemeriksaan.
Lapangan.
d. Meminta Pemeriksa Pajak memperlihatkan Surat Tugas jika susunan Tim Pemeriksa
17
Fahrul, Ahmad. (2016). “Pengaruh Pemeriksaan Dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makasar Utama”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanudin
Makasar.
18
Gunadi. Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak. Jurnal Perpajakan Indonesia,
2005, vol, 4, 5 : 4-9
f. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam waktu yang ditentukan.
g. Mengajukan permohonan untuk dilakukannya pembahasan oleh Tim Pembahas jika ada
perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan.
Kuesioner Pemeriksa.
i. Mengajukan pengaduan jika kerahasiaan dibocorkan kepada pihak lain yang tidak
berhak.
184/PMK.03/2015.
Pajak sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
82/PMK.03/2011.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
6. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Dasar hukum diatas menjadi pondasi yang kuat bagi pemerintah atas pajak yang dipungut
dari masyarakat, sehingga tidak perlu lagi adanya alasan-alasan bagi Wajib Pajak. Dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 Bab I Ketentuan Umum pasal satu (1),
tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib
Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak.
Pajak.
3. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, yang diberi tugas,
4. SP2 yang merupakan kepanjangan dari Surat Perintah Pemeriksaan adalah surat
19
Hanggono.Jarot, “Self Assessment system di Indonesia (Perpajakan Indonesia)”.
http://www.cerdaspajak.com/2017/09/self-assessment-system-didalam_16.html?m=1. 2017, Diakses 12/-02/2022
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
6. Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor yaitu surat panggilan mengenai
7. Data yang dikelola secara elektronik adalah data yang bentuknya elektronik, yang
dihasilkan oleh komputer dan/atau pengolah data elektronik lainnya dan disimpan
dalam disket, compact disk, tape backup, hard disk, atau media penyimpanan
elektronik lainnya.
8. Penyegelan merupakan tindakan menempatkan tanda segel pada tempat atau ruangan
tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang digunakan atau patut
diduga digunakan sebagai tempat atau alat untuk menyimpan buku atau catatan,
dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik dan benda-benda lain.
9. KKP yang merupakan kepanjangan dari Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan
secara rinci dan jelas yang dibuat oleh Pemeriksa Pajak mengenai prosedur
pelaksanaan pemeriksaan.
10. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan atau yang biasa disingkat SPHP adalah surat
yang berisi mengenai temuan pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi,
nilai koreksi, dasar koreksi, perhitungan sementara dari jumlah pokok pajak terutang
11. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan adalah pembahasan yang dilakukan Wajib
Pajak dengan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan
dalam berita acara pembahasan akhir hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak dan berisi koreksi pokok pajak terutang baik yang disetujui
12. LHP yang merupakan kepanjangan dari Laporan Hasil Pemeriksaan merupakan
laporan mengenai pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa
Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan
pemeriksaan.
Pemeriksaan, Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan Pemeriksaan dengan tujuan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya dapat dilaksanakan melalui
1. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak,
20
Hudinisme. Mifta, Alur Pemeriksaan Pajak: step by step, https://www.miftaudinisme.com/2012/04/alur-
pemeriksaan-pajak-step-bystep.html?=1. 2012, Diakses 12/02/2022
2. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal
Pajak.
Menurut Peraturan Kementrian Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 Bab III pasal tiga (3), Ruang
lingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat meliputi
satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan. Berdasarkan
Undang-Undang KUP.
pajak.
e. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap.
melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih
Pengertian penegakan hukum dapat juga diartikan penyelenggaraan hukum oleh petugas
penegak hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan sesuai dengan
kewenangannya masing-masing menurut aturan hukum yang berlaku. Penegakan hukum pidana
merupakan satu kesatuan proses diawali dengan penyidikan, penangkapan, penahanan, peradilan
mengatakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir. Untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
Penegakan hukum pidana adalah penerapan hukum pidana secara konkrit oleh aparat penegak
hukum. Dengan kata lain, penegakan hukum pidana merupakan pelaksaan dari peraturan-
peraturan pidana. Dengan demikian, penegakan hukum merupakan suatu sistem yang
menyangkut penyerasian antara nilai dengan kaidah serta perilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah
tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau tindakan yang dianggap
pantas atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak itu bertujuan untuk menciptakan, memelihara,
21
Harun M.Husen, 1990, Kejahatan dan Penegakan Hukum Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, Hal 58
22
Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, UI Pres, Jakarta, Hal
35
dan mempertahankan kedamaian.23
Menurut Moeljatno menguraikan berdasarkan dari pengertian istilah hukum pidana yang
mengatakan bahwa penegakan hukum adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku
ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar
larangan tersebut.
b. Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar laranganlarangan
itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
a. Kejaksaan
lembaga eksekutif yang tunduk kepada Presiden. Akan tetapi, apabila dilihat dari segi fungsi
kejaksaan merupakan bagian dari lembaga yudikatif. Hal ini dapat diketahui dari Pasal 24
Amandemen Ketiga UUD Negara RI 1945 yang menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan lain yang fungsinya berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman. Penegasan mengenai badan-badan peradilan lain diperjelas dalam
Pasal 41 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi :
“Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman meliputi Kepolisian
23
Irfani Yuli Erianti “Pengaruh Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Tax Amnesti Pada KPP Pratama
Medan Belawan”.Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.2018
24
Moeljatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Putra Harsa, Surabaya, Hal 23
Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia, dan badan-badan lain diatur dalam
b. Kehakiman
Keberadaan lembaga pengadilan sebagai subsistem peradilan pidana diatur dalam Undang-
Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.”
Sesuai dengan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tersebut dan KUHAP, tugas Pengadilan
adalah menerima, memeriksa dan memutus perkara yang diajukan kepadanya. Dalam memeriksa
seseorang terdakwa, hakim bertitik tolak pada surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut
Umum, dan mendasarkan pada alat bukti sebagaimana ketentuan Pasal 184 KUHAP. Kemudian
putusannya.
c. Advokat
hukum penting bagi profesi Advokat sebagai salah satu pilar penegak hukum. Hal ini ditegaskan
dalam Pasal 5 ayat (1) UndangUndang Nomor 18 Tahun 2003 tersebut, yang menyatakan bahwa
Advokat berstatus penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan
perundang-undangan. Dalam Penjelasan Pasal 5 ayat (1) UndangUndang Nomor 18 Tahun 2003
25
Kusujarwati R, Buntoro H, Dahlia Irani “Analisis Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Dalam Meningkatkan
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Satu”. Jurnal Akuntansi Perpajakan,
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pakuan.2012
lebih ditegaskan lagi, bahwa yang dimaksud dengan “Advokat berstatus sebagai penegak
hukum” adalah Advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai
kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakan hukum dan keadilan.26
oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsep umum
mengenai pemidanaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995
pidana.Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pidana penjara.Sejalan dengan UUD 1945,
Pancasila sebagai dasar negara di dalam sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab” menjamin bahwa manusia Indonesia diperlakukan secara beradab meskipun berstatus
narapidana. Selain itu, pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
dan bersosialisasi dengan orang lain layaknya kehidupan manusia secara normal.27
e. Kepolisian
Kepolisian sebagai subsistem peradilan pidana diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sesuai Pasal 13 Undang-Undang No. 2
26
Ibid, hlm.21
27
Nasmi Rahmawati “Analisis Pelaksaaan pemeriksaan Pajak Dalam Rangka Meningkatkat Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Medan Timur.” Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, 2018
Tahun 2002 tersebut Kepolisian mempunyai tugas pokok memelihara keamanan dan ketertiban
khusus sebagai penyidik yang secara umum di atur dalam Pasal 15 dan pasal 16 Undang-Undang
No. 2 Tahun 2002 dan dalam KUHAP di atur dalam Pasal 5 sampai pasal 7 KUHAP. Didalam
pasal 2 UU no. 2 tahun 2002 yang mengupas tentang Kepolisian dimana didalamnya menyatakan
bahwa: 28
dan sebagai pelayanan masyarakat secara luas.Lembaga kepolisian ada tahap penyelidikan dan
penyidikan, penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya tindak
pidana dalam suatu peristiwa,29 pada Penyidikan merupakan tahapan penyelesaian perkara
pidana setelah tahap penyelidikan.Ketika diketahui ada tindak pidana terjadi, maka saat itulah
penekanannya diletakkan pada tindakan “mencari dan menemukan” suatu “peristiwa” yang
dianggap atau diduga sebagai tindakan pidana. Sedangkan pada penyidikan titik berat
bertujuan membuat terang tindak pidana yang ditemukan dan juga menentukan pelakunya.30
28
Ortax Info, Kriteria Pemeriksaan Pajak yang Efektif Versi Ditjen Pajak,
https://ortax.org/ortax/?mod=info&page=show&id=299&list=1. 2018, Diakses 12/02/2022
29
Pardiat, Akuntansi pajak Edisi 4. Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010, hlm.29
30
Mohammad Yamin, dkk, Pencapaian Target Penerimaan Pajak Atas Kegiatan Pemeriksaan. Jurnal
Wacana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. 2016, Vol. 19, No.1
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sifat penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu penelitian yang mendekripsikan atau
melukiskan fakta dan kondisi atau gejala yang terlihat, dan bertujuan untuk mendeskripsikan
atau melukiskan fakta-fakta yang terkait dengan mencari makna istilah hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan, sehingga peneliti dapat memperoleh makna baru dari
istilah hukum dan menguji aktualitasnya dengan mengalisis penerapan aturan hukum. Untuk
memperoleh suatu pembahasan sesuai dengan apa yang terdapat didalam tujuan pentusunan
bahan analisis, maka dalam penulisan ini penulis akan menggunakan metode pendekatan secara
yuridis normatif adalah jenis penelitian yang lazim dilakukan dalam kegiatan pengembangan
ilmu hukum yang biasa dikenal dengan istilah dogmatik hukum. Ilmu ini menunjukan
bagaimana metodenya akan ditentukan oleh apa yang dicari oleh ilmu itu melalui visi dan misi
dari ilmu yang berkaitan dan menjadi pokok permasalahan dalam ilmu tersebut.
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dan
supaya dapat memberikan hasil yang bermanfaat maka penelitian ini dilakukan dengan
penelitian yuridis normatif (metode penelitian hukum normatif). Metode penelitian yuridis
normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-
bahan kepustakaan atau data sekunder belaka.31 Penelitian ini dilakukan guna untuk
hukum yang berhubungan dengan pokok bahasan. Ruang lingkup penelitian hukum normatif
31
Ibid, hlm.14
b. Penelitian terhadap sistematika hukum.
d. Perbandingan hukum.
e. Sejarah hukum.
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian ini akan dilakukan penelitian dengan cara
menarik asas hukum, dimana dilakukan terhadap hukum positif tertulis maupun tidak tertulis.32
Penelitian ini dapat digunakan untuk menarik asas-asas hukum dalam menafsirkan peraturan
peundang-undangan. Selain itu, penelitian ini juga, dapat digunakan untuk mencari asas hukum
2. Pendekatan Penelitian
Selain itu, penelitian hukum mengenal beberapa pendekan yang digunakan untuk
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
kegunaan baik secara praktis maupun akademis. Dengan menggunakan metode berpikir deduktif
(cara berpikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang
sudah dibuktikan bahwa dia benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya
khusus).34 Dengan demikian objek yang dianalisis dengan pendekatan yang bersifat kualitatif
adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan.35
32
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1996), hlm. 63.
33
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 27-28.
34
Op. Cit, hlm. 23.
35
Op.Cit, hlm. 14.
3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
melakukan analisis terhadap permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-
asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan yang ada di Indonesia dan menggunakan jenis data dari bahan pustaka yang lazimnya
dinamakan data sekunder. Penelitian ini terdiri dari bahan kepustakaan yang mengikat yang
merupakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yaitu: Kitab
(KUHAP), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku, jurnal
hukum, teori-teori hukum, pendapat para ahli dan hasil-hasil penelitian hukum. Sedangkan
bahan hukum tertier yaitu Rancangan Undang-Undang (RUU), Kamus Umum Bahasa
Indonesia, kamus hukum dan ensiklopedia hukum maupun Ensiklopedia Hukum Indonesia.
Sumber - sumber data dalam penelitian ini adalah bahan-bahan hukum yang terdiri dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam penelitian ini
data yang digunakan adalah data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan
berupa:36
a. bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya
36
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008,
hlm.12”
2. Undang-Undang Perpajakan
b. Bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum yang meliputi buku-buku,
pengadilan. Bahan hukum yang berkaitan dengan konsep hukum yang digunakan dalam
1. literature atau hasil penulisan yang berupa hasil penelitian yang terdiri dari buku-
hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus dan bahan-bahan hukum mengikat
Bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan bahan hukum primer dan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu: studi
kepustakaan, atau studi dokumen (documentary study) untuk mengumpulkan data sekunder yang
terkait dengan permasalahan yang diajukan, dengan cara mempelajari buku-buku, jurnal hukum,
(KUHAP), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan UndangUndang Nomor
37
Sulistyo Basuki, Metode Penelitian, Wadatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 78”
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dalam kaitannya dengan perlindungan hukum terhadap
Data-data yang telah diperoleh tersebut kemudian dianalisa dengan melalui pendekatan
secara analisis kualitatif,39 yaitu dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan
asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti dengan logika induktif yakni
berpikir dari hal yang khusus menuju hal yang lebih umum, dengan menggunakan perangkat
normatif, yakni interpretasi dan konstruksi hukum dan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif sehingga dapat ditarik kesimpulan dengan metode deduktif
yang menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan
penelitian.
Model penelitian ini merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang diteliti.
Dalam hal ini sesuai dengan judul skripsi yang penulis kemukakan maka model penelitian ini,
38
Rusjdi, Muhammad. KUP Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Indonesia : PT. Indeks, 2003,
hlm.23
39
Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun,
logis, tidak tumpang tindih, dan selektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.
Lihat Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 127. Namun Bambang Waluyo menyatakan bahwa terhadap data yang
sudah terkumpul dapat dilakukan analisis kualitatif apabila: 1) Data yang terkumpul tidak berupa angka-angka yang
dapat dilakukan pengukurannya, 2) Data tersebut sukar diukur dengan angka, 3) Hubungan antara variabel tidak
jelas, 4) Sample lebih bersifat non probabilitas, 5) Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
pengamatan, 6) Penggunaan teori kurang diperlukan. Bandingkan dengan pendapat Maria, S. W. Sumardjono, yang
menyatakan bahwa analisis kualitatif dan analisis kuantitatif tidak harus dipisahkan sama sekali apabila digunakan
dengan tepat sepanjang hal itu mungkin keduanya saling menunjang. Lihat Bambang Waluyo, Penelitian Hukum
Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Gafika, 1996), hlm. 76-77 dan Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 103.
Pemeriksaan Kepatuhan Wajib
Pajak Pajak Badan
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi
adalah jumlah pegawai pemeriksa pajak pada40 Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Sampel
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
ini yang menjadi sampel adalah Kantor Pelayanan Pajak. “Untuk berpedoman umum dapat
dikatakan bahwa bila populasi di bawah 100 orang, maka dapat digunakan sampel 50% dan jika
di atas 100 orang, sebesar 15%. Maka berdasarkan definisi di atas sampel yang diambil sebesar
50% dari jumlah populasi sebanyak 4 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Berdasarkan
perhitungan 50%x64=32. Jadi didapatkan sampel yang akan dijadikan objek penelitian
40
Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat, 2010, hlm.76
41
Sukrisno Agoes, Estraita Trisnawati. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.2007, hlm.87