Anda di halaman 1dari 16

UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN

PEMALSUAN DOKUMEN KEPABEANAN DI INDONESIA

Oleh :
(Putu Sekarwangi Saraswati, SH.,MH)
Program Studi, Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar
Jl. Kamboja, No. 11A, Dangin Puri Kangin, denpasar Utara, Bali 80233
(sekarwangisaraswati@gmail.com)

Abstrak,

Terjadinya tindak pidana penyelundupan dikepabeanan ini bukan saja dapat


merugikan di sektor penerimaan pemasukan pajak dan bea masuk/cukai bagi negara, akan
tetapi akan dapat mempengaruhi dan membawa sesuatu kebiasaan yang buruk dan negatif
bagi suatu masyarakat. Dimana tindak pidana ini dapat dilakukan oleh suatu perusahan yang
akan mengekspor barang-barang ke luar negeri atau mengimpor barang-barang dari luar
negeri,, misalnya dengan memberikan dokumen kepabeanan yang palsu atau tidak sesuai
dengan barang-barang yang di ekspor atau di impor. Tindak pidana penyelundupan
pemalsuan dokumen kepabeanan selain faktor ekonomi, juga disebabkan oleh faktor
geografis Indonesia, kualitas hasil industri dalam negeri, adanya larangan masuknya suatu
jenis barang tertentu, longgarnya pengawasan, adanya tekanan pihak lain, pelaku itu sendiri
tidak mengetahui bahwa telah melakukan tindak pidana penyelunudupan pemalsuan
dokumen kepabeanan. Sedangkan upaya penanggulangannya dapat dilakukan secara
preventif dan refresif.
Kata Kunci: Penyelundupan, Kepabeanan, Penanggulangan.

Abstract,

The occurrence of these customs smuggling crimes cannot be changed in the sector
of income tax and import duty / excise for the state, but will be able to influence and bring
negative impacts. Where criminal acts can be carried out by bodies that will integrate goods
abroad or translate goods from abroad, for example by providing customs documents that
are not in accordance with goods exported or imported. Acts of smuggling in falsification of
customs documents in addition to economic factors, also by factors in Indonesia, quality of
domestic industrial products, including barriers to entry of certain types of goods, loosening
of supervision, others, the perpetrators themselves do not know that they have committed
fraud customs documents. Whereas prevention efforts can be done preventively and
refresively.
Keywords: Smuggling, Customs, Countermeasures.

1. Latar Belakang Masalah melaksanakan pembangunan nasional


dengan tujuan meningkatkan dan
Negara Republik Indonesia adalah
tercapainya kesejahteraan dan
sebuah negara yang kaya akan sumber
kemakmuran rakyat.
daya alam dan sumber daya buatan.
Terlebih labih ditunjang dengan Berbagai daya dan usaha ditempuh
keuntungan letak geografis diantara 2 oleh pemerintah Indonesia guna
(dua) benua dan 2 (dua) samudra besar, memperoleh pendapatan, misalnya dengan
maka sumber daya itu merupakan modal mengenakan pajak tidak langsung, yaitu
dasar bagi pembangunan rakyat dan berupa pungutan bea masuk melalui pintu-
negara dalam menghadapi tantangan pintu masuk ke Indonesia, seperti
dimasa yang akan datang. Dari sumber pelabuhan laut atau bandar udara
daya itu negara Indonesia dapat (bandara). Sebagaimana kita ketahui
mengembangkan dan meningkatakan hasil bahwa dalam dunia perdagangan antar
untuk dieksport ke beberapa negara, negara, melalui pelabuhan laut dan
sehingga dapat memperbesar penerimaan bandara merupakan tempat keluar
devisa dan meningkatkan pendapatan masuknya suatu barang, baik dari dalam
nasional. Negara Indonesia saat ini adalah negeri maupun luar negeri, sehingga
merupakan salah satu negara yang sedang diperlukan pengenaan pajak/bea masuk
giat-giatnya melaksanakan pembangunan terhadap barang-barang yang keluar
dalam segala aspek kehidupan rakyat dan masuk dari Indonesia. Pembangunan
pembangunan negara yang bersifat fisik. perdagangan diarahkan untuk
Oleh karena itu dibutuhkan dan diperlukan meningkatkan efisiensi perdagangan
devisa negara yang besar untuk mencukupi dalam negeri dan luar negeri, sehingga
kebutuhan Anggaran Pendapatan dan memperlancar arus barang dan jasa,
Belanja Negara (APBN). Dengan mendorong pembentukan harga yang
terpenuhinya APBN, maka negara layak dalam iklim persaingan yang sehat,
Indonesia akan dapat dengan cepat menunjang usaha efisiensi produksi,
mengembangkan ekspor, memperluas berjalan sesuai dengan kebijakan
lapangan pekerjaan dan kesempatan pembangunan nasional sebagaimana telah
berusaha, meningkatkan pemerataan digariskan oleh pemerintah, maka
pendapatan rakyat serta untuk dikeluarkanlah suatu peraturan
memantapkan stabilitas perekonomian perundang-undangan dibidang
nasional. kepabeanan yaitu Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1995 (UU No.10/1995).
Mengenai kebijakan impor, yang
Meskipun dalam UU No.10/1995 telah
ditujukan kepada peningkatan barang
melakukan kriminalisasi terhadap
modal, bahan baku dan penunjang untuk
perbuatan-perbuatan digolongkan sebagai
pembangunan diberbagai bidang. Hal ini
perbuatan pidana dan telah memuat
untuk memberikan perlindungan yang
sanksi-sanksi pidana yang tegas, tetapi
wajar bagi industri dalam negeri sekaligus
masih saja terjadinya perbuatan-perbuatan
menunjang usaha peningkatan efisiensi
penyelundupan terhadap suatu barang dan
produksi barang-barang dalam negeri.
dokumen kepabeanan agar terhindar dari
Sedangkan pada kebijakan ekspor adalah
pajak atau bea masuk dalam praktek
dengan meningkatkan dan memperluas
perdagangan dan perekonomian di
produksi untuk diekspor, khususnya
Indonesia. Praktek penyelundupan
barang-barang non migas. Kegiatan ini
pemalsuan dokumen kepabeanan itu tentu
dilakukan dengan jalan memperluas
saja mempunyai maksud dan tujuan-tujuan
pasaran, meningkatkan daya saing
tertentu, disamping menghindari pajak dan
terhadap barang-barang ekspor,
bea masuk, juga untuk mencari
mempeluas pengangkutan, meringankan
keuntungan yang yang bersifat pribadi dan
pajak dan lain-lainnya.
berlipat ganda atau memang barang yang
Untuk menunjang perkembangan diselundupkan itu adalah barang yang
perekonomian nasional, agar dapat dilarang untuk di impor11. Dimana tindak
berkembang dengan pesat dan dapat pidana penyelundupan pemalsuan

11
Andi Hamzah, 1985 : Delik
Penyelundupan, Akademika Pressindo, Jakarta,
hal. 36 (1)
dokumen kepabeanan itu adalah diberlakukan oleh pemerintah memiliki
merupakan suatu perbuatan yang dilarang maksud dan tujuan untuk memberikan
mengimpor, mengekspor, mengantar kemudahan bagi pengusaha melakukan
pulaukan barang yang tidak memenuhi penilaian sendiri/self-assessment, yaitu
peraturan perundang-undangan yang dengan mengisi sendiri dokumen tentang
berlaku atau tidak memenuhi formalitas barang-barang impor-ekspornya. Namun
kepabeanan/douane formaleitet yang dalam praktek atau kenyataannya sering
ditetapkan oleh undang-undang12 muncul perbedaan antara hasil
pemeriksaan petugas bea cukai dengan
Dengan adanya kebijaksanaan
laporan dari pengusaha tentang jenis dan
Pemerintah dibidang impor – ekspor,
jumlah barang. Oleh karena itu, dalam hal
khususnya pembebasan pengangkutan
ini sangat diperlukan suatu kejujuran dan
antar pulau untuk tidak menggunakan
keterbukaan antara kedua belah pihak atas
dokumen muatan serta tujuan kapal yang
dasar saling mempercayai, meskipun
dipalsukan, maka para penyelundup mulai
dalam praktek dilapangan masih sering
memanfaatkan untuk menyelundupkan
diketemukan penyimpangan-
barang-barangnya melalui dokumen yang
penyimpangan terhadap sesuatu barang
dipalsukan, dari dan keluar Indonesia, baik
yang akan diselundupkan, baik lewat
melalui darat, laut dan udara. Sehingga
darat, udara dan laut.
dengan demikian, pihak aparat penegak
hukum (khususnya Petugas Bea Cukai dan Kebijakasanaan-kebijaksanaan
kepolisian), telah menduga atau yang diambil dan dilakukan oleh
mensinyalir adanya kapal-kapal yang pemerintah, baik berupa kelonggaran-
membongkar muatannya di pelabuhan- kelonggran ekspor untuk memperoleh
pelabuhan pantai yang selama ini tidak devisa maupun kelonggaran impor bahan
pernah digunakan untuk bongkar – muat baku, serta larangan barang tertentu dalam
cargo, kecuali untuk bahan kebutuhan rangka melindungi industri maupun
pokok13. Didalam UU No.10/1995 yang kebijaksanaan terhadap pendistribusian

12 13
Soufnir Chibro, 1992 : Pengaruh Andi Hamzah, op.cit, hal. 17 (1)
Tindak Pidana Penyelundupan Terhadap
Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 5
perdagangan, memerlukan kecermatan dapat juga berupa keterangan kuantitas
dalam pengendalian dan pengawasan atau jenis barang yang tidak sesuai dengan
untuk mencegah penyalahgunaan. barang yang sesungguhnya. Dokumen atau
Penyalahgunaan gunaan yang keterangan palsu kepabeanan itu dapat
dimaksudkan dapat berupa terjadinya juga berupa pemberian keterangan palsu
tindak pidana penyelundupan pemalsuan secara lisan yang diberikan oleh seseorang
dokumen kepabeanan, tindak pidana yang ingin memasuki wilayah Republik
pengangkutan barang-barang hasil Indonesia, misalnya seorang penumpang
penyelundupan dan lain-lainnya14. yang membawa barang-barang bawaannya
tidak diketahui oleh pihak bea Cukai yang
Terjadinya tindak pidana
terdapat di pelabuhan-
penyelundupan dikepabeanan ini bukan
pelabuhan/terminal/bandara dan memang
saja dapat merugikan di sektor penerimaan
sengaja tidak melaporkan barang
pemasukan pajak dan bea masuk/cukai
bawaannya, maka orang itu sudah dapat
bagi negara, akan tetapi akan dapat
dianggap melakukan penyelundupan suatu
mempengaruhi dan membawa sesuatu
barang.
kebiasaan yang buruk dan negatif bagi
suatu masyarakat. Dimana tindak pidana Pemalsuan dokumen kepabeanan
ini dapat dilakukan oleh suatu perusahan baik yang dilakukan secara tertulis
yang akan mengekspor barang-barang ke maupun memberikan keterangan lisan
luar negeri atau mengimpor barang-barang yang palsu, saat ini masih sering terjadi,
dari luar negeri,, misalnya dengan baik yang dilakukan secara perseorangan
memberikan dokumen kepabeanan yang maupun dilakukan oleh suatu perusahan,
palsu atau tidak sesuai dengan barang- dengan maksud dan tujuan untuk
barang yang di ekspor atau di impor. memperoleh keuntungan ekonomi yang
Penyerahan dokumen palsu itu dapat berlipat ganda/keuntungan besar untuk diri
berupa keterangan jumlah barang yang sendiri maupun perusahan. Tindak pidana
tidak benar dari yang sesungguhnya atau pemalsuan dokumen kepabeanan ini diatur

14
Laden Marpaung, 1994 :
Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana
Ekonomi, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 2 (1)
dalam pasal 103 UU No.10/1995, yang bekerjasama dengan aparat
ancaman pidananya adalah dengan pidana pemerintah/aparat penegak hokum dan
penjara lima tahun dan/atau denda paling fakot-faktor lain yang saling memiliki
banyak Rp. 250.000.000.00,- (Dua Ratus hubungan kausal.
Lima Puluh Juta Rupiah). Meskipun para
Berbagai usaha atau upaya telah
ekportir dan impotir telah menyadari dan
dilakukan dan ditempuh oleh pemerintah
mengetahui bahwa ancaman pidana
Indonesia dalam mengatasi serta
pemalsuan dokumen kepabeanan ini
menanggulangi tindak pidana
demikian berat dan besar, namun
penyelundupan, seperti telah membentuk
kenyataannya dalam
badan Koordinasi Keamanan Laut
pelabuhan/terminal/bandara besar,
(Bakorkamla), Team Wali Songo, Team
kejahatan ini masih tetap ada orang atau
Pemantau Penanggulangan dan
perusahan yang berani melakukan.
Pemberantasan Penyelundupan (TP4),
Meningkatnya tindak pidana
Badan Koordinasi Pelaksana Instruksi
penyelundupan adalah merupakan salah
Presiden Nomor 6 tahun 1971 (Bakorlak
satu kendala yang merugikan
Inpres No.6/1971), namun terkesan
perekonomian negara dan sebagai hal yang
semuanya mengalami kegagalan, oleh
dapat menghambat pembangunan
karena tindak pidana ini masih saja sering
nasional. Terjadinya tindak pidana ini,
terjadi bahkan meningkat, terutama di
diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa
pelabuhan-pelabuhan besar atau bendara-
faktor, seperti luasnya wilayah Republik
bendara Internasional15. Bertitik tolak dari
Indonesia, terdiri dari beberapa kepuluan
pemaparan singkat tersebut diatas, maka
sehingga banyak terdapat pintu-pintu
akan timbul permasalahan yaitu ;
masuk ke wilayah Republik Indonesia,
kondisi industri dalam negeri yang belum 1. Apakah ada faktor lain selain

mampu bersaing dengan barang impor, faktor ekonomi yang menjadi

rendahnya pertisipasi masyarakat dalam penyebab terjadinya tindak

15
Moch. Anwar, 1982 : Segi-Segi Hukum
Masalah Penyelundupan, Alumni, Bandung, hal.
146
pidana penyelundupan pemenuhan kewajiban pabean”. Yang
pemalsuan dokumen dimaksud dengan dokumen pelengkap
kepabeanan dan bagaimana pabean adalah : semua dokumen yang
upaya penanggulangannya ? digunakan sebagai pelengkap
pemberitahuan pabean, invoice(faktur),
BAB II PEMBAHASAN bill of lading(sejenis uang kertas untuk
pembayaran), packing list (daftar barang)
Tindak pidana penyelundupan
dan manifest (daftar tentang muatan).
dalam istilah/bahasa asingnya adalah “
Dalam penyelundupan administrasi perlu
smokkel “, adalah suatu perbuatan yang
juga diperhatikan tentang daerah
dilarang untuk mengimpor, mengekpor,
kepabeanan, bila barang tersebut masih
mengantar pulaukan barang dengan tidak
didaerah pabean, dikatakan sebagai
memenuhi peraturan perundang-undangan
penyelundupan administrasi, oleh karena
yang berlaku atau tidak memenuhi
tidak sesuai antara barang yang
formalitas pabean/douane formaliteiten
sebenarnya dengan isi dokumen tentang
yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
jumlah, jenis dan harga yang dilaporkan,
undangan16. Disamping itu ada istilah
sedangkan jika telah keluar dari daerah
tindak pidana penyelundupan administrasi
kepabeanan, maka dikatagorikan sebagai
yang dapat berupa perbuatan pemalsuan
penyelundupan fisik sebagai mana diatur
dokumen kepabeanan, yang dalam Pasal
dalam Pasal 26 b ordonantie bea
103 (a) UU. No. 10/1995 menentukan
Staatsblad 1882 Nomor 24017.
bahwa, yang dimaksud dengan tindak
pidana penyelundupan admintrasi adalah : Dengan demikian tindak pidana
“menyerahkan pemberitahuan pabean pemalsuan dokumen kepabeanan ini
dan/atau dokumen pelengkap pabean merupakan memasukan dan mengeluarkan
dan/atau memberikan keterangan lisan barang-barang yang lengkap dokumennya
atau tertulis yang palsu atau yang melalui pelabuhan, terminal atau bandara
dipalsukan yang digunakan untuk yang resmi (dari darat, laut dan udara).

16 17
Baharuddin Lopa, 1980 : Tindak Laden Marpaung, 1991 : Tindak
Pidana Ekonomi, Pradnya paramita, Jakarta, hal. Pidana Penyelundupan, PT Gramedia, Jakarta, hal.
32 - 33 6 (2)
Akan tetapi data-data yang tertulis dalam yang telah ditetapkan oleh undang-undang
dokumen atau yang ini, diancam dengan pidana berdasarkan
dilaporkandiberitahukan itu secara lisan pasal ini dengan hukuman akumulatif
kepada petugas tidak sesuai dengan yang berupa pidana penjara dan atau pidana
sesungguhnya. Tindak pidana pemalsuan denda. Berdasarkan undang-undang ini,
dokumen kepabeanan yang dilakukan oleh kepabeanan adalah segala sesuatu yang
penumpang didasarkan pada Pasal 8 ayat berhubungan dengan pengawasan atas lalu
(3) UU No. 10/1995, yang menentukan lintas barang yang masuk atau keluar
bahwa : “ barang impor yang dibawa oleh daerah pabean dan pemungutan bea
penumpang, awak sarana angkutan atau masuk. Dengan demikian, tindak pidana
pelintas batas dan daerah pabean pada saat merupakan perbuatan yang dilakukan,
kedatangan wajib diberitahukan oleh baik karena kesengajaan maupun tidak,
pembawanya kepada pejabat bead an cukai yang berupa penyelewengan atau
“. Sehingga para penumpang yang tidak menyimpangan dalam penyelenggaraan
melaporkan keadaan barang yang dibawa impor-ekspor barang. Pengertian yang
sesuai dengan dokumen yang dilaporkan, sempit tentang penyelundupan ini terlihat
maka terhadapnya dapat dikenakan dalam keputusan Presiden Nomer 73
ketentuan Pasal 103 UU No. 10/1995, Tahun 1967, Pasal 1 ayat (2), yang
yaitu dapat diancam dengan sanksi pidana menyebutkan bahwa tindak pidana
penjara paling lama lima (5) tahun dan penyelundupan adalah tindak pidana yang
/atau denda paling banyak Rp. berhubungan dengan pengeluaran barang
250.000.000,00,- (Dua Ratus Lima Puluh atau uang dari Indonesia ke luar negeri
Juta Rupiah ). (ekspor) atau memasukan barang atau
uang dari luar negeri ke Indonesia (impor).
Pengertian yang luas mengenai
Definisi ini menyimpulkan bahwa tindak
tindak pidana yang terjadi di kepabeanan
pidana apa saja yang berhungan dengan
bila dilihat dari penjelasan Pasal 103
pemasukan atau pengeluaran barang
tersebut diatas adalah dalam hal seseorang
adalah tindak pidana penyelundupan dan
mengimpor atau mengekspor barang tanpa
membatasi hanya pada perbuatan
mengindahkan ketentuan atau prosedur
pemasukan dan pengeluaran barang dan melalui pula instansi-instansi
tidak termasuk antar pulau18 dan pelabuhan-pelabuhan
resmi, tetapi data-data yang
Pada umumnya bentuk
tertulis dalam dokumen-
penyelundupan dapat digolongkan
dokumen atau yang
menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
dilaporkan/diberitahukan
1). Penyelundupan fisik, adalah kepada petugas bea cukai tidak
pemasukan atau pengeluaran sesuai dengan kenyataan
barang-barang baik dari luar barang yang sebenarnya
negeri maupun ke luar negeri, dimasukan/dikeluarkan,
tanpa dilindungi oleh kemungkinan dapat terjadi
dokumen-dokumen. Perbuatan perbedaan jumlah, jenis atau
ini bertujuan menghindarkan kualitas harga atau dapat
diri dari segala kewajiban- terjadi kedua-duanya atau
kewajiban ataupun larangan ketiga-tiganya19.
yang telah ditetapkan dalam
Penyelundupan administrasi
ordonansi bea serta reglemen-
berupa tindak pidana pemalsuan dokumen
reglemen lampirannya dan
kepabeanan dapat juga dilakukan oleh
peraturan-peraturan sebagai
seorang penumpang, yaitu pada waktu
peraturan pelaksanaan dari
mengisi dan melaporkan dokumen
ordonansi bea serta reglemen-
angkutan. Dokumen angkutan bukan
reglemen lampirannya.
merupakan dokumen perjanjian angkutan,
2). Penyelundupan administrasi, tetapi hanya merupakan salah satu bukti
adalah adanya perjanjian angkutan, karena tanpa
pemasukan/pengeluaran dikeluarkan dokumen angkutan oleh pihak
barang-barang yang lengkap pengangkutpun adalah tetap ada perjanjian
dokumen-dokumennya dan angkutan20. Oleh karena didalam praktek,

18 20
Baharudin Lopa, op.cit, hal. 33 E. Suherman, 1979 : Masalah
19
Baharudin Lopa, ibid, hal. 65 Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat Udara
tiket penumpang dan tiket bagasi dibuat 26 ke 2 Ordonansi Bea Staatsblad 1882
dalam satu dokumen angkutan, dimana Nomor 240), membongkar barang-barang
barang bagasi asalah semua barang yang tidak tercantum didalam
kepunyaan atau dibawah kekuasaan pemberitahuan umum atau surat-surat
seorang penumpang yang atas namanya yang menggantikan pemberitahuan itu
sebelum ia menumpang pesawat terbang (Pasal 25 ke 1 sub c dan Pasal 26 ke 2
diminta untuk diangkut melalui udara21. Ordonansi Bea Staatsblad 1882 Nomor
240) , membuat pemberitahuan yang salah
Membicarakan masalah
mengenai jenis-jenis barang (Pasal 25 ke 2
penyelundupan barang-barang yang akan
sub c dan Pasal 26 ke 5 Ordonansi Bea
dimasukan ke Indonesia baik dengan
Staatsblad 1882 Nomor 240),
dokomen kepabeanan yang formal dan
menyembunyikan barang-barang yang
nyata maupun tidak, akhir-akhir sering
tercantum dalam suatu pemberitahuan,
terjadi di berbagai wilayah pelabuhan,
yang dibungkus dengan barang-barang
terminal, bandara yang ada di Indonesia.
lain (Pasal 25 ke 2 sub c dan Pasal 26 ke 5
Terjadinya penyelundupan itu sudah tentu
sub b Ordonansi bea Staatsblad 1882
akan mempengaruhi pendapatan negara
Nomor 240), memasukan barang-barang
melalui pajak dan bea masuk suatu barang
tanpa menghiraukan peraturan-peraturan
secara illegal, sehingga pemasukan
kepabeanan (Pasal 26 b Ordonansi bea
keuangan ke kas negara sangat sedikit dan
Staatsblad 1882 Nomor 240), mengangkut
dapat mempengaruhi perekonomian
atau mengeluarkan barang-barang dengak
nasional. Menurut A. Abdurachman,
tidak menghiraukan peraturan kepabeanan
delik-delik yang pada umumnya terjadi
(Pasal 25 ke 1 sub c dank e 2 sub e dan
didaerah kepabeanan di Indonesia adalah
Pasal 26 ke 3 dan ke 7 Ordonansi Bea
antara lain ; tidak membikin penyelesaian
Staatsblad 1882 Nomor 240), membuat
pemberitahuan umum atau dokumen-
pemberitahuan yang salah mengenai
dokumen yang menggantikan dokumen
banyaknya/jumlah barang-barang (Pasal
sebelumnya (Pasal 25 ke 1 sub b dan Pasal

21
dan Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang Sution Usman Adji, Djoko Prakoso dan
Penerbangan, Alumni, Bandung, hal 32 Hari Pramono, 1990 : Hukum pengangkutan di
Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 59
25 ke 2 sub c dan Pasal 16 ke 5 sub c terhadap suatu barang, tetapi juga dapat
Ordonansi Bea Staatsblad 1882 Nomor disebabkan oleh :
240), membuat pemberitahuan yang salah
1). Faktor georafis, yaitu bahwa
mengenai kadar barang cair yang diolah
Negara Indonesia sangat luas
dengan alkohol sulingan dan barang cair
sekali yang terdiri dari beribu-
itu adalah bukan minuman yang segera
ribu pulau dan diapit oleh 2
dapat dipakai, untuk menghitung bea
(dua) benua yang besar, yaitu
masuknya, maka dilakukan penghitungan
Asia dan Australia serta 2 (dua)
kembali sampai suatu kadar sebesar 50
samudra yang samudra Hindia
persen dalam perbandingan sampai suatu
dan samudra pasifik. Diantara
kadar yang telah ditetapkan (Pasal 25 ke 2
pulau-pulau dalam satu
sub e dan Pasal 26 ke 7 Ordonansi Bea
kesatuan Negara Republik
22
Staatsblad Nomor 240) . Dengan
Indonesia, juga dipisahkan
demikian, semua tindakan-tindakan atau
oleh lautan yang cukup luas,
perbuatan-perbuatan itu sudah dapat
sehingga demikian banyak
dikatakan sebagai suatu kejahatan atau
terdapat pintu masuk ke
pelanggaran, baik karena disengaja
wilayah Indonesia melalui
maupun tidak yang dapat merugikan
pelabuhan laut. Dari kondisi
pemasukan devisa atau penerimaan
wilayah Indonesia ini secara
Negara dalam bentuk pajak pemasukan
faktual, bahwa terjadinya
dan pengeluaran barang dari dan ke
tindak pidana penyelundupan
wilayah Indonesia. Sebagaimana
terhadap suatu barang, yang
dikatakan diatas, bahwa terjadi tindak
akan dimasukkan ke Indonesia
pidana penyelundupan dokumen
lebih banyak dilakukan melalui
kepabeanan lebih banyak disebabkan oleh
pelabuhan-pelabuhan laut, baik
faktor yang bersifat ekonomis
bersifat perorangan maupun
(menghindari pajak dan bea masuk)
berkelompok atas nama suatu

22
Andi Hamzah, 1977 : Hukum Pidana
Ekonomi, Erlangga, Jakarta, hal. 98 (2)
badan usaha, terutama sering masuk dan beredar di pasaran
terjadinya pemalsuan isi Indonesia. Dengan demikian
dokumen suatu barang. sudah tentu aparat
kepabeanan/bea cukai dan
2). Kualitas industri dakam negeri,
aparat penegak hukum lainnya,
yaitu kondisi hasil industri
akan melarang suatu jenis
dalam negeri turut pula
barang itu masuk ke wilayah
berperan terjadinya tindak
Indonesia. Adapun barang-
pidana penyelundupan
barang itu misalnya
dokumen suatu barang, yang
memasukan atau mengangkut
akan dimasukan ke Indonesia.
bahan-bahan narkotika tanpa
Hal ini sebenarnya dapat
dokumen yang syah/resmi atau
disadari, bahwa hasil produksi
memasukan bahan peledak
industri suatu barang di
atau memasukan minuman
Indonesia masih dalam tahap
keras dengan kadar alkohol
perkembangan dan pembinaan.
tinggi, sehingga bagi
Sudah tentu akan
pelakunya akan ditindak sesuai
menghasilkan kuantitas dan
dengan aturan-aturan hukum
kualitas barang tidak seperti
yang berlaku. Kemudian
hasil industri luar negeri,
barang-barang itu akan disita
sehingga belum atau tidak
dan para pelakunya akan
mampu untuk bersaing dengan
dilanjutkan dengan proses-
hasil industri negara-negara
proses pemeriksaan hukum
lain, seperti Amerika, Jepang
berikutnya23.
dan Eropa pada umumnya.
4). Longgarnya pengawasan, yaitu
3). Adanya larangan masuknya
tidak cermat dan telitinya para
suatu jenis barang, yaitu bahwa
putgas bea cukai dan aparat
tidak semua jenis barang dari
penegak hukum lainnya, dalam
luar negeri yang diperbolehkan

23
Baharudin Lopa, op.cit, hal. 41
melakukan pengawasan dan perbuatan itu dengan terpaksa
pemeriksaan terhadap suatu dilakukan, mungkin orang
barang akan dimasukan ke yang menekan itu pernah
wilayah Indonesia. Bahkan berjasa terhadap si pelaku atau
disinyalir para aparat itu ikut takut akan ancaman.
bermain untuk meloloskan
6). Pelaku tidak tahu bahwa telah
suatu barang yang dibawa dari
melakukan tindak pidana.
luar negeri, untuk bisa lolos
dari kepabeanan dan beredar di Adakalanya seseorang pelaku

wilayah Indonesia. Dengan yang ditangkap diwilayah

demikian mental dan moral kepabeanan karena membawa

aparat bea cukai dan aparat barang-barang yang melanggar

penegak hokum, juga sangat peraturan dan dilarang untuk

berperan untuk terjadinya dimasukan ke suatu wilayah di

tindak pidana penyelundupan Indonesia, tidak mengetahui

dokumen terhadap suatu barang itu adalah dilarang dan

barang yang akan dimasukan tidak mengetahui presedur

ke Indonesia. untuk membawa atau


memasukan/mengeluarkan
5). Tekanan pihak lain, yaitu
barang itu ke dan dari wilayah
seseorang sebenarnya
Indonesia.
menyadari bahwa perbuatan
pemalsuan dan Didalam upaya penanggulangan

menyelundupkan dokumen terhadap tindak pidana penyelundupan

yang dilakukan itu dokumen kepabeanan, peranan Direktorat

bertentangan dengan undang- Jendral Bea Cukai tidak hanya hanya

undang yang berlaku dan hati memungut dan mengenakan bea masuk

nuraninya sendiri. Namun dan pemeriksaan barang-barang impor dan

karena adanya tekanan atau ekspor, tetapi juga harus ikut dan berperan

ancaman pihak lain, maka paling utama dalam menanggulangi


terjadinya tindak pidana penyelundupan
dokumen kepabeanan. Disamping itu, juga kerja Direktorat Dirjen Bea
dapat melakukan koordinasi dan kerja Cukai, menambah dan
sama dengan aparat penegak hukum memperbaharui peralatan
lainnya, seperti kepolisian baik darat, air deteksi di kepabeanan,
dan udara atau aparat penegak hukum memperketat sistem keamanan
lainnya, yaitu dengan cara : dan keselamatan pengiriman
barang-barang ekspor dan
a). Upaya preventif.
impor, pemerintah hendaknya
Upaya ini adalah berusaha untuk menanamkan
merupakan suatu cara yang dan menumbuhkan kesadaran
ditempuh sebelum terjadinya masyarakat untuk lebih
tindak pidana dan untuk mencintai produk barang-
menghindari terjadinya tindak barang industri dalam negeri.
pidana penyelundupan Upaya ini adalah tidak
pemalsuan dokumen dilakukan dengan hukum
kepabeanan. Upaya ini dapat pidana, akan tetapi merupakan
dilakukan dengan mengadakan upaya-upaya yang dilakukan
sosialisasi peraturan tanpa menggunakan hukum
perundang-undangan yang pidana24.
berlaku dan berhubungan
b). Upaya refresif.
dengan keluar masuknya
barang-barang dari dan ke Upaya penanggulangan
wilayah Indonesia, yang bersifat refresif ini lebih
mencantumkan sanksi pidana menekankan pada proses
yang lebih berat terhadap para penyelesaiannya melalui
pelaku tindak pidana, membina proses penangkapan,
dan mendidikan sumber daya penahanan, penyidikan sampai
manusia dalam lingkungan dengan proses persidangan di

24
Djoko Prakoso, Bambang Riadi Lany yang Merugikan dan Membahayakan Negara,
dan Amir Muchsin, 1986 : Kejahatan-Kejahatan Bina Aksara, Jakarta, hal. 527
Pengadilan, sesuai dengan pidana penyelunudupan pemalsuan
peraturan perundang-undangan dokumen kepabeanan. Sedangkan upaya
yang berlaku, baik terhadap penanggulangannya dapat dilakukan
hukum pidana formalnya secara preventif dan refresif sebagaimana
maupun terhadap hukum terlihat dalam pembahasan.
pidana materiilnya. Disamping
DAFTAR PUSTAKA
itu bilamana terbuktinya suatu
perbuatan, maka aparat
penegak hukum harus berani Andi Hamzah, 1985 : Delik
melakukan atau menjatuhkan Penyelundupan, Akademika Pressindo,
sanksi pidana yang sesuai Jakarta (1)
dengan ketentuan-ketentuan
---------------, 1977 : Hukum Pidana
atau hukum yang berlaku. Juga
Ekonomi, Erlangga, Jakarta (2)
dapat merampas barang-barang
yang diselundupkan itu dengan Baharudin Lopa, 1980 : Tindak Pidana
menggunakan dokumen yang Ekonomi, Pradnya Paramita, Jakarta
dipalsukan.
Djoko Prakoso, Bambang Riadi Lany dan
Amir Muchsin, 1986 :
BAB III PENUTUP Kejahatan-Kejahatan

Simpulan Yang Merugikan dan


Membahayakan
Tindak pidana penyelundupan
Negara, Bina Aksara,
pemalsuan dokumen kepabeanan selain
Jakarta
faktor ekonomi, juga disebabkan oleh
faktor geografis Indonesia, kualitas hasil E. Suherman, 1979 : Masalah Tanggung

industri dalam negeri, adanya larangan Jawab Pada Charter

masuknya suatu jenis barang tertentu, Pesawat Udara dan

longgarnya pengawasan, adanya tekanan Beberapa Masalah

pihak lain, pelaku itu sendiri tidak Lain Dalam Bidang

mengetahui bahwa telah melakukan tindak


Penerbangan, Alumni,
Bandung
-------------------, 1991 : Tindak Pidana
Soufnir Chibro, 1992 : Pengaruh Tindak Penyelundupan, PT
Pidana Penyelundupan Gramedia, Jakarta (2)
Terhadap
Moch. Anwar, 1982 : Segi-Segi Hukum
Pembangunan, Sinar
Masalah
Grafika, Jakarta
Penyelundupan,
Sution Usman Adji, Djoko Prakoso dan Alumni, Bandung
Hari Pramono, 1990 :
------------------, Undang-Undang
Hukum Pengangkutan
Nomor 10 Tahun 1995
di Indonesia, Rineka
tentang kepabeanan
Cipta, Jakarta

Laden Marpaung, 1994 : Pemberantasan


dan Pencegahan
Tindak Pidana
Ekonomi, Sinar
Grafika, Jakarta (1)

Anda mungkin juga menyukai